• TAQWA DARI

  • FUJUR - 1. NAFSIYAH

NAFSIYAH

Dari segi bahasa Nafsiyah berasal dari kata nafs artinya jiwa, ruh, batin, spirit, diri, pribadi, esensi, zat, alami, Nafsiyah adalah dorongan yang berasal dari diri sendiri untuk memperoleh kesenangan atau kebahagiaan.

Di dalam Al Quran nafs digambarkan sebagai sebuah dorongan kepada ketidak baikan, sebagaimana dinyatakan di dalam surat Yusuf /12: 53 “bahwa sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan”;

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.(QS. Yusuf /12: 53)

Sedangkan di dalam kitab Mustadrak Hakim hadits nomor 191 digambarkan bahwa Orang yang cerdas (spiritual) adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk bekal setelah mati, Sedangkan orang yang lemah (spiritual) adalah orang yang mengikuti kemauan dirinya dan berangan-angan terhadap Allah;

أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ حَلِيمٍ الْمَرْوَزِيُّ، ثنا أَبُو الْمُوَجَّهِ، ثنا عَبْدَانُ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ، أَنْبَأَ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ الْغَسَّانِيُّ، عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ، عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الْبُخَارِيِّ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ»

Artinya: Al Hasan bin Halim Al Marwazi mengabarkan kepada kami, Abu Al Muwajjih menceritakan kepada kami, Abdan menceritakan kepada kami, Abdullah menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin Abu Maryam Al Ghassani memberitakan (kepada kami) dari Dhamrah bin Habib, dari Syaddad bin Aus, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ”Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk bekal setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berharap-harap kepada Allah (agar mengampuninya)" Hadis ini shahih sesuai syarat Al Bukhari, tapi Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. (HR. Hakim, Mustadrak Hakim: 191)

Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa orang yang memiliki kecerdasan (spiritual) adalah orang yang mampu mengendalikan diri “Nafs” untuk mempersiapkan diri dan amalnya agar dapat menjadi bekal di akhirat, orang yang dapat mengendalikan diri untuk taat kepada Allah inilah yang disebut sebagai orang taqwa, sedangkan orang yang lemah (spiritual) adalah orang yang tidak dapat mengendalikan diri “nafs”, sehingga lebih banyak mengikuti kemauan untuk memenuhi kesenangan dan kebahagiaan dirinya sendiri, orang yang tidak dapat mengendalikan diri untuk taat kepada Allah ini disebut sebagai orang fujur.

Selain Nafs sendiri memiliki kecenderungan kepada ketidak baikan, masih ada tambahan pengaruh buruk dari godaan syetan, sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran surat An-Nur/ 24: 21;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nur/ 24: 21)

Dengan demikian “nafs” dapat mendorong seseorang untuk berbuat fujur hingga tingkatan paling buruk, perbuatan fujur diawali dari sifat Nafsiyah yang ada pada diri seseorang, kemudian sifat nafsiyah tersebut dapat mendorang terbentuknya sikap; atsarah, ujub, ria’, sum’ah, takabur, hingga su’ubiyah.

Di halaman ini akan dikemukakan pembahasan dari beberapa sikap yang dapat muncul, yang didorong adanya sifat nafsiyah dalam diri seseorang;

1. Atsarah

Atsarah merupakan istilah yang banyak digunakan Rasulullah SAW untuk menyebutkan perilaku mementingkan diri sendiri, antara lain disebutkan di dalam beberapa hadits.

Kalian Semua Akan Mendapatkan Orang-Orang Yang Sangat Mementingkan Pribadinya Masing-Masing

Di dalam kitab Shahih Muslim hadits nomor 1753, diceritakan tentang pembagian ghanimah dari perang hunain, ketika orang-orang Anshar tidak senang dengan pembagian yang hanya diberikan kepada orang-orang Qurais, sedangkan orang-orang Anshar tidak diberi bagian, setelah Rasulullah menasehati mereka kumudian bersabda: “Kalian semua akan mendapatkan orang-orang yang sangat mementingkan pribadinya masing-masing …”;

حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى التُّجِيبِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ أُنَاسًا مِنْ الْأنْصَارِ قَالُوا يَوْمَ حُنَيْنٍ حِينَ أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَمْوَالِ هَوَازِنَ مَا أَفَاءَ فَطَفِقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِي رِجَالًا مِنْ قُرَيْشٍ الْمِائَةَ مِنْ الْإِبِلِ فَقَالُوا يَغْفِرُ اللَّهُ لِرَسُولِ اللَّهِ يُعْطِي قُرَيْشًا وَيَتْرُكُنَا وَسُيُوفُنَا تَقْطُرُ مِنْ دِمَائِهِمْ قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ فَحُدِّثَ ذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَوْلِهِمْ فَأَرْسَلَ إِلَى الْأَنْصَارِ فَجَمَعَهُمْ فِي قُبَّةٍ مِنْ أَدَمٍ فَلَمَّا اجْتَمَعُوا جَاءَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا حَدِيثٌ بَلَغَنِي عَنْكُمْ فَقَالَ لَهُ فُقَهَاءُ الْأَنْصَارِ أَمَّا ذَوُو رَأْيِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَلَمْ يَقُولُوا شَيْئًا وَأَمَّا أُنَاسٌ مِنَّا حَدِيثَةٌ أَسْنَانُهُمْ قَالُوا يَغْفِرُ اللَّهُ لِرَسُولِهِ يُعْطِي قُرَيْشًا وَيَتْرُكُنَا وَسُيُوفُنَا تَقْطُرُ مِنْ دِمَائِهِمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنِّي أُعْطِي رِجَالًا حَدِيثِي عَهْدٍ بِكُفْرٍ أَتَأَلَّفُهُمْ أَفَلَا تَرْضَوْنَ أَنْ يَذْهَبَ النَّاسُ بِالْأَمْوَالِ وَتَرْجِعُونَ إِلَى رِحَالِكُمْ بِرَسُولِ اللَّهِ فَوَاللَّهِ لَمَا تَنْقَلِبُونَ بِهِ خَيْرٌ مِمَّا يَنْقَلِبُونَ بِهِ فَقَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ رَضِينَا قَالَ فَإِنَّكُمْ سَتَجِدُونَ أَثَرَةً شَدِيدَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْا اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنِّي عَلَى الْحَوْضِ قَالُوا سَنَصْبِرُ...

Artinya: Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya At Tujibi telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik ia berkata; Ketika perang Hunain, Allah memberikan harta rampasan kepada Rasulullah ﷺ dari harta kaum Hawazin. Kemudian beliau membagikannya kepada kaum Quraisy berupa seratus ekor unta. Karena itu, beberapa kaum Anshar berujar, "Semoga Allah mengampuni Rasulullah ﷺ yang telah memberi kaum Quraisy sedangkan kita dibiarkan saja oleh beliau, padahal perang kita masih basah oleh darah musuh." Anas berkata; Kemudian ucapan mereka itu sampai kepada Rasulullah ﷺ, karena itu beliau memerintahkan kaum Anshar agar berkumpul di kemah kulit. Setelah mereka berkumpul, Rasulullah ﷺ mendatangi mereka dan bertanya: "Benarkah berita yang datang kepadaku mengenai ucapan kalian?" Orang yang paling pandai diantara kaum Ansahr menjawab, "Kami tidak pernah berkata demikian ya Rasulullah! Tetapi pemuda-pemuda kamilah yang mengatakan, 'Semoga Allah mengampuni Rasulullah ﷺ yang telah memberi orang Quraisy, sedangkan kita dibiarkannya saja. Padahal pedang kita masih basah oleh darah musuh.'" Maka Rasulullah ﷺ pun bersabda: "Sebenarnya, aku hanya memberi kepada orang-orang yang belum lama masuk Islam, sekedar untuk melunakkan hati mereka. Apakah kalian tidak rela kalau mereka pergi dengan harta benda dunia, sedangkan kalian pulang ke rumah masing-masing bersama Rasulullah ﷺ? Demi Allah, sesungguhnya apa yang kalian bawa pulang adalah lebih berarti daripada apa yang mereka bawa." Mereka pun menjawab, "Benar ya Rasulullah! Kami rela ya Rasulullah." Kemudian beliau bersabda lagi: "Kalian semua akan mendapatkan orang-orang yang sangat mementingkan pribadinya masing-masing; karena itu, bersabarlah hingga kalian menjumpai Allah dan Rasul-Nya. Aku akan menunggu kalian di telaga (kelak pada hari kiamat)." Mereka menjawab, "Kami akan bersabar wahai Rasulullah." …(HR. Muslim:: 1753)

Sepeninggalku Nanti, Akan Kalian Jumpai Sikap-Sikap Utsrah

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 3508 dijelaskan bahwa Rasulullah menyatakan: Sepeninggalku nanti, akan kalian jumpai sikap-sikap utsrah;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي كَمَا اسْتَعْمَلْتَ فُلَانًا قَالَ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أُثْرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ

Artinya: Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Basyar telah bercerita kepada kami Ghundar telah bercerita kepada kami Syu'bah berkata, aku mendengar Qatadah dari Anas bin Malik dari Usaid bin Hudlair radliallahu 'anhum; ada seseorang dari kalangan Anshar yang berkata; "Wahai Rasulullah, tidakkah sepatutnya baginda mempekerjakanku sebagaimana baginda telah mempekerjakan si fulan?". Beliau menjawab: "Sepeninggalku nanti, akan kalian jumpai sikap-sikap utsrah (individualis, egoism, orang yang mementingkan dirinya sendiri). Maka itu bersabarlah kalian hingga kalian berjumpa denganku di telaga al-Haudl (di surga) ".(HR. Bukhari: 3508)

Kami Pernah Membaiat Rasulullah SAW Untuk Taat Dan Mendengar Baik Dalam Keadaan Lapang Atau Sempit, Dalam Keadaan Semangat Atau Terpaksa Dan Lebih Mementingkan Kepentingannya Dari Pada Diri Sendiri

Di dalam kitab Shahih Muslim nomor 3426 dijelaskan bahwa salah satu bagian dari baiat Rasulullah kepada para sahabatnya adalah kesediaan untuk tidak lebih mementingkan kepentingannya sendiri;

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ وَعُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الْوَلِيدِ بْنِ عُبَادَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ بَايَعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْعُسْرِ وَالْيُسْرِ وَالْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَعَلَى أَثَرَةٍ عَلَيْنَا وَعَلَى أَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ وَعَلَى أَنْ نَقُولَ بِالْحَقِّ أَيْنَمَا كُنَّا لَا نَخَافُ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari Yahya bin Sa'id dan Ubaidullah bin Umar dari 'Ubadah bin Walid bin 'Ubadah dari ayahnya dari kakeknya dia berkata, "Kami pernah membaiat Rasulullah ﷺ untuk taat dan mendengar baik dalam keadaan lapang atau sempit, dalam keadaan semangat atau terpaksa dan lebih mementingkan kepentingannya dari pada diri sendiri, tidak menentang perintahan yang berwenang dan untuk mengatakan kebenaran di mana saja kami berada, serta tidak takut (dalam menegakkan kalimat) Allah terhadap celaan orang-orang yang mencela." …(HR. Muslim : 3426)

