52. Taqwa Adalah Pemberian Yang Paling Bermanfaat, Merupakan Ilmu Yang Luar Biasa

2Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah hadits nomor 1847 dinyatakan bahwa Seorang mukmin tidak mendapatkan sesuatu yang lebih bermanfaat setelah ketaqwaan kepada Allah selain istri yang salehah;

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي الْعَاتِكَةِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ عَنْ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ مَا اسْتَفَادَ الْمُؤْمِنُ بَعْدَ تَقْوَى اللَّهِ خَيْرًا لَهُ مِنْ زَوْجَةٍ صَالِحَةٍ إِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ وَإِنْ أَقْسَمَ عَلَيْهَا أَبَرَّتْهُ وَإِنْ غَابَ عَنْهَا نَصَحَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ

Artinya: Hisyam bin Ammar menceritakan kepada kami, Shadaqah bin Khalid menceritakan kepada kami, Utsman bin Abi Al-Atikah menceritakan kepada kami, dari Ali bin Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah, dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda:"Seorang mukmin tidak mendapatkan sesuatu yang lebih bermanfaat setelah ketaqwaan kepada Allah selain istri yang salehah. Jika ia memerintahkannya, ia menaatinya; jika ia memandangnya, ia membuatnya senang; jika ia bersumpah atasnya, ia memenuhinya; dan jika ia pergi, ia menjaga dirinya dan hartanya." (HR. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah: 1847)

Di dalam kitab Mushanaf Abu Saibah hadits nomor 34361 disebutkan bahwa Ilmu itu ada dua jenis: ilmu yang ada di dalam hati, itulah ilmu yang bermanfaat;

ابْنُ نُمَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: الْعِلْمُ عِلْمَانِ: عِلْمٌ فِي الْقَلْبِ فَذَاكَ الْعِلْمُ النَّافِعُ، وَعِلْمٌ عَلَى اللِّسَانِ فَتِلْكَ حُجَّةُ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ

Artinya: Ibnu Numair berkata: Hisham menceritakan kepada kami, dari al-Hasan, berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Ilmu itu ada dua jenis: ilmu yang ada di dalam hati, itulah ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang ada di atas lisan, itulah hujah Allah atas hamba-Nya." (Abu Bakar ibnu Abu Saibah, Mushanaf Abu Saibah [w 235]: 34361)

Hadis ini menekankan bahwa ada dua jenis ilmu. Ilmu yang ada di dalam hati adalah ilmu yang bermanfaat karena ilmu ini mengakar dan mempengaruhi perilaku serta akhlak seseorang. Sementara ilmu yang hanya ada di lisan adalah ilmu yang mungkin tidak berbuah pada perubahan nyata dalam diri dan tindakan seseorang, namun ilmu ini tetap menjadi hujah Allah atas hamba-Nya. Artinya, seseorang yang memiliki ilmu tetapi tidak mengamalkannya, tidak bisa beralasan bahwa ia tidak mengetahui kewajiban atau larangan, karena ilmunya sudah ada dan menjadi saksi atas dirinya.

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3833 dinyatakan untuk meminta kepada Allah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَلُوا اللَّهَ عِلْمًا نَافِعًا وَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ

Artinya: Ali bin Muhammad menceritakan kepada kami, Waki' menceritakan kepada kami, dari Usamah bin Zaid, dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari Jabir, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, "Mintalah kepada Allah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat." (HR. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah: 3833)

Di dalam kitab Shahih Ibnu Hibban hadits nomor 82 disebutkan doa Ya Allah! Aku meminta kepada-MU ilmu yang bermanfaat dan aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat;

أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ‏:‏ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ‏.‏

Artinya: Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, dia berkata: Abu Bakar bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, dia berkata: Waki’ menceritakan kepada kami dari Usamah bin Zaid, dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari Jahir bin Abdullah, dia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Ya Allah! Aku meminta kepada-MU ilmu yang bermanfaat dan aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat" (HR. Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban: 82)

Di dalam dalam kitab Shahih Muslim hadits nomor 4899 disebutkan do’a permohonan untuk diberi ketaqwaan dalam jiwa dan mohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat;

