• + 4. TAQWA TINGKAT IMAN

Iman berasal dari kata Amana-yu’minu-imanan secara harfiyah artinya aman, yakin, percaya. Berdasar pencarian menggunakan kata dasar amana di dalam Al Quran menggunakan aplikasi Al Quran Zekr. 1.1 ditemukan 879 kata yang ditemukan di 723 ayat. Ayat-ayat tersebut ditambah dengan hadits-hadits Rasulullah yang berkaitan dengan iman akan diklasifikasikan dan dianalisa untuk dapat memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang keimanan, sehingga iman dapat diamalkan menjadi sebuah bentuk ketaqwaan di tingkat iman.

Di dalam Al Quran Surat Al-Hujurat/ 49: 15, ditegaskan bahwa orang beriman itu percaya kepada Allah dan rasulnya dengan tidak ada keraguan, serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya, mereka itulah orang-orang yang benar;

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat/ 49: 15)

Sedangkan di dalam Al Quran surat Al An’am/ 6: 82 disebutkan bahwa orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimannya dengan kedhaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk;

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

Artinya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al An’am/ 6: 82)

Adapun di dalam Al Quran Surat At-Taubah/ 9: 111, ditegaskan bahwa Allah telah membeli dari orang-orang beriman diri dan harta mereka dengan surga untuk mereka;

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, diri dan harta mereka dengan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah/ 9: 111)

Dari tiga ayat Al Quran di atas, dapat di tarik pengertian bahwa iman adalah kesadaran untuk percaya kepada Allah dan yakin bahwa ketaatan kepada-Nya akan mendatangkan rasa aman dan keberuntungan di dunia hingga akhirat.

Untuk dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang iman hingga dapat diamalkan menjadi sebuah bentuk ketaqwaan di tingkat iman, berikut ini akan dikemukakan pembahasan tentang; hikmah iman, keuntungan orang beriman, karakter orang yang beriman dan taqwa di tingkat iman berdasar kajian ayat-ayat Al Quran dan Hadits nabi Muhammad SAW.

Landasan pokok dalam menjalankan keimanan dalam Islam adalah Rukun Iman, namun ajaran Islam tidak terbatas pada rukun Iman ini saja, tetapi mencakup seluruh konsekwensi dari keimanan, yaitu; yakin dan percaya pada ajaran agama Islam secara menyeluruh, seperti; ekonomi, sosial, budaya, pidana, perdata, tata negara, politik dll, merupakan tata kelola kehidupan yang terbaik. Ketaqwaan pada level Iman ini ditandai dengan kesadaran untuk percaya kepada Allah dan Rasulullah diikuti dengan kesadaran untuk mengikuti ajaran Islam.

Kesadaran beriman mendorong hati merasa; aman, yakin, tenang, tentram, bahagia, dan percaya pada kebenaran ajaran Islam, dengan keyakinan Allah pasti memberikan perlindungan, kecukupan dan menepati janjinya. Kesadaran taqwa di tingkat iman mencakup kesadaran; taubat, sabar, ikhlas dan Islam, adapun bentuk-bentuk kesadaran taqwa di tingkat iman yang tertuang di dalam Al Quran maupun Hadis antara lain, sebagai berikut;

1. Jika Disebut Allah Qalbunya Gemetar, Jika Dibacakan Ayat-ayatNya Imannya Bertambah

Di dalam Al Quran surat Al-Anfal/ 8: 2 ditegaskan bahwa Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka;

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(QS. Al-Anfal/ 8: 2)

2. Dapat Membedakan Kebaikan Dan Keburukan

Di dalam Al Quran Surat Al-Anfal/ 8: 29 disebutkan orang beriman, jika bertakwa kepada Allah, akan diberikan Furqaan; dapat membedakan yang hak dan bathil;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Artinya: Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.(QS. Al-Anfal/ 8: 29)

3. Beriman Dan Bertaqwa; Iman Yang Menumbuhkan Ketaqwaan

Di dalam Al Quran surat Al-Baqarah/ 2: 103 digambarkan bahwa orang yang beriman dan bertaqwa akan mendapat pahala yang lebih baik;

وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah/ 2: 103)

Yaitu keimanan yang mendorong kesadaran untuk bersungguh-sungguh dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya.