Sungguh Akan Terjadi Sifat-Sifat Egoisme Dan Perkara- Perkara Yang Kalian Mengingkarinya

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadis nomor 3335, dijelaskan bahwa Sungguh akan terjadi sifat-sifat egoisme dan perkara- perkara yang kalian mengingkarinya;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَتَكُونُ أَثَرَةٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ تُؤَدُّونَ الْحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِي لَكُمْ

Artinya: Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Al A'masy] dari [Zaid bin Wahb] dari [Ibnu Mas'ud] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh akan terjadi sifat-sifat egoisme dan perkara- perkara yang kalian ingkari". Mereka bertanya; "Wahai Rasulullah, apa yang baginda perintahkan untuk kami (bila zaman itu kami alami)? '. Beliau menjawab: "Kalian tunaikan hak-hak (orang lain) yang menjadi kewajiban kalian dan kalian minta kepada Allah apa yang menjadi hak kalian". (HR. Bukhari: 3335)

2. Ujub: Bangga

Dari segi bahasa ‘ujub berasal dari ‘Ajaba-Yu’jibu-, artinya angkuh, ujub, besar kepala, berbangga diri. Adapun pengertian Ujub adalah perasan bangga atau kagum pada diri sendiri, penyakit ini sangat samar merasuki hati manusia, karena penyakit ini hanya ada di hati dan tidak mendorong untuk ditampakkan kepada manusia, misal, seorang sudah secara teratur melakukan amal shalih yang tidak diketahui orang lain dalam waktu yang cukup lama, di suatu saat ketika mengetahui orang lain tidak banyak melakukan amal shalih yang banyak seperti dirinya, timbul perasaan bangga atau kagum pada pada dirinya sendiri yang telah melakukan banyak amal shalih, kebanggan tersebut juga dapat muncul atas kelebihan-kelebihan lain yang dimiliki seseorang, seperti; kepandaian, kekayaan, karir, keluarga, anak, keturunan, tampang dll.

Di dalam Al Quran maupun hadits juga menggunakan kata-kata lain yang memiliki pengertian yang dekat dengan pengertian ujub, antara lain; Tabaha, ta’adhama, ihtala/muhtalan/khuyala, fakhr.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membangga-kan diri

Al Quran Surat Luqman/ 31: 18 memberikan peringatan kepada manusia, bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri;

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.(QS. Luqman/ 31: 18).

Senada dengan ayat ini Al Quran surat An Nisa: 4: 36, Al Hadid/ 57: 23.

Jika Karunia Yang Diberikan Allah Dijadikan Sebagai Kembanggaan Di Dalam Hati, Maka Karunia Tersebut Mendatangkan Dosa Bagi Pemiliknya

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 6809 memuat penjelasan Rasulullah SAW bahwa sebuah karunia yang diberikan Allah kepada hamba berupa kuda (juga karunia lainnya) dapat mendatangkan pahala, solusi, atau dosa, tergantung pada hatinya, jika karunia yang diberikan Allah dijadikan sebagai kembanggaan di dalam hati, maka karunia tersebut mendatangkan dosa bagi pemiliknya;

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْخَيْلُ لِثَلَاثَةٍ لِرَجُلٍ أَجْرٌ وَلِرَجُلٍ سِتْرٌ وَعَلَى رَجُلٍ وِزْرٌ فَأَمَّا الَّذِي لَهُ أَجْرٌ فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأَطَالَ لَهَا فِي مَرْجٍ أَوْ رَوْضَةٍ فَمَا أَصَابَتْ فِي طِيَلِهَا ذَلِكَ مِنْ الْمَرْجِ أَوْ الرَّوْضَةِ كَانَ لَهُ حَسَنَاتٍ وَلَوْ أَنَّهَا قَطَعَتْ طِيَلَهَا فَاسْتَنَّتْ شَرَفًا أَوْ شَرَفَيْنِ كَانَتْ آثَارُهَا وَأَرْوَاثُهَا حَسَنَاتٍ لَهُ وَلَوْ أَنَّهَا مَرَّتْ بِنَهَرٍ فَشَرِبَتْ مِنْهُ وَلَمْ يُرِدْ أَنْ يَسْقِيَ بِهِ كَانَ ذَلِكَ حَسَنَاتٍ لَهُ وَهِيَ لِذَلِكَ الرَّجُلِ أَجْرٌ وَرَجُلٌ رَبَطَهَا تَغَنِّيًا وَتَعَفُّفًا وَلَمْ يَنْسَ حَقَّ اللَّهِ فِي رِقَابِهَا وَلَا ظُهُورِهَا فَهِيَ لَهُ سِتْرٌ وَرَجُلٌ رَبَطَهَا فَخْرًا وَرِيَاءً فَهِيَ عَلَى ذَلِكَ وِزْرٌ وَسُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْحُمُرِ قَالَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيَّ فِيهَا إِلَّا هَذِهِ الْآيَةَ الْفَاذَّةَ الْجَامِعَةَ { فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ }

Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Ismail] telah menceritakan kepadaku [Malik] dari [Zaid bin Aslam] dari [Abu Shalih assiman] dari [Abu Hurairah] radliyallahu'anhu, bahwa Rasulullah SAW. berkata: 'Kuda itu bagi tiga orang; bagi orang pertama mendatangkan pahala, bagi orang kedua sebagai penutup (penyelesaian, solusi), dan bagi orang ketiga mendatangkan dosa. Adapun kuda yang mendatang pahala adalah seseorang yang menambatkan kudanya di jalan Allah, lantas ia gembalakan kudanya di rerumputan luas atau kebun, maka segala yang dimakan kuda itu di padang gembalaan, baik kebun atau rerumputan luas selain tercatat sebagai kebaikan baginya, dan sekiranya kuda itu mengarungi padang gembalaan, lantas dia melangkah satu atau dua langkah, maka bekas dan kotorannya juga terhitung kebaikan baginya, dan sekiranya kuda itu melewati sungai dan meminumnya, padahal si pemilik tidak berniat memberinya minuman, maka itu terhitung kebaikan baginya, kesemuanya itu terhitung ganjaran baginya. Kuda kedua, adalah seseorang yang mengikatnya untuk mencari penghasilan dan untuk menjaga kehormatan diri, sedang ia tidak melupakan hak Allah terhadap ikatannya dan tidak pula terhadap punggungnya, maka kuda itu sebagai penyelesaian baginya. Adapun kuda ketiga adalah, seseorang yang mengikatnya untuk sekedar kebanggaan dan pamer, maka itu adalah dosa baginya. Dan Rasulullah SAW. pernah ditanya tentang keledai. Maka beliau hanya menjawab: 'Allah tidak menurunkan kepadaku tentangnya selain satu ayat yang ringkas ini: '(Barangsiapa yang beramal kebaikan seberat biji atom, maka Allah akan melihatnya, sebaliknya barangsiapa yang beramal seberat biji atom keburukan, pasti ia melihatnya) ' (Qs. Al Zalzalah: 7-8). (HR. Bukhari: 6809)

Perkara Yang Membinasakan Adalah Hawa Nafsu Yang Dituruti, Kekikiran Yang Ditaati Serta Bangga Akan Diri Sendiri Dan Perkara Ini Merupakan Yang Paling Berbahaya

Rasulullah juga mengajarkan tiga hal yang menyelamatkan dan tiga hal yang merusak (membinasakan) yang dimuat di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi jilid 9 halaman 396 hadits nomor 6865, didalamnya disebutkan bahwa tiga yang merusak adalah termasuk ujub :membanggakan diri, bahkan disebut sebagai suatu yang paling berbahaya.

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عُمَرَ الْمُقْرِئُ ابْنُ الْحَمَامِيِّ، بِبَغْدَادَ، نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَلِيٍّ الْخُطَبِيُّ، نا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ النَّصْرِ أَبُو بَكْرٍ، نا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنِي بَكْرُ بْنُ سُلَيْمٍ الصَّوَّافُ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " ثَلَاثٌ مُنْجِيَاتٌ، وَثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ، فَأَمَّا الْمُنْجِيَاتُ: فَتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ، وَالْقَوْلُ بِالْحَقِّ فِي الرِّضَا وَالسُّخْطِ، وَالْقَصْدُ فِي الْغِنَى وَالْفَقْرِ، وَأَمَّا الْمُهْلِكَاتِ: فَهَوًى مُتَّبِعٌ، وَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ، وَهِيَ أَشَدُّهُنَّ "

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Husain Ali bin Ahmad bin Umar al Muqri ibnu Hamami di Baghdad, dari Ismail Ibnu Khutabi, dari Muhammad ibnu Ahmad ibnu Nashr Abu Bakr ari A’raji dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Ada tiga perkara yang menyelamatkan dan tiga perkara yang membinasakan. Adapun perkara yang menyelamatkan adalah taqwa kepada Allah, baik dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan, berkata yang benar, baik dalam keadaan ridha maupun marah, dan berperilaku sederhana, baik dalam keadaan kaya maupun fakir. Adapun perkara yang membinasakan adalah hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang ditaati serta bangga akan diri sendiri dan perkara ini merupakan yang paling berbahaya." (HR Baihaqi: 6865)

Makanlah, Minumlah, Bersedekahlah, Dan Berpakaianlah Kalian Dengan Tidak Merasa Bangga Dan Sombong Serta Berlebih-Lebihan

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 6421, dijelaskan bahwa Makanlah, minumlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah kalian dengan tidak merasa bangga dan sombong serta berlebih-lebihan;

حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُوا وَاشْرَبُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِي غَيْرِ مَخِيلَةٍ وَلَا سَرَفٍ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ أَنْ تُرَى نِعْمَتُهُ عَلَى عَبْدِهِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Bahz] telah menceritakan kepada kami [Hammam] dari [Qotadah] dari ['Amru bin Syu'aib] dari [bapaknya] dari [kakeknya], dia berkata; bahwa seseungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Makanlah, minumlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah kalian dengan tidak merasa bangga dan sombong serta berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah bangga bila nikmat-Nya ada pada hamba-Nya diperlihatkan." (HR. Ahmad: 6421)

Tidak Terjadi Hari Kiamat Sehingga Orang Membanggakan Diri Di Masjid

Nabi Muhammad SAW juga memberi peringatan yang di muat dalam Kitab Musnad Ahmad hadits nomor 12079, bahwa hari kiamat tidak akan terjadi hingga orang membanggakan diri di masjid;

حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ وَعَفَّانُ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسُ فِي الْمَسَاجِدِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Abdus Shomad] dan [Affan] berkata, Telah menceritakan kepada kami [Hammad] dari [Ayyub] dari [Abi Qilabah] dari [Anas] sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak terjadi hari kiamat sehingga orang membanggakan diri di masjid." (HR. Ahmad: 12079)

Hadits di atas mengandung pengertian, bahwa amal kebaikan yang dilakukan di Masjid bila diikuti perasaan bangga, maka tidak mendatangkan kebaikan tetapi justru mendatangkan dosa. Dan hal tersebut akan menjadi tanda datangnya hari Qiyamat.

Jika Hanya Kau Katakan Akan Menjadi Kebanggaan Kaummu, Nanti Hanyalah Mendatangkan Kekecewaan Dan Kesedihan

Rasulullah SAW mengingatakan untuk tidak menjadikan keturunan sebagai kebanggaan , karena jika hanya untuk kebanggaan kaummu, nanti akan mendatangkan kekecewaan dan kesedihan.termuat di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 20838; berikut;

حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَنْبَأَنَا مُجَالِدٌ عَنِ الشَّعْبِيِّ حَدَّثَنَا الْأَشْعَثُ بْنُ قَيْسٍ قَالَ قَدِمْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَفْدِ كِنْدَةَ فَقَالَ لِي هَلْ لَكَ مِنْ وَلَدٍ قُلْتُ غُلَامٌ وُلِدَ لِي فِي مَخْرَجِي إِلَيْكَ مِنْ ابْنَةِ جَدٍّ وَلَوَدِدْتُ أَنَّ مَكَانَهُ شَبِعَ الْقَوْمُ قَالَ لَا تَقُولَنَّ ذَلِكَ فَإِنَّ فِيهِمْ قُرَّةَ عَيْنٍ وَأَجْرًا إِذَا قُبِضُوا ثُمَّ وَلَئِنْ قُلْتَ ذَاكَ إِنَّهُمْ لَمَجْبَنَةٌ مَحْزَنَةٌ إِنَّهُمْ لَمَجْبَنَةٌ مَحْزَنَةٌ

Artinya: Telah bercerita kepada kami Suraij bin An Nu'man telah bercerita kepada kami Husyaim telah memberitakan kepada kami Mujalid dari Asy Sya'bi telah bercerita kepada kami Al Asy'ats bin Qais, ia berkata: Saya mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersama rombongan, lalu beliau bertanya: Apa kau punya putra? Saya menjawab: Saat saya pergi untuk menemui baginda, saya memperoleh bayi laki-laki dari bibi (keponakan laki-laki), saya mengimpikan kaum saya bangga dengan posisinya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jangan kau katakan seperti itu, karena bisa jadi ia sebagai penyejuk hati, namun jika meninggal pun kau memperoleh ganjaran, namun jika hanya kau katakan akan menjadi kebanggaan kaummu, nanti hanyalah mendatangkan kekecewaan dan kesedihan, kekecewaan dan kesedihan'.(Ahmad: 20838)

Seburuk Buruk Hamba Adalah Hamba Yang Sombong, Berbangga Diri Dan Lupa Terhadap Dzat Yang Maha Besar Dan Maha Tinggi

Di dalam kitab Sunan Tirmidzi hadits nomor 2372 disebutkan Seburuk buruk hamba adalah hamba yang sombong, berbangga diri dan lupa terhadap Dzat yang maha besar dan maha tinggi;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْأَزْدِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا هَاشِمٌ وَهُوَ ابْنُ سَعِيدٍ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنِي زَيْدٌ الْخَثْعَمِيُّ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ الْخَثْعَمِيَّةِ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ تَخَيَّلَ وَاخْتَالَ وَنَسِيَ الْكَبِيرَ الْمُتَعَالِ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ تَجَبَّرَ وَاعْتَدَى وَنَسِيَ الْجَبَّارَ الْأَعْلَى بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ سَهَا وَلَهَا وَنَسِيَ الْمَقَابِرَ وَالْبِلَى بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ عَتَا وَطَغَى وَنَسِيَ الْمُبْتَدَا وَالْمُنْتَهَى بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ يَخْتِلُ الدُّنْيَا بِالدِّينِ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ يَخْتِلُ الدِّينَ بِالشُّبُهَاتِ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ طَمَعٌ يَقُودُهُ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ هَوًى يُضِلُّهُ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ رَغَبٌ يُذِلُّهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَلَيْسَ إِسْنَادُهُ بِالْقَوِيِّ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Al Azdi Al Bashri telah menceritakan kepada kami 'Abdus Shamad bin 'Abdul Warits telah menceritakan kepada kami Hasyim bin Sa'id Al Kufi telah menceritakan kepada kami Zaid Al Khats'ami dari Asma` binti 'Umais Al Khats'amiyah berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Seburuk buruk hamba adalah hamba yang sombong, berbangga diri dan lupa terhadap Dzat yang maha besar dan maha tinggi, seburuk buruk hamba adalah hamba yang diktator dan kejam dan dia lupa terhadap Dzat yang maha perkasa lagi maha tinggi, seburuk buruk hamba adalah hamba yang lupa dan lalai dan lupa akan kuburan dan ujian, seburuk buruk hamba adalah hamba yang melampaui batas dan berlebih lebihan, lupa terhadap adanya permulaan dan kesudahan, seburuk buruk hamba adalah hamba yang mencari dunia dengan mengorbankan agama, seburuk buruk hamba adalah hamba yang mencari agama dengan hal hal yang syubhat, seburuk buruk hamba adalah hamba yang dikendalikan oleh sifat tamak, seburuk buruk hamba adalah hamba yang dikuasai oleh hawa nafsu yang menyesatkannya dan seburuk buruk hamba adalah hamba yang dikuasai sifat rakus yang menjadikannya hina." Abu Isa berkata: Hadits ini gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur sanad ini sedangkan sanadnya tidak kuat." (HR. Tirmidzi, Sunan Tirmidzi:2372)

Barangsiapa Yang Merasa Sombong Dalam Dirinya Atau Dalam Cara Berjalannya, Ia Bertemu Allah Dan Dia Murka Kepadanya

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 5723 dinyatakan Barangsiapa yang merasa sombong dalam dirinya atau dalam cara berjalannya, ia bertemu Allah dan Dia murka kepadanya

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ بْنُ الْقَاسِمِ الْحَنَفِيُّ يَمَامِيٌّ سَمِعْتُ عِكْرِمَةَ بْنَ خَالِدٍ الْمَخْزُومِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ تَعَظَّمَ فِي نَفْسِهِ أَوْ اخْتَالَ فِي مِشْيَتِهِ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ishaq telah mengabarkan kepada kami Yunus bin Qasim Al Hanafi Yamami saya mendengar Ikrimah bin Khalid Al Makhzumi berkata, saya mendengar Ibnu Umar berkata; saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang merasa sombong dalam dirinya atau dalam cara berjalannya, ia bertemu Allah dan Dia murka kepadanya." (HR. Ahmad: 5723)

Jika Kalian Tidak Berdosa Maka Aku Takut Kalian Ditimpa Dengan Perkara Yang Lebih Besar Darinya (Yaitu) Ujub ! Ujub

Di dalam Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 7401 digambarkan bahwa “Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ujub ! ujub ;

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ بْنُ بِشْرَانَ، أَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّفَّارُ، نا عَبَّاسُ -[400]- بْنُ مُحَمَّدٍ الدُّورِيُّ، نا عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ، نا سَلَامُ بْنُ أَبِي الصَّهْبَاءِ، نا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَوْ لَمْ تَكُونُوا تُذْنِبُونَ خَشِيتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ "

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Al Husain ibnu Bisyran, Telah mengabarkan kepada kami Ismail ibnu Muhammad Ash Shafar, Telah mengabarkan kepada kami”Abbas ibnu Muhammad Ad Dauri, Telah mengabarkan kepada kami Abdullah ibnu Abdul Wahab, Telah mengabarkan kepada kami Salam ibnu Abi Ash Shahba, Telah mengabarkan kepada kami Tsabit al Bunani, dari Anas ibnu Malik, berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ujub ! ujub !” (HR. Baihaqi: 7401)

Tidak Ada Yang Lebih Liar Dari ‘Ujub

Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi atsar nomor 8226 dinyatakan bahwa tidak ada yang lebih liar dari ‘ujub;

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيُّ، أنا جَدِّي، نا عِيسَى بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَرْوَزِيُّ، نا الْحَسَنُ بْنُ حَمَّادٍ الْعَطَّارُ، نا أَبُو حَمْزَةَ مُحَمَّدُ بْنُ مَيْمُونٍ السُّكَّرِيُّ، أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ الصَّائِغُ، عَنْ حَمَّادٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: " التَّوْفِيقُ خَيْرُ قَائِدٍ، وَحُسْنُ الْخُلُقِ خَيْرُ قَرِينٍ، وَالْعَقْلُ خَيْرُ صَاحِبٍ، وَالْأَدَبُ خَيْرُ مِيرَاثٍ، وَلَا وَحْشَةَ أَشَدُّ مِنَ الْعُجْبِ "

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdir Rahman As Sulami, telah mengabarkan kepada kami kakekku, telah mengabarkan kepada kami ‘Isa ibnu Muhammad Al Marwazi, telah mengabarkan kepada kamiAl Hasan ibnu Hamad Al ‘Athar, telah mengabarkan kepada kami Hamzah Muhammad ibnu Maimun Asy Syukari, telah mengabarkan kepada kami Ibrahim Ash Shai’, dari Hamad, dari Ibrahim, berkata, berkata Ali ibnu Abi Thalib: “ Taufiq (bimbingan) adalah sebaik-baik pimpinan, dan akhlak yang baik adalah sebaik-baik pendamping, dan akal adalah sebaik-baik sahabat, dan adab (sopan santun) adalah sebaik-baik warisan, dan tidak ada yang lebih liar dari ‘ujub (Atsar riwayat Imam Baihaqi: 8226)

3. Riya’ dan Sum’ah

Dari segi bahsa kata riya’ berasal dari kata kerja ra’â yang berarti memperlihatkan. Riya’ adalah perasaan untuk memperlihatkan amal perbuatan kepada selain Allah dengan harapan ingin dilihat; diketahui orang lain sehingga mendapat pengakuan, perhatian atau pujian darinya. Sedangkan sum’ah berasal dari sumi’a; didengar, yaitu melakukan amal tetapi ingin didengar; diketahui oleh selain Allah dengan harapan mendapat pengakuan, perhatian atau pujian darinya.

Riya’ keberadaannya masih sangat dekat dengan ‘ujub, di dalam kitab Hilyatul Aulia atsar nomor 15511, digambarkan perbedaan antara riya’ dengan ‘ujub;

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ , ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا تُرَابٍ يَقُولُ: قَالَ حَاتِمٌ الْأَصَمُّ: " لَا أَدْرِي أَيُّهُمَا أَشَدُّ عَلَى النَّاسِ الْعَجَبُ أَوِ الرِّيَاءُ , الْعَجَبُ دَاخِلٌ فِيكَ وَالرِّيَاءُ يَدْخُلُ عَلَيْكَ , الْعَجَبُ أَشَدُّ عَلَيْكَ مِنَ الرِّيَاءِ وَمِثَلُهُمَا أَنْ يَكُونَ كَلْبُكَ فِي الْبَيْتِ كَلْبَ عُقُورٍ وَكَلْبٌ آخَرُ خَارِجَ الْبَيْتِ فَأَيُّهُمَا أَشَدُّ عَلَيْكَ الدَّاخِلُ -[49]- مَعَكَ أَوِ الْخَارِجُ؟ أَمَّا الدَّاخِلُ فَهُوَ الْعَجَبُ وَأَمَّا الْخَارِجُ فَهُوَ الرِّيَاءُ ..

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad berkata; aku mendengar Aba Turab berkata: Berkata Hatim Al Asham: “Aku tidak mengetahui mana di antara keduanya yang lebih berbahaya bagi manusia ‘ujub atau riya’, ‘ujub berada di dalam dirimu, sedangkan riya’ yang masuk ke dalam dirimu, ‘ujub lebih berbahaya bagimu dari riya’, dan perumpamaan keduanya seperti anjingmu berada di dalam rumah sebagai anjing yang keranjingan, dan anjing yang lain diluar rumah, maka mana yang lebih berbahaya bagimu yang bersamamu di dalam atau yang di luar ? adapun yang di dalam itu ‘ujub dan yang di luar itu riya’”.. (Atsar Abu Nuaim, Hilyatul Auliya: 15511)

Neraka Wail Bagi Orang-Orang Yang Shalat, (Yaitu) Orang-Orang Yang Lalai Dari Salatnya, Orang-Orang Yang Berbuat Riya

Allah memperingatkan kepada hambanya agar Ketika shalat tidak lalai dari tujuannya, yaitu untuk beribadah (mengabdi) dengan mengingat Allah serta tidak mengharapkan perhatian dari selain Allah, jika shalatnya lalai dan justru berharap mendapat perhatian dari manusia, maka amal ibadah shalatnya justru mengakibatkan akan dimasukkan neraka wail;

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ, الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ, الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ, وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.(QS. Al Maun/ 107: 4-7)

Orang-Orang Yang Menafkahkan Harta-Harta Mereka Karena Riya Kepada Manusia, Mengambil Syaitan Itu Menjadi Temannya

Sedangkan di dalam Al Quran Surat An-Nisa'/ 4: 38, Allah juga memperingatkan manusia agar tidak mengharapkan perhatian kepada manusia saat berinfaq: menafkahkan harta, dan jika ada riya’ berarti mengikuti bisikan syaithan;

وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ ۗ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا

Artinya: Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya. (QS. An-Nisa'/ 4: 38)

Jubbil Hazan Adalah Sebuah Lembah Yang Ada Di Dalam Neraka Jahannam, Yang Akan Tinggal Di Dalamnya Adalah Para Ahli Al Quran Yang Riya’

Di dalam kitab Sunan Tirmidzi hadits nomor 2305 digambarkan bahwa Jubbil Hazan adalah “Sebuah lembah di neraka jahannam, sementara neraka jahannam sendiri berlindung darinya setiap hari sebanyak seratus kali, " kami bertanya: Dan siapakah yang akan memasukinya? beliau menjawab: Para pembaca Al Qur`an yang memamerkan perbuatan mereka;

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنِي الْمُحَارِبِيُّ عَنْ عَمَّارِ بْنِ سَيْفٍ الضَّبِّيِّ عَنْ أَبِي مُعَانٍ الْبَصْرِيِّ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جُبِّ الْحَزَنِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا جُبُّ الْحَزَنِ قَالَ وَادٍ فِي جَهَنَّمَ تَتَعَوَّذُ مِنْهُ جَهَنَّمُ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَدْخُلُهُ قَالَ الْقُرَّاءُ الْمُرَاءُونَ بِأَعْمَالِهِمْ قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepadaku Al Muharibi dari 'Ammar bin Saif Adl Dluba'I dari Abu Mu'an Al Bashri dari Ibnu Sirin dari Abu Hurairah dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: Berlindunglah kalian kepada Allah dari dari Jubbil hazn." para sahabat bertanya: Apa itu jubbil hazan wahai Rasulullah? beliau menjawab: "Sebuah lembah di neraka jahannam, sementara neraka jahannam sendiri berlindung darinya setiap hari sebanyak seratus kali, " kami bertanya: Dan siapakah yang akan memasukinya? beliau menjawab: Para pembaca Al Qur`an yang memamerkan perbuatan mereka." Dia (Abu Isa) berkata: Hadits ini hasan gharib.(HR. Tirmidzi 2305)

Di Dalam Neraka Jahanam Terdapat Sebuah Lembah Yang Disediakan Bagi Orang-Orang Yang Riya Dari Kalangan Umat Muhammad Yang Hafal Kitabullah Dan Suka Bersedekah, Tetapi Bukan Karena Zat Allah

Rasulullah Muhammad SAW juga memperingatkan kepada umatnya untuk tidak riya, karena di neraka Jahannam terdapat lembah yang disediakan untuk orang-orang yang riya dari kalangan umat Muhammad yang hafal Kitabullah dan suka bersedekah, tetapi bukan karena Zat Allah, dan juga bagi orang yang berhaji ke Baitullah dan orang yang keluar untuk berjihad(tetapi bukan karena Allah Swt.). dimuat di dalam kitab Mujam Thabarani Kabir jilid 12 halaman 175 hadits nomor 12835.

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبْدَوَيْهِ الْبَغْدَادِيُّ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ فِي جَهَنَّمَ لَوَادِيًا تَسْتَعِيذُ جَهَنَّمُ مِنْ ذَلِكَ الْوَادِي فِي كُلِّ يَوْمٍ أَرْبَعَمِائَةِ مَرَّةٍ، أُعِدَّ ذَلِكَ الْوَادِيَ لِلْمُرَائِينَ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ: لِحَامِلِ كِتَابِ اللَّهِ. وَلِلْمُصَّدِّقِ فِي غَيْرِ ذَاتِ اللَّهِ، وَلِلْحَاجِّ إِلَى بَيْتِ اللَّهِ، وَلِلْخَارِجِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdullah ibnu Abdu Rabbih Al-Bagdadi, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Ata; dari Yunus, dari Al-Hasan, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya di dalam neraka Jahanam benar-benar terdapat sebuah lembah yang neraka Jahanam sendiri meminta perlindungan kepada Allah dari (keganasan) lembah itu setiap harinya sebanyak empat ratus kali. Lembah itu disediakan bagi orang-orang yang riya (pamer)dari kalangan umat Muhammad yang hafal Kitabullah dan suka bersedekah, tetapi bukan karena Zat Allah, dan juga bagi orang yang berhaji ke Baitullah dan orang yang keluar untuk berjihad(tetapi bukan karena Allah Swt.).(HR. Thabarani: 12835)

Sesuatu Yang Lebih Aku Takutkan Atas Kalian Daripada Al Masih?" Abu Sa'id Berkata; Kami Berkata; "Tentu, " Maka Beliau Bersabda: "Syirik Kecil, Yaitu Seseorang Beramal Karena Kedudukan Orang Lain

Rasulullah Muhammad SAW lebih takut pada syirik kecil; riya’; beramal karena kedudukan orang lain dibandingkan takutnya kepada Dajjal, informasi ini dimuat di dalam kitab Musnad Ahmad Hadits nomor 10822;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ رُبَيْحِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ كُنَّا نَتَنَاوَبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَبِيتُ عِنْدَهُ تَكُونُ لَهُ الْحَاجَةُ أَوْ يَطْرُقُهُ أَمْرٌ مِنْ اللَّيْلِ فَيَبْعَثُنَا فَيَكْثُرُ الْمُحْتَسِبُونَ وَأَهْلُ النُّوَبِ فَكُنَّا نَتَحَدَّثُ فَخَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ مَا هَذِهِ النَّجْوَى أَلَمْ أَنْهَكُمْ عَنْ النَّجْوَى قَالَ قُلْنَا نَتُوبُ إِلَى اللَّهِ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّمَا كُنَّا فِي ذِكْرِ الْمَسِيحِ فَرَقًا مِنْهُ فَقَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ مِنْ الْمَسِيحِ عِنْدِي قَالَ قُلْنَا بَلَى قَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يَعْمَلُ لِمَكَانِ رَجُلٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Az Zubair berkata; telah menceritakan kepada kami Katsir bin Zaid dari Rubaih bin Abdurrahman bin Abu Sa'id Al Khudri dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata; "Kami saling bergantian menjaga Rasulullah ﷺ, ketika tiba giliran kami menjaga Rasulullah, pada malam itu beliau mempunyai keperluan atau kebutuhan hingga mengutus kami, maka para sukarelawan dan orang yang berjaga-jaga pun membanjir tempat beliau, akhirnya Rasulullah ﷺ keluar ke arah kami dan bersabda: "Ini bisik-bisik apa? Bukankah aku telah melarang kalian dari berbisik-bisik?" Abu Sa'id berkata; Maka kami pun berkata; "Kami bertaubat kepada Allah wahai Nabi Allah, hanya saja kami sedang menyebut-nyebut tentang Al Masih karena takut bertemu dengannya, " beliau bersabda: "Maukah aku kabarkan sesuatu yang lebih aku takutkan atas kalian daripada Al Masih?" Abu Sa'id berkata; Kami berkata; "Tentu, " maka beliau bersabda: "Syirik kecil, yaitu seseorang beramal karena kedudukan orang lain." (HR. Ahmad: 10822)

Sesungguhnya Yang Paling Aku Khawatirkan Dari Kalian Adalah Syirik Kecil, Yaitu Riya’

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 22528, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa riya termasuk syirik kecil, yang menyebabkan amal kebaikan yang dilakukan karena riya tidaka akan mendapat balasan kebaikan dari Allah;

قَالَ عَبْد اللَّهِ وَجَدْتُ هَذَا الْحَدِيثَ فِي كِتَابِ أَبِي بِخَطِّهِ حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ تُجَازَى الْعِبَادُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ بِأَعْمَالِكُمْ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً

Artinya: Berkata Abdullah Aku menemukan hadits ini dalam kitab ayahku dengan tulisan tangannya: telah bercerita kepada kami [Ishaq bin 'Isa] telah bercerita kepada kami ['Abdur Rahman bin Abu Az Zinad] dari ['Amru bin Abu 'Amru] dari ['Ashim bin 'Amru bin Qatadah] dari [Mahmud bin Labid] berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil." Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Riya`, Allah 'azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan disisi mereka?" (HR. Ahmad, Musnad Ahmad: 22528)

Barangsiapa Yang Shalat, Berpuasa, Bersedekah Karena Riya’, Maka Dia Telah Berbuat Syirik.

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 16517 disebutkan bahwa Barangsiapa yang shalat karena riya’, maka dia telah berbuat syirik. Barangsiapa yang berpuasa karena riya’, maka dia telah berbuat syirik. Barangsiapa yang bersedekah karena riya’, maka dia telah berbuat syirik;

حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ يَعْنِي ابْنَ بَهْرَامَ قَالَ قَالَ شَهْرُ بْنُ حَوْشَبٍ قَالَ ابْنُ غَنْمٍ لَمَّا دَخَلْنَا مَسْجِدَ الْجَابِيَةِ أَنَا وَأَبُو الدَّرْدَاءِ لَقِينَا عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ فَأَخَذَ يَمِينِي بِشِمَالِهِ وَشِمَالَ أَبِي الدَّرْدَاءِ بِيَمِينِهِ فَخَرَجَ يَمْشِي بَيْنَنَا وَنَحْنُ نَنْتَجِي وَاللَّهُ أَعْلَمُ فِيمَا نَتَنَاجَى وَذَاكَ قَوْلُهُ فَقَالَ عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ لَئِنْ طَالَ بِكُمَا عُمْرُ أَحَدِكُمَا أَوْ كِلَاكُمَا لَيُوشِكَنَّ أَنْ تَرَيَا الرَّجُلَ مِنْ ثَبَجِ الْمُسْلِمِينَ يَعْنِي مِنْ وَسَطٍ قَرَأَ الْقُرْآنَ عَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعَادَهُ وَأَبْدَاهُ وَأَحَلَّ حَلَالَهُ وَحَرَّمَ حَرَامَهُ وَنَزَلَ عِنْدَ مَنَازِلِهِ أَوْ قَرَأَهُ عَلَى لِسَانِ أَخِيهِ قِرَاءَةً عَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعَادَهُ وَأَبْدَاهُ وَأَحَلَّ حَلَالَهُ وَحَرَّمَ حَرَامَهُ وَنَزَلَ عِنْدَ مَنَازِلِهِ لَا يَحُورُ فِيكُمْ إِلَّا كَمَا يَحُورُ رَأْسُ الْحِمَارِ الْمَيِّتِ قَالَ فَبَيْنَا نَحْنُ كَذَلِكَ إِذْ طَلَعَ شَدَّادُ بْنُ أَوْسٍ وعَوْفُ بْنُ مَالِكٍ فَجَلَسَا إِلَيْنَا فَقَالَ شَدَّادٌ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ لَمَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مِنْ الشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ وَالشِّرْكِ فَقَالَ عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ وَأَبُو الدَّرْدَاءِ اللَّهُمَّ غَفْرًا أَوَلَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ حَدَّثَنَا أَنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ يَئِسَ أَنْ يُعْبَدَ فِي جَزِيرَةِ الْعَرَبِ فَأَمَّا الشَّهْوَةُ الْخَفِيَّةُ فَقَدْ عَرَفْنَاهَا هِيَ شَهَوَاتُ الدُّنْيَا مِنْ نِسَائِهَا وَشَهَوَاتِهَا فَمَا هَذَا الشِّرْكُ الَّذِي تُخَوِّفُنَا بِهِ يَا شَدَّادُ فَقَالَ شَدَّادٌ أَرَأَيْتُكُمْ لَوْ رَأَيْتُمْ رَجُلًا يُصَلِّي لِرَجُلٍ أَوْ يَصُومُ لَهُ أَوْ يَتَصَدَّقُ لَهُ أَتَرَوْنَ أَنَّهُ قَدْ أَشْرَكَ قَالُوا نَعَمْ وَاللَّهِ إِنَّهُ مَنْ صَلَّى لِرَجُلٍ أَوْ صَامَ لَهُ أَوْ تَصَدَّقَ لَهُ لَقَدْ أَشْرَكَ فَقَالَ شَدَّادٌ فَإِنِّي قَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَلَّى يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ وَمَنْ صَامَ يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ وَمَنْ تَصَدَّقَ يُرَائِي فَقَدْ أَشْرَكَ فَقَالَ عَوْفُ بْنُ مَالِكٍ عِنْدَ ذَلِكَ أَفَلَا يَعْمِدُ إِلَى مَا ابْتُغِيَ فِيهِ وَجْهُهُ مِنْ ذَلِكَ الْعَمَلِ كُلِّهِ فَيَقْبَلَ مَا خَلَصَ لَهُ وَيَدَعَ مَا يُشْرَكُ بِهِ فَقَالَ شَدَّادٌ عِنْدَ ذَلِكَ فَإِنِّي قَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ أَنَا خَيْرُ قَسِيمٍ لِمَنْ أَشْرَكَ بِي مَنْ أَشْرَكَ بِي شَيْئًا فَإِنَّ حَشْدَهُ عَمَلَهُ قَلِيلَهُ وَكَثِيرَهُ لِشَرِيكِهِ الَّذِي أَشْرَكَ بِهِ وَأَنَا عَنْهُ غَنِيٌّ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Nadlr berkata; telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid yaitu Ibnu Bahram berkata; Syahr bin Hausyab berkata; Ibnu Ghanam berkata; "Tatkala kami masuk di masjid Al Jabiyah, saya bersama dengan Abu Darda' bertemu 'Ubadah bin Shamit, lalu dia menggandeng tangan kananku dengan tangan kirinya dan tangan kiri Abu Darda dengan tangan kanannya, lalu dia keluar dengan berjalan. Tatkala kami sedang berbisik, demi Allah yang Maha tahu apa yang kami bisikkan, dan itu adalah perkataanya. Lalu 'Ubadah berkata; "Jika umur salah seorang dari kalian atau kalian berdua panjang, kalian akan melihat seorang laki-laki dari tengah-tengah kamu muslimin, " makna tsabaj yaitu tengahnya, yang dia membaca Al qur'an dengan lidah Muhammad SAW, lalu dia mengulang-ulanginya dan menampakkannya, dia akan menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Lalu dia akan singgah di tempat istirahatnya atau dia akan membaca dengan lidah saudaranya, dengan bacaan sebagaimana bacaan Muhammad SAW, lalu dia mengulang-ulanginya dan menampakkanya, dia menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Lalu dia akan singgah di tempat istirahatnya. (laki-laki itu) tidak akan kembali dengan kebaikan pada kalian kecuali sebagaimana kembalinya kepala keledai yang telah mati. ('Ubadah bin Shamit Radliyallahu'anhu) berkata; "Tatkala kami sedang dalam keadaan seperti itu, datanglah Syaddad bin Aus dan Auf bin Malik, lalu mereka berdua duduk bersama kami." lalu Syaddad berkata; "Sesungguhnya yang paling saya takutkan atas kalian wahai manusia, tatkala saya mendengar Rasulullah SAW bersabda tentang syahwat yang tersembunyi dan syirik. Lalu 'Ubadah bin Shamit berkata; dan Abu Darda berkata; "Ya. Allah, Ampunilah. Bukanlah Rasulullah SAW telah menceritakan kepada kami, sesungguhnya setan telah berputus asa dari harapan untuk disembah di Jazirah Arab. Syahwat yang tersembunyi, kami telah mengetahuinya, yaitu syahwat dunia berupa wanita dan kesenangan lainnya. Apa maksud syirik itu, yang sangat kamu takutkan kepada kami, Wahai Syaddad?." Syaddad berkata; "Tidaklah kalian melihat, jika kalian melihat seorang laki-laki yang shalat karena orang yang lain, atau berpuasa karenanya atau bersedekah karenanya, bukankah kalian melihatnya telah berbuat syirik?" Mereka berkata; "Ya, demi Allah, barangsiapa yang shalat atau puasa karena seseorang atau bersedekah karenanya maka dia telah berbuat syirik". Lalu Syaddad berkata; "Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang shalat karena riya’, maka dia telah berbuat syirik. Barangsiapa yang berpuasa karena riya’, maka dia telah berbuat syirik. Barangsiapa yang bersedekah karena riya’, maka dia telah berbuat syirik. Lalu Auf bin Malik ketika itu berkata; "Tidak sebaiknyakah dia jadikan amal itu untuk mencari wajah-Nya semata, sehingga ia lakukan apa yang ia ikhlaskan untuk-Nya dan meninggalkan segala hal yang ia mempersekutukan-Nya?, " Syaddad ketika itu berkata; "Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Allah Azzawajalla berfirman, Aku adalah sebaik-baik musuh bagi siapa yang berbuat syirik kepada-Ku. Barangsiapa yang berbuat syirik kepada-Ku dengan sesuatu, sesungguhnya segala hal yang dia kumpulkan, amalannya, banyak dan sedikitnya untuk sekutunya yang dijadikannya persekutuan dan Aku tidak butuh terhadapnya.(HR. Ahmad: 16517)

Tidak Membatalkan Shadaqah Dengan Riya

Di dalam Al Quran surat Al-Baqarah/ 2: 264 diingatkan untuk tidak membatalkan shadaqah dengan riya’;

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلْأَذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌۭ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌۭ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًۭا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍۢ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَـٰفِرِينَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah/ 2: 264)

Barangsiapa Beramal Karena Sum'ah (Ingin Didengar), Maka Allah Menjadikannya Dikenal Suka Bersum'ah Pada Hari Kiamat

Sedangkan bagi orang yang melakukan amal karena sum’ah akan dikenal sebagai orang yang suka sum’ah di hari qiyamat, disebutkan di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 6619;

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدٌ عَنْ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ طَرِيفٍ أَبِي تَمِيمَةَ قَالَ شَهِدْتُ صَفْوَانَ وَجُنْدَبًا وَأَصْحَابَهُ وَهُوَ يُوصِيهِمْ فَقَالُوا هَلْ سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ وَمَنْ يُشَاقِقْ يَشْقُقْ اللَّهُ عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq Al Wasithi] telah menceritakan kepada kami [Khalid] dari [Al Jurairi] dari [Tharif Abu Tamimah] mengatakan, aku menghadiri Shafwan dan [Jundab] serta sahabat-sahabatnya ketika Jundab memberi wasiat kepada mereka, lantas mereka bertanya; 'Apakah kau mendengar sesuatu dari Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam? ' Ia menjawab; aku mendengar beliau bersabda: "Barangsiapa beramal karena sum'ah (ingin didengar), maka Allah menjadikannya dikenal suka bersum'ah pada hari kiamat, dan barangsiapa menyusahkan (manusia), maka Allah juga bakalan menyusahkannya pada hari kiamat." (HR. Bukhari: 6619)

Tidak Khawatir Terhadap Celaan Orang Yang Mencela

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 6660 digambarkan bahwa untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya juga harus disertai rasa tidak takut terhadap celaan orang yang mencela;

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَادَةُ بْنُ الْوَلِيدِ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ بَايَعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالْحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّا لَا نَخَافُ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ismail telah menceritakan kepadaku Malik dari Yahya bin Sa'id mengatakan, telah mengabarkan kepadaku 'Ubadah bin Al Walid telah mengabarkan kepadaku Ayahku dari Ubadah bin Ash Shamit mengatakan; 'kami berbai'at kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam untuk mendengar dan taat, baik ketika giat (semangat) maupun malas, dan untuk tidak menggulingkan kekuasaan dari orang yang berwenang terhadapnya, dan mendirikan serta mengucapkan kebenaran dimana saja kami berada, kami tidak khawatir dijalan Allah terhadap celaan orang yang mencela.' (HR. Bukhari: 6660)

Syaithan Tidak Berhenti Menggelincirkan Hingga Menyebutkan Amalnya Kepada Manusia Dan Mengumumkannya

Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 6992 digambarkan bahwa syaithan tidak berhenti menggelincirkan hingga menyebutkan amalnya kepada manusia dan mengumumkannya, hingga ditetapkan sebagai amal yang tampak, dan dihapuslah lipatganda pahalanya;

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السَّلَمِيُّ، أَنَا أَبُو عَمْرِو بْنُ مَطَرٍ، وَمُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ الْعَدْلُ، قَالَا: نا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى الْمَرْوَرُوذِيُّ، نا يَحْيَى بنُ عُثْمَانَ، نا بَقِيَّةُ، عَنْ سَلَامِ بْنِ صَدَقَةَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " إِنَّ الِاتِّقَاءَ عَلَى الْعَمَلِ أَشَدُّ مِنَ الْعَمَلِ، إِنَّ الرَّجُلَ لِيَعْمَلُ الْعَمَلَ فَيُكْتَبُ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ مَعْمُولٌ بِهِ فِي السِّرِّ يُضَعِّفُ أَجْرُهُ سَبْعِينَ ضِعْفًا، فَلَا يَزَالُ بِهِ الشَّيْطَانُ حَتَّى يَذْكُرَهُ لِلنَّاسِ وَيُعْلِنَهُ فَيُكْتَبَ عَلَانِتَيُهُ، وَيُمْحَى تَضْعِيفُ أَجْرِهِ، ثُمَّ لَا يَزَالُ بِهِ الشَّيْطَانُ حَتَّى يَذْكُرَهُ لِلنَّاسِ الثَّانِيَةَ، وَيُحِبُّ أَنْ يُذْكَرَ بِهِ وَيُحْمَدَ عَلَيْهِ فَيُمْحَى مِنَ الْعَلَانِيَةِ وَيُكْتُبَ رِيَاءً، فَاتَّقَى اللهَ امْرُؤٌ صَانَ دِينَهُ عَنِ الدُّنْيَا "، وَقَالَ غَيْرُهُ: وَصَانَ دِينَهُ، فَإِنَّ الرِّيَاءَ شِرْكٌ وَقَدْ مَضَى ذِكْرُهُ

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdi Ar Rahman As Sulami, telah mengabarkan kepada kami Abu Amri ibnu Mathar, dan Muhammad ibnu Yazid Al ‘Adlu, keduanya mengatakan: telah mengabarkan kepada kami Yusuf ibnu Musa Al Marwarudzi, telah mengabarkan kepada kami Yahya ibnu Usman, telah mengabarkan kepada kami Baqiyah dari Salam ibnu Shadaqah, dari Zaid ibnu Aslam, dari Al Hsan, dari Abi Darda’, dari Rasulullah SAW, bersabda: Sesungguhnya menjaga amal lebih berat dari amal, sesungguhnya seorang untuk mengerjakan amal maka ditulis baginya amal shalih yang diamalkan secara tersembunyi, pahalanya akan dilipatgandakan tujuh puluh kali, maka syaithan tidak berhenti menggelincirkan hingga menyebutkan amalnya kepada manusia dan mengumumkannya, hingga ditetapkan sebagai amal yang tampak, dan dihapuslah lipatganda pahalanya, kemudian syaithan tidak berhenti menggelincirkan hingga menyebutkannya kedua kalinya, dan suka disebutkan amalnya dan dipijinya, maka dihapuslah dari amal yang tampak dan ditetapkan sebagai amal riya’, maka hendaklah seseorang bertaqwa kepada Allah untuk menjaga agamanya dari dunia, dan berkata yang lainnya: dan memelihara agamnya, karena riya’ merupakan kesyirikan dan telah disebutkan pada yang lalu. (HR. Baihaqi, Syuabul Iman Baihaqi: 6992)

Barangsiapa Mempelajari Keindahan Bahasa Untuk Menjadikan Hati Orang-Orang Condong Kepadanya, Maka Allah Tidak Menerima Ibadahnya

Di dalam kitab Sunan Abu Daud hadits nomor 4353 dinyatakan barangsiapa mempelajari keindahan bahasa untuk menjadikan hati orang-orang condong kepadanya, maka pada hari kiamat Allah tidak akan menerima ibadah wajib atau nafilahnya;

حَدَّثَنَا ابْنُ السَّرْحِ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ الضَّحَّاكِ بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ صَرْفَ الْكَلَامِ لِيَسْبِيَ بِهِ قُلُوبَ الرِّجَالِ أَوْ النَّاسِ لَمْ يَقْبَلْ اللَّهُ مِنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibnu As Sarh berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dari Abdullah Ibnul Musayyab dari Adh Dhahhak bin Syurahbil dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa mempelajari keindahan bahasa untuk menjadikan hati orang-orang condong kepadanya, maka pada hari kiamat Allah tidak akan menerima ibadah wajib atau nafilahnya."(HR. Abu Daud, Sunan Abu Daud: 4353)

Barang Siapa Mencari Ilmu Sekedar Untuk Berbantah-Bantahan Dengan Orang Bodoh, Untuk Menandingi Para Ulama Dan Untuk Mencari Muka Manusia, Dia Masuk Neraka Jahannam

Di dalam kitab Sunan Darimi hadits nomor 375 dinyatakan bahwa Barang siapa mencari ilmu sekedar untuk berbantah-bantahan dengan orang bodoh, untuk menandingi para ulama dan untuk mencari muka manusia, dia masuk neraka jahannam;

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ بُرْدِ بْنِ سِنَانٍ أَبِي الْعَلَاءِ عَنْ مَكْحُولٍ قَالَ مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ وَلِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Sufyan dari Burd bin Sinan Abu Al 'Ala` dari Makhul berkata: "Barang siapa mencari ilmu sekedar untuk berbantah-bantahan dengan orang bodoh, untuk menandingi para ulama dan untuk mencari muka manusia, dia masuk neraka jahannam".(HR. Darimi, Sunan Darimi: 375)

Perasaan takut dicela orang lain, dapat menjadi bagian dari riya’, ketika perasaan takut dicela tersebut merasuki hati ketika seseorang melakukan kebaikan, sehingga mengotori hati kebaikannnya dilakukan karena orang lain, apalagi jika perasaan takut dicela tersebut menjadikannya tidak jadi melakukan kebaikan.

Tidak Keluar Rumah Dengan Angkuh Dan Riya

Di dalam Al Quran surat Al A’raf/ 8: 47, ditegaskan larangan untuk menjadi seperti orang-orang yang keluar rumah dengan angkuh dan riya’ untuk menghalangi dari jalan Allah;

وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ خَرَجُوا۟ مِن دِيَـٰرِهِم بَطَرًۭا وَرِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌۭ

Artinya: Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Anfal/ 8: 47)

Ibadah Karena Riya’ Untuk Siapa Ingin Mendapat Perhatian, Ibadahmu Tidak Naik Kepadaku Sedikitpun

Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 6930 digambarkan tiga kelompok orang beramal, dan dinyatakan bahwa orang yang beramal dengan ikhlas yang diterima Allah;

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ، قَالَا: نا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، نا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ عَفَّانَ، نا عُبَيْدُ اللهِ هُوَ ابْنُ مُوسَى، نا قَطَرِيٌّ الْخَشَّابُ، عَنْ عَبْدِ الْوَارِثِ، عَنْ مَوْلَى أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ أَنَسٌ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صَارَتْ أُمَّتِي ثَلَاثَ فِرَقٍ: فِرْقَةٌ يَعْبُدُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَالِصًا، وَفِرْقَةٌ يَعْبُدُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ رِيَاءً، وَفِرْقَةٌ يَعْبُدُونَ اللهَ يُصِيبُونَ بِهِ دُنْيَا. قَالَ: فَيَقُولُ لِلَّذِي كَانَ يَعَبُدُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لِلدُّنْيَا: بِعِزَّتِي وَجَلَالِي، مَا أَرَدْتَ بِعِبَادَتِي؟ فَيَقُولُ: الدُّنْيَا. فَيَقُولُ: لَا جَرَمَ، لَا يَنْفَعُكَ مَا جَمَعْتَ وَلَا تَرْجِعُ إِلَيْهِ، انْطَلِقُوا بِهِ إِلَى النَّارِ، قَالَ: وَيَقُولُ لِلَّذِي يَعَبُدُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ رِيَاءً: بِعِزَّتِي وَجَلَالِي، مَا أَرَدْتَ بِعِبَادَتِي؟ قَالَ: الرِّيَاءَ. قَالَ: يَقُولُ: إِنَّمَا كَانَتْ عِبَادَتُكَ الَّتِي كُنْتَ تُرَائِي بِهَا لَا يَصْعَدُ إِلَيَّ مِنْهَا شَيْءٌ، وَلَا يَنْفَعُكَ الْيَوْمَ انْطَلِقُوا بِهِ إِلَى النَّارِ، قَالَ: وَيَقُولُ لِلَّذِي كَانَ يَعَبُدُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَالِصًا: بِعِزَّتِي وَجَلَالِي، مَا أَرَدْتَ بِعِبَادَتِي؟ فَيَقُولُ: بِعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ، لَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي كُنْتُ أَعْبُدُكَ لِوَجْهِكَ وَلِدَارِكَ، قَالَ: صَدَقَ عَبْدِي انْطَلِقُوا بِهِ إِلَى الْجَنَّةِ "