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ نُمَيْرٍ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ وَعَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ لَا أَقُولُ لَكُمْ إِلَّا كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim dan Muhammad bin 'Abdullah bin Numair -dan lafadh ini milik Ibnu Numair- Ishaq berkata; Telah mengabarkan kepada kami, sedangkan yang lainnya berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Ashim dari Abdullah bin Al Harits dan dari Abu Utsman An Nahdi dari Zaid bin Arqam dia berkata; "Saya tidak akan mengatakan kepada kalian kecuali seperti apa yang pernah diucapkan Rasulullah ﷺ dalam doanya yang berbunyi: Ya Allah ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, ketakutan, kekikiran, kepikunan, dan siksa kubur. Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah ketaqwaan kepada jiwaku, sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat mensucikannya, Engkaulah yang menguasai dan yang menjaganya. Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak berguna, hati yang tidak khusyu', diri yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak terkabulkan.'" (HR. Muslim, Shahih Muslim: 4899)

Taqwa merupakan ilmu yang luar biasa

Di dalam kitab Hilyatul Aulia hadits 57 tergambar bahwa taqwa merupakan ilmu yang luar biasa;

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْعَبَّاسِ، ثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ الْحَرْبِيُّ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، ثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُعَاوِيَةَ، ثَنَا خَالِدُ بْنُ أَبِي كَرِيمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْمِسْوَرِ، أَنَّ رَجُلًا، أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ عَلِّمْنِي مِنْ غَرَائِبِ الْعِلْمِ , قَالَ: «مَا فَعَلْتَ فِي رَأْسِ الْعِلْمِ فَتَطْلُبَ الْغَرَائِبَ؟» قَالَ: وَمَا رَأْسُ الْعِلْمِ؟ قَالَ: «هَلْ عَرَفْتَ الرَّبَّ؟» قَالَ: نَعَمْ , قَالَ: «فَمَا صَنَعْتَ فِي حَقِّهِ؟» قَالَ: مَا شَاءَ اللهُ , قَالَ: «عَرَفْتَ الْمَوْتَ؟» قَالَ: نَعَمْ , قَالَ: «مَا أَعْدَدْتَ لَهُ؟» قَالَ: مَا شَاءَ اللهُ، قَالَ: «انْطَلِقْ فَاحْكُمْ هَاهُنَا , ثُمَّ تَعَالَ أُعَلِّمْكَ مِنْ غَرَائِبِ الْعِلْمِ» قَالَ الشَّيْخُ رَحِمَهُ اللهُ: فَمَبَانِي الْمُتَصَوِّفَةِ الْمُتَحَقِّقَةُ فِي حَقَائِقِهِمْ عَلَى أَرْكَانٍ أَرْبَعَةٍ: مَعْرِفَةُ اللهِ تَعَالَى , وَمَعْرِفَةُ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ وَأَفْعَالِهِ , وَمَعْرِفَةُ النُّفُوسِ وَشُرُورِهَا وَدَوَاعِيهَا , وَمَعْرِفَةُ وَسْوَاسِ الْعَدُوِّ وَمَكَائِدِهِ وَمَضَالِّهِ , وَمَعْرِفَةُ الدُّنْيَا وَغُرُورِهَا وَتَفْتِينَهَا وَتَلْوِينِهَا , وَكَيْفَ الِاحْتِرَازُ مِنْهَا وَالتَّجَافِي عَنْهَا , ثُمَّ أَلْزَمُوا أَنْفُسُهُمْ بَعْدَ تَوْطِئَةِ هَذِهِ الْأَبْنِيَةِ دَوَامَ الْمُجَاهَدَةِ , وَشِدَّةَ الْمُكَابَدَةِ , وَحِفْظَ الْأَوْقَاتِ , وَاغْتِنَامَ الطَّاعَاتِ , وَمُفَارَقَةَ الرَّاحَاتِ , وَالتَّلَذُّذَ بِمَا أُيِّدُوا بِهِ مِنَ الْمُطَالَعَاتِ , وَصِيَانَةَ مَا خُصُّوا بِهِ مِنَ الْكَرَامَاتِ , لَا عَنِ الْمُعَامَلَاتِ انْقَطَعُوا , وَلَا إِلَى التَّأْوِيلَاتِ رَكَنُوا, رَغِبُوا عَنِ الْعَلَائِقِ , وَرَفَضُوا الْعَوَائِقَ , وَجَعَلُوا الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا , وَمُزَايَلَةَ الْأَعْرَاضِ طَارِفًا وَتَالِدًا، وَاقْتَدَوْا بِالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ , وَفَارَقُوا الْعُرُوضَ وَالْعِقَارَ , وَآثَرُوا الْبَذْلَ وَالْإِيثَارَ, وَهَرَبُوا بِدِينِهِمْ إِلَى الْجِبَالِ وَالْقِفَارِ احْتِرَازًا مِنْ مُوَامَقَةِ الْأَبْصَارِ أَنْ يَوْمَى إِلَيْهَا بِالْأَصَابِعِ, وَيُشَارُ لِمَا أَنِسُوا بِهِ مِنَ التُّحَفِ وَالْأَنْوَارِ, فَهُمُ الْأَتْقِيَاءُ الْأَخْفِيَاءُ , وَالْغُرَبَاءُ النُّجَبَاءُ , صَحَّتْ عَقِيدَتُهُمْ فَسَلِمَتْ سَرِيرَتُهُمْ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abbas, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Ishaq Al-Harbi, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Khalid bin Abi Karima, dari Abdullah bin Al-Miswar, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi ﷺ dan berkata: "Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku tentang ilmu-ilmu yang luar biasa." Beliau bersabda: "Apa yang telah engkau lakukan dengan ilmu yang paling utama sehingga engkau mencari ilmu-ilmu yang luar biasa?" Orang itu bertanya: "Apa yang dimaksud dengan ilmu yang paling utama?" Beliau bersabda: "Apakah engkau sudah mengenal Tuhanmu?" Orang itu menjawab: "Ya." Beliau bersabda: "Lalu, apa yang telah engkau lakukan terhadap hak-Nya?" Orang itu menjawab: "Apa yang dikehendaki oleh Allah." Beliau bersabda: "Apakah engkau sudah mengenal kematian?" Orang itu menjawab: "Ya." Beliau bersabda: "Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?" Orang itu menjawab: "Apa yang dikehendaki oleh Allah." Beliau bersabda: "Pergilah dan lakukanlah kewajibanmu di sini, lalu datanglah kembali, maka aku akan mengajarkan kepadamu tentang ilmu-ilmu yang luar biasa." Syaikh (semoga Allah merahmatinya) berkata: "Dasar-dasar dari para sufi yang sejati dalam hakikat mereka didirikan atas empat pilar: mengenal Allah Ta'ala, mengenal nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-Nya, mengenal jiwa-jiwa dan kejahatan-kejahatannya serta dorongannya, mengenal bisikan musuh dan tipu daya serta kesesatannya, dan mengenal dunia serta tipu dayanya, bagaimana cara menghindarinya dan menjauhinya. Setelah membangun dasar-dasar ini, mereka mengikat diri mereka untuk terus-menerus berjihad, berjuang keras, menjaga waktu, memanfaatkan kesempatan dalam ketaatan, meninggalkan kenyamanan, menikmati apa yang mereka dapati dari penglihatan (spiritual), dan menjaga karamah yang mereka miliki. Mereka tidak terputus dari transaksi spiritual, dan tidak bergantung pada tafsiran. Mereka meninggalkan segala ikatan, menolak segala halangan, menjadikan semua kekhawatiran hanya satu kekhawatiran saja, meninggalkan segala penampilan baik yang baru maupun yang lama. Mereka mengikuti jejak para Muhajirin dan Anshar, meninggalkan harta benda dan tanah, lebih memilih untuk memberi dan berkorban, dan melarikan diri dengan agama mereka ke gunung-gunung dan padang pasir, menjauhi perhatian orang lain agar tidak ditunjuk-tunjuk oleh jari-jari, dan demi menjaga diri dari kemewahan serta cahaya yang mereka temukan dalam bentuk anugerah dan cahaya spiritual. Mereka adalah orang-orang yang paling bertaqwa dan paling tersembunyi, orang-orang yang luar biasa yang mulia, yang akidahnya benar sehingga hati mereka pun selamat." (Abu Nuaim, Hilyatul Aulia: 57)

Sebagai Bukti Cinta Kami Kepada Allah, Rasul-Nya Dan Sesama Umat Islam.

Hasil penelitian ini kami hadiahkan untuk seluruh umat Islam agar dapat dijadikan sebagai referensi dalam memahami Taqwa secara menyeluruh.

Hadiah dapat diunduh di tombol berikut, In Syaa Allah bermanfaat ...