4. Sesama Orang Beriman Saling Bersaudara Dan Saling Memperbaiki Persaudaraan Karena Taqwa Kepada Allah

Di dalam Al Quran surat Al-Hujurat/ 49: 10 ditegaskan bahwa orang-orang beriman saling bersaudara, maka saling perbaikilah persaudaraan kalian;

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(QS. Al-Hujurat/ 49: 10)

5. Bersikap Bagaikan Kepala Dengan Tubuh Kepada Sesama Orang Beriman

Di dalam kitab Mujam Thabarani Kabir hadits nomor 1496 dinyatakan bahwa kedudukan seorang muslim terhadap muslim lainnya bagaikan kepala dengan tubuh jika kepala mengeluh maka tubuh juga akan merasakan;

حدثنا إسحاق بن داود الصواف التستري ثنا محمد بن موسى الحرشي حدثنا عبد الله بن جعفر ثنا أبو سهيل نافع بن مالك عن محمد بن كعب القرظي عن بشير بن سعد صاحب رسول الله صلى الله عليه و سلم : قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : (منزلة المؤمن من المؤمن منزلة الرأس من الجسد متى ما اشتكى الجسد اشتكى له الرأس ومتى ما اشتكى الرأس اشتكى سائر الجسد)

Artinya: Telah menceriterakan kepada kami Ishaq ibnu Daud Ash Shawafi At Tastari, telah menceriterakan kepada kami Muhammad ibnu Musa Al Hasyi, telah menceriterakan kepada kami Abdullah ibnu Ja’far, telah menceriterakan kepada kami Abu Suhai Nafi’ ibnu Malik dari Muhammad bin Ka’ab Al Qarathi, dari Basyir ibnu Said Sahabat Rasulullah SAW berkata; Bersabda Rasulullah SAW: Kedudukan seorang mukmin dengan orang beriman lainya, seperti kedudukan kepala dengan tubuh, ketika tubuh mengeluh maka kepala akan merasakannya, ketika kepala mengeluh maka seluruh tubuh akan merasakannya.(HR. Thabarani: 1496)

Sedangkan di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 21807 juga digambarkan bahwa Orang mu`min bagi ahli iman seperti kedudukan kepala bagi tubuh;

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَجَّاجِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا مُصْعَبُ بْنُ ثَابِتٍ حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ قَالَ سَمِعْتُ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ السَّاعِدِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ مِنْ أَهْلِ الْإِيمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنْ الْجَسَدِ يَأْلَمُ الْمُؤْمِنُ لِأَهْلِ الْإِيمَانِ كَمَا يَأْلَمُ الْجَسَدُ لِمَا فِي الرَّأْسِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al Hajjaj telah menceritakan kepada kami 'Abdullah telah menceritakan kepada kami Mush'ab bin Tsabit telah menceritakan kepadaku Abu Hazim berkata: Aku mendengar Sahal bin Sa'ad bercerita dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam beliau bersabda: "Orang mu`min bagi ahli iman seperti kedudukan kepala bagi raga, rasa sakit seorang mu`min bagi ahli iman seperti raga merasa sakit karena (penyakit) yang ada di kepala." (HR. Ahmad: 21807)

6. Orang-Orang Mukmin Saling Mengasihi, Mencintai, Dan Menyayangi

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 5552 digambarkan bahwa orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh;

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Zakariya` dari 'Amir dia berkata; saya mendengar An Nu'man bin Basyir berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: "Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)."(HR. Bukhar: 5552)

7. Saling Mengucapkan Salam Jika Bertemu, Mendoakannya Jika Bersin, Memenuhi Undangannya, Menjenguknya Ketika Sakit

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 922 digambarkan bahwa hak mu’min atas mu’min lainnya adalah mengucapkan salam jika bertemu, mendoakannya jika bersin, memenuhi undangannya, menjenguknya ketika sakit…;

حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْوَلِيدِ عَنِ ابْنِ حُجَيْرَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَقُّ الْمُؤْمِنِ عَلَى الْمُؤْمِنِ سِتُّ خِصَالٍ أَنْ يُسَلِّمَ عَلَيْهِ إِذَا لَقِيَهُ وَيُشَمِّتَهُ إِذَا عَطَسَ وَإِنْ دَعَاهُ أَنْ يُجِيبَهُ وَإِذَا مَرِضَ أَنْ يَعُودَهُ وَإِذَا مَاتَ أَنْ يَشْهَدَهُ وَإِذَا غَابَ أَنْ يَنْصَحَ لَهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Abdurrahman telah menceritakan kepada kami Sa'id telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnul Walid dari Ibnu Hujairah dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Hak seorang mukmin terhadap mukmin yang lain ada enam; mengucapkan salam jika bertemu, mendoakannya jika bersin, memenuhi undangannya, menjenguknya ketika sakit, melayatnya ketika meninggal, dan jika ia tidak ada hendaknya ia membelanyanya." (HR. Ahmad: 922)