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah Al Hafidz dan Abu Bakar Ahmad ibnu Hasan, berkata: telah mengabarkan kepada kami Abu Abas Muhammad ibnu Ya’qub, telah mengabarkan kepada kami Al hasan ibnu Ali ibnu ‘Afan, telah mengabarkan kepada kami ‘Ubaidullah yaitu ibnu Musa, telah mengabarkan kepada kami Qathari Al Hasab, dari Abd Al Waris, dari Maula Anas, berkata, berkata Anas: Rasulullah SAW bersabda: Jika terjadi Hari Qiyamat umatku terbagi menjadi tiga kelompok, kelompok yang menyembah Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, kelompok yang menyembah Allah Azza wa Jalla dengan riya’, kelompok yang menyembah Allah Azza wa Jalla untuk memperoleh dunianya, beliau bersabda, Maka Allah berkata kepada orang yang menyembah Allah Azza wa Jalla untuk duniannya, dengan keagungan dan kemulyaanku, apa yang kamu inginkan dari ibadah kepadaKu ?, mereka berkata: dunia, maka Allah berkata: tidak diragukan, tidak ada manfaat bagimu apa yang telah kamu kumpulkan dan tidak dapat kembali kepadanya, karenanya lemparkanlah ke Neraka, Allah berkata kepada orang yang menyembah Allah Azza wa Jalla untuk duniannya, dengan keagungan dan kemulyaanku, apa yang kamu inginkan dari ibadah kepadaKu ?, mereka berkata: riya’, maka Allah berkata: sesungguhnya ibadahmu untuk siapa kamu ingin diperhatikan, ibadahmu tidak naik kepadaKu sedikitpun, dan hari ini tidak memberi manfaat kepadamu, karenanya lemparkanlah ke Neraka, Allah berkata kepada orang yang menyembah Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, dengan keagungan dan kemulyaanku, apa yang kamu inginkan dari ibadah kepadaKu ?, mereka berkata: dengan keagungan dan kemulyaanMu sungguh engakau lebih mengetahui , maka Allah berkata:hambaKu benar karenanya bebaskan dia ke Jannah. (HR. Baihaqi: 6930)

Bermajelis Dengan Guru Yang Mengajarkan Menghilangkan Riya Menuju Kepada Keikhlasan

Di dalam kitab Hilyatul Aulia hadits nomor 12041 diingatkan untuk tidak bermajelis dengan semua guru, kecuali yang mengajarkan menghilangkan riya menuju kepada keikhlasan;

ما حَدَّثَنَاهُ أَبُو الْقَاسِمِ زَيْدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ أَبِي بِلَالٍ , ثنا عَلِيُّ بْنُ مَهْرَوَيْهِ , ثنا يُوسُفُ بْنُ حَمْدَانَ , ثنا أَبُو سَعِيدٍ الْبَلْخِيُّ , ثنا شَقِيقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الزَّاهِدُ , ثنا عَبَّادُ بْنُ كَثِيرٍ , عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا تَجْلِسُوا مَعَ كُلِّ عَالِمٍ إِلَّا مَعَ عَالِمٍ يَدْعُوكُمْ مِنْ خَمْسٍ إِلَى خَمْسٍ: مِنَ الشَّكِّ إِلَى الْيَقِينِ , وَمِنَ الْعَدَاوَةِ إِلَى النَّصِيحَةِ وَمِنَ الْكِبْرِ إِلَى التَّوَاضُعِ وَمِنَ الرِّيَاءِ إِلَى الْإِخْلَاصِ وَمِنَ الرَّغْبَةِ إِلَى الرَّهْبَةِ "

Artinya: Apa yang telah kami ceritakan kepadanya Abu Qasim Zaid ibnu Ali ibnu abi Bilal. telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Mahrawaih, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Hamdan, telah menceritakan kepada kami Abu Said Al Balhi, telah menceritakan kepada kami Syaqiq ibnu Ibrahim Al Zahid, telah menceritakan kepada kami ‘Abad ibnu Katsir dari abu Zubair, dari Jabir berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jangan bermajelis (belajar) dengan semua guru, kecuali dengan yang mengajakmu dari lima hal menuju lima; dari keraguan kepada keyakinan, dari permusuhan menuju nasehat, dari takabur kepada tawadhu’, dari riya’ menuju ikhlas dan dari berhasrat menuju merasa takut.” (HR. Abu Nuaim, Hilyatul Auliya: 12041)

Dari beberapa ayat Al Qura’an dan Hadits Nabi SAW di atas, dapat kita ketahui bahwa dalam amal ibadah mahdhah saja masih rentan terhadap terjadinya riya’ dan sum’ah, maka apalagi terhadap amal ibadah yang ghairu mahdah, juga pada seluruh aktifitas kehidupan manusia, sangat mungkin dilakukan karena riya’, sehingga tidak akan mendapatkan pahala kebaikan, melainkan justru mendatangkan kesyirikan, dengan akibat di akhirat nanti dimasukkan ke dalam neraka Wail atau Jahannam.

Pembahasan selengkapnya mengenai Nafsiyah dapat diunduh dibagian paling bawah halamn ini..

Agar ketaqwaan di tingkat Taubat ini dapat diamalkan dengan baik, maka di sini perlu dirumuskan bahwa taqwa di posisi taubat adalah wujud kesadaran untuk taat kepada Allah, menjaga diri dari kekurangan dan kesalahan dalam meninggalkan larangan dan menjalankan perintahnya disertai dengan kesadaran untuk selalu mengingat Allah yang maha menerima taubat, diiringi dengan kesadaran untuk segera beristighfar dan bertaubat kepada Allah SWT..

Taqwa di tingkat taubat merupakan merupakan upaya pembentuk kesadaran awal bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Menerima Taubat, sehingga kemudian terbentuk kesadaran taqwa tingkat sabar dengan keyakinan bahwa Allah Maha Sabar dan terbentuk tingkatan taqwa berikutnya.

Doa Mohon Perlindungan Kepada Allah Dari Keburukan Nafsiyah

اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي سُوءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

“Ya Allah, Tuhan pencipta langit dan bumi, Tuhan yang mengetahui yang Ghaib dan yang nyata, tiada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Engkau, Tuhan yang menguasai segala sesuatu dan merajainya, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan nafsiyahku, kejahan setan dan bala tentaranya, dan aku berbuat kejelekkan pada diriku atau aku mendorongnya pada seorang muslim”

(HR. Ahmad, Musnad Ahmad: 6555)

Pencaraian kata di dalam Al Quran menggunakan aplikasi Dzekr 1.1.0, berdasar kata dasar nafs ditemukan 298 kata di 270 ayat. 298 kata tersebut memiliki banyak klasifikasi, kesemuanya dapat dirangkum dalam dua klasifikasi besar, yakni fujur dan taqwa, sebagaimana termuat di dalam Al Quran surat Asy Syams/ 91: 7-10;

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا, فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا, قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا, وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

ِArtinya: dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), (7) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (8) sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (9) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy Syams/ 91: 7-10)

Nafs memiliki sisi taqwa; positif dan fujur; negatif, di sisi negatif nafs dapat mendorong seseorang untuk berbuat fujur hingga tingkatan paling buruk, namun perbuatan fujur diawali dari sifat Nafsiyah yang ada pada diri seseorang, sifat nafsiyah ini kemudian dapat mendorang terbentuknya sikap; atsarah, ujub, ria’, sum’ah, takabur, hingga su’ubiyah.

Di sini dikemukakan pembahasan ayat-ayat Al Quran dan hadits serta Atsar, yang berkaitan dengan nilai paling dasar dari fujur, yakni Nafsiyah, yang didalamnya terdapat; atsarah, ujub, ria’, sum’ah, takabur, hingga su’ubiyah, dengan mengetahui nilai-nilai negatif nafsiyah tersebut sehingga dapat tumuh kesadaran taqwa dari nafsiyah.

Hasil penelitian ini kami hadiahkan untuk seluruh umat Islam di manapun berada , agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam memahami dan mengamalkan Taqwa secara menyeluruh.

Hadiah dapat didownload di tombol Hadiah. In Syaa Allah Bermanfaat ...

Taqwa Dari Nafsiyah

Di sini perlu dirumuskan bahwa taqwa dari nafsiyah adalah kesadaran qalbu atau pengakuan diri ketika dirinya memiliki kesalahan-kesalahan yang disebabkan dorongan yang bersifat nafsiyah, kemudian diikuti dengan kesadaran untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas kesalahan tersebut.

Bersujud, Bertasbih, Memuji Allah Dan Tidak Menyombongkan Diri

Di dalam Al Quran Surat As Sajdah/ 32: 15 digambarkan bahwa orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong;

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِـَٔايَـٰتِنَا ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا۟ بِهَا خَرُّوا۟ سُجَّدًۭا وَسَبَّحُوا۟ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. (QS. As Sajdah/ 32: 15)

Di dalam Al Quran surat An Nahl/ 16: 49 dinyatakan bahwa kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri;

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن دَآبَّةٍۢ وَٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Artinya: Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri. (QS. An Nahl/ 16: 49)

Syetan Memiliki Tempat-Tempat Masuk Dan Jebakan-Jebakan

Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 8385 dinyatakan bahwa Sesungguhnya Syetan memiliki tempat-tempat masuk dan jebakan-jebakan

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ بْنُ الْفَضْلِ الْقَطَّانُ، أنا عَبْدُ اللهِ بْنُ جَعْفَرٍ، نا يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ، نا أَبُو الْيَمَانِ، نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، ثَنَا أَبُو رَوَاحَةَ يَزِيدُ بْنُ -[479]- أَبْهَمَ، عَنِ الْهَيْثَمِ بْنِ مَالِكٍ الطَّائِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ، وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسلَّمَ يَقُولُ: " إِنَّ لِلشَّيْطَانِ مَصَالِيًا وَفُخُوخًا، وَإِنَّ مِنْ مَصَالِيهِ وَفُخُوخِهِ الْبَطَرَ بِنِعَمِ اللهِ، وَالْفَخْرَ بِعَطَاءِ اللهِ، وَالْكِبْرَ عَلَى عِبَادِ اللهِ، وَاتِّبَاعَ الْهَوَى فِي غَيْرِ ذَاتِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ "

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Al husna ibnu Fadl Al Qathan, telah mengabarkan kepada kami Abdullah ibnu Ja’far, telah mengabarkan kepada kami Ya’qub ibnu Sufyan, telah mengabarkan kepada kami Abu Al Yaman, telah mengabarkan kepada kami Ismail ibnu Ayas, telah menceritakan kepada kami Abu Rawahah Yazid ibnu Abham, dari Al Haitsam ibnu Malik At Thai, berkata: aku telah mendengar An Nu’man ibnu Basyir, dan dia sedang di atas mimbar, berkata: aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Syetan memiliki tempat-tempat masuk dan jebakan-jebakan, dan sesungguhnya di antara tempat masuk dan jebakannya adalah kesombongan dengan ni’mat Allah, dan bangga dengan pemberian Allah dan sombong kepada Hamba Allah, dan mengikuti hawa nafsu pada selain Dzat Allah Azza wa Jalla”

Rasulullah Tidak Pernah Membenci Karena Pertimbangan Pribadinya

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 3296 digambarkan bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah membenci (memusuhi) karena pertimbangan kepentingan pribadi semata, kecuali memang karena menodai kehormatan Allah;

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلَّا أَخَذَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ وَمَا انْتَقَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ إِلَّا أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ بِهَا

Artinya: Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa dia berkata; "Tidaklah Rasulullah ﷺ diberi pilihan dari dua perkara yang dihadapinya, melainkan beliau mengambil yang paling ringan selama bukan perkara dosa. Seandainya perkara dosa, beliau adalah orang yang paling jauh darinya, dan Rasulullah ﷺ tidak pernah membenci (memusuhi) karena pertimbangan kepentingan pribadi semata, kecuali memang karena menodai kehormatan Allah, dan apabila kehormatan Allah dinodai, maka beliau adalah orang yang paling membenci (memusuhi) nya". (HR. Bukhari: 3296)

Doa Agar Dapat Taqwa Dari Nafsiyah

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 6555 disebutkan doa monhon perlindungan dari keburukan nafs dan syetan;

حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ الْأَلْهَانِيِّ عَنْ أَبِي رَاشِدٍ الْحُبْرَانِيِّ قَالَ أَتَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ فَقُلْتُ لَهُ حَدِّثْنَا مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَلْقَى بَيْنَ يَدَيَّ صَحِيفَةً فَقَالَ هَذَا مَا كَتَبَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَظَرْتُ فِيهَا فَإِذَا فِيهَا أَنَّ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي مَا أَقُولُ إِذَا أَصْبَحْتُ وَإِذَا أَمْسَيْتُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا بَكْرٍ قُلْ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي سُوءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Walid telah menceritakan kepada kami Ibnu 'Ayyasy dari Muhammad bin Ziyad Al Alhani dari Abu Rasyid Al Hubrani dia berkata; aku mendatangi Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash, aku katakan kepadanya: "ceritakan kepada kami apa yang telah engkau dengar dari Rasul Shallallahu 'alaihi wa Salam." Maka dia menyodorkan ke tanganku sebuah lembaran shahifah seraya berkata: "Ini yang dituliskan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam untukku." Maka akupun melihat lembaran shahifah tersebut, dan aku dapatkan dalam lembaran tersebut bahwa Abu Bakar Ash Shidiq pernah bertanya kepada beliau: "Wahai Rasulullah, ajarilah aku, apa yang harus aku ucapkan ketika berada pada waktu pagi dan sore hari?" Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam pun menjawab: "wahai Abu Bakar, ucapkalah: (Ya Allah, Tuhan pencipta langit dan bumi, Tuhan yang mengetahui yang Ghaib dan yang nyata, tiada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Engkau, Tuhan yang menguasai segala sesuatu dan merajainya, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan nafsiyahku, kejahan setan dan bala tentaranya, dan aku berbuat kejelekkan pada diriku atau aku mendorongnya pada seorang muslim)."

Doa “Ya Allah, Jagalah Daku Dari Kejahatan Diriku Dan Tunjukilah Daku Kepada Kebaikan Urusanku”

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 19141 disebutkan doa ” Ya Allah, jagalah daku dari kejahatan diriku dan tunjukilah daku kepada kebaikan urusanku”

حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَوْ غَيْرِهِ أَنَّ حُصَيْنًا أَوْ حَصِينًا أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ لَعَبْدُ الْمُطَّلِبِ كَانَ خَيْرًا لِقَوْمِهِ مِنْكَ كَانَ يُطْعِمُهُمْ الْكَبِدَ وَالسَّنَامَ وَأَنْتَ تَنْحَرُهُمْ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ فَقَالَ لَهُ مَا تَأْمُرُنِي أَنْ أَقُولَ قَالَ قُلْ اللَّهُمَّ قِنِي شَرَّ نَفْسِي وَاعْزِمْ لِي عَلَى أَرْشَدِ أَمْرِي قَالَ فَانْطَلَقَ فَأَسْلَمَ الرَّجُلُ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ إِنِّي أَتَيْتُكَ فَقُلْتَ لِي قُلْ اللَّهُمَّ قِنِي شَرَّ نَفْسِي وَاعْزِمْ لِي عَلَى أَرْشَدِ أَمْرِي فَمَا أَقُولُ الْآنَ قَالَ قُلْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَخْطَأْتُ وَمَا عَمَدْتُ وَمَا عَلِمْتُ وَمَا جَهِلْتُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Manshur dari Rabi'i bin Hirasy dari 'Imran bin Hushain atau yang lain bahwa seseorang bernama Hushain atau Hashin datang kepada Rasulullah ﷺ sambil berkata; "Wahai Muhammad, sungguh Abdul Muthallib adalah orang terbaik bagi kaumnya daripada kamu. Ia memberi makan kaumnya dengan hati dan punuk unta, sementara kamu menyembelih mereka." Lalu Nabi ﷺ bersabda sebagaimana yang di kehendaki Allah. Laki-laki itu berkata lagi; "Lalu apa yang anda suruh untuk aku katakan?." Beliau bersabda: "Katakanlah: Allahumma Qinii syarra nafsi wa 'A'zimlii 'ala 'arsyadi amrii (Ya Allah, jagalah daku dari kejahatan diriku dan tunjukilah daku kepada kebaikan urusanku)." 'Imran bin Hushain berkata; "Lalu laki-laki itu itu pergi dan masuk Islam, kemudian datang lagi sambil berkata; "Aku datang kepadamu lalu engkau menyuruhku untuk membaca; Allahumma Qinii syarra nafsii wa 'A'zimlii 'ala 'arsyadi amrii (Ya Allah, jagalah daku dari kejahatan diriku dan tunjukilah daku kepada kebaikan urusanku), lantas apa yang aku katakan sekarang?." Beliau bersabda: "Katakanlah; Allahummaghfirlii ma asrartu wama 'a'lantu wama akhtha'tu wama 'amadtu wama 'alimtu wama jahiltu (Ya Allah, ampunilah daku dari dosa yang tersembunyi dan yang nampak, yang lalai maupun yang disengaja, yang aku tahu maupun tidak)."

Doa Mohon Perlindungan Kepada Allah dari Keburukan Diri Nafsiyah

Di Dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 17229 disebutkan doa Ya Allah, aku memohon petunjuk-Mu sehingga lurus urusanku, dan aku berlindung pada-Mu dari keburukan jiwaku

حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَن سَعِيدٍ الْجُرَيْرِيِّ عَن أَبِي الْعَلَاءِ عَن عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ وَامْرَأَةٍ مِنْ قَيْسٍ أَنَّهُمَا سَمِعَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَحَدُهُمَا سَمِعْتُهُ يَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي خَطَئِي وَعَمْدِي اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَهْدِيكَ لِأَرْشَدِ أَمْرِي وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Musa telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Sa'id Al Jurairi dari Abul Ala dari Utsman bin Abul Ash dan Seorang perempuan dari Quwais, bahwa keduanya pernah mendengar Nabi ﷺ. Salah satu dari keduanya berkata, "Saya mendengar beliau berdo'a: "Allahummaghfir Lii Dzanbii Khatha`Ii Wa 'Amdii. Allahumma Innii Astahdiika Liarsyadi Amrii, Wa A'uudzu Bika Min Syarri Nafsii (Ya Allah, ampunilah dosaku baik yang sengaja ataupun yang tidak. Ya Allah, aku memohon petunjuk-Mu sehingga lurus urusanku, dan aku berlindung pada-Mu dari keburukan jiwaku)."

Berdoa Ya Allah, ilhamkan kepadaku petunjukku, dan lindungilah aku dari kejahatan diriku

Di dalam kitab Sunan Tirmidzi hadits nomor 3405 disebutkan doa Ya Allah, ilhamkan kepadaku petunjukku, dan lindungilah aku dari kejahatan diriku

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ شَبِيبِ بْنِ شَيْبَةَ عَنْ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي يَا حُصَيْنُ كَمْ تَعْبُدُ الْيَوْمَ إِلَهًا قَالَ أَبِي سَبْعَةً سِتَّةً فِي الْأَرْضِ وَوَاحِدًا فِي السَّمَاءِ قَالَ فَأَيُّهُمْ تَعُدُّ لِرَغْبَتِكَ وَرَهْبَتِكَ قَالَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ قَالَ يَا حُصَيْنُ أَمَا إِنَّكَ لَوْ أَسْلَمْتَ عَلَّمْتُكَ كَلِمَتَيْنِ تَنْفَعَانِكَ قَالَ فَلَمَّا أَسْلَمَ حُصَيْنٌ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِيَ الْكَلِمَتَيْنِ اللَّتَيْنِ وَعَدْتَنِي فَقَالَ قُلْ اللَّهُمَّ أَلْهِمْنِي رُشْدِي وَأَعِذْنِي مِنْ شَرِّ نَفْسِي قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ مِنْ غَيْرِ هَذَا الْوَجْهِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Syabib bin Syaibah dari Al Hasan Al Bashri dari Imran bin Hushain ia berkata; Nabi ﷺ berkata kepada ayahku: "Wahai Hushain, berapa tuhan yang engkau sembah dalam sehari?" Ayahku berkata; tujuh, enam di dunia dan satu di langit."Manakah yang engkau perhitungkan keinginanmu dan rasa rasa takutmu?"Ia berkata; Yang ada di langit."Wahai Hushain, ketahuilah seandainya engkau masuk Islam aku akan mengajarimu dua kalimat yang bermanfaat bagimu." Imran berkata; tatkala Hushain telah masuk Islam ia berkata; wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku dua kalimat yang engkau janjikan kepadaku! Kemudian beliau bersabda: "Katakan; Allaahumma Alhimnii Rusydii Wa A'idznii Min Syarri Nafsii (Ya Allah, ilhamkan kepadaku petunjukku, dan lindungilah aku dari kejahatan diriku). Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan gharib. Dan telah diriwayatkan hadits ini dari Imran bin Hushain dan yang lainnya dari jalur ini.

TAQWA DARI NAFSIYAH