8. Bertaqwa Kepada Allah, Memuliakan Tetangga, Memuliakan Tamu, Berkata Baik atau Diam

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 19403 ditegaskan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah bertakwa kepada Allah, memuliakan tetangga, memuliakan tamu dan berkata baik atau diam

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيِّ عَنْ رِجَالٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ وَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَتَّقِ اللَّهَ وَلْيَقُلْ حَقًّا أَوْ لِيَسْكُتْ حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ حَدَّثَنِي شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُزَنِيِّ عَنْ رِجَالٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ مِثْلَهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, ia berkata; Aku mendengar Qatadah menceritakan dari 'Alqamah bin Abdullah Al Muzanni dari beberapa sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia bertakwa kepada Allah 'azza wajalla dan memuliakan tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan berkata benar atau diam." Telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepadaku Syu'bah, dia berkata; "Aku mendengar Qatadah menceritakan dari 'Alqamah bin 'Abdillah al-Muzanni dari beberapa orang sahabat Nabi ﷺ dari Nabi ﷺ, lalu ia menyebutkan yang hadits semisal itu.(HR. Ahmad: 19403)

9. Menyempurnakan Iman Dengan Mengerjakan Kebaikan Dan Meninggalkan Keburukan Karena Allah

Di dalam kitab Sunan Abu Daud hadits nomor 4061 dan kitab Musnad Ahmad hadits nomor 15064 dijelaskan bahwa kesempurnaan iman dapat diraih dengan cara mengerjakan kebaikan-kebaikan karena Allah;

حَدَّثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ الْفَضْلِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ شَابُورَ عَنْ يَحْيَى بْنِ الْحَارِثِ عَنْ الْقَاسِمِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدْ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muammal Ibnul Fadhl berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Syu'aib bin Syabur dari Yahya Ibnul Harits dari Al Qasim dari Abu Umamah dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: "Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang (menahan) karena Allah, maka sempurnalah imannya." (HR. Abu Daud: 4061)

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 15064 dinyatakan bahwa Barangsiapa memberi karena Allah Ta'ala, tidak memberi karena Allah Ta'ala, marah karena Allah Ta'ala dan menikah karena Allah Ta'ala, imannya telah sempurna;

حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ زَبَّانَ عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ أَعْطَى لِلَّهِ تَعَالَى وَمَنَعَ لِلَّهِ تَعَالَى وَأَحَبَّ لِلَّهِ تَعَالَى وَأَبْغَضَ لِلَّهِ تَعَالَى وَأَنْكَحَ لِلَّهِ تَعَالَى فَقَدْ اسْتَكْمَلَ إِيمَانَهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hasan telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Zabban dari Sahl bin Mu'adz dari Bapaknya dari Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam beliau bersabda: "Barangsiapa memberi karena Allah Ta'ala, tidak memberi karena Allah Ta'ala, marah karena Allah Ta'ala dan menikah karena Allah Ta'ala, imannya telah sempurna".(HR. Ahmad: 15064)

10. Masuk Pada Golongan Orang Beriman

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 10628 digambarkan tiga golongan orang beriman;

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا رِشْدِينُ قَالَ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ أَبِي السَّمْحِ عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُؤْمِنُونَ فِي الدُّنْيَا عَلَى ثَلَاثَةِ أَجْزَاءٍ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِي يَأْمَنُهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ثُمَّ الَّذِي إِذَا أَشْرَفَ عَلَى طَمَعٍ تَرَكَهُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ghailan berkata; telah menceritakan kepada kami Risydin berkata; telah menceritakan kepada kami 'Amru Ibnul Harits dari Abu As Samh dari Abu Al Haitsam dari Abu Sa'id Al Khudri Bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: "Orang-orang yang beriman di dunia ini ada tiga golongan; orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian tidak ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa-jiwa mereka di jalan Allah, orang-orang yang mana manusia merasa aman terhadap diri-diri mereka harta-harta mereka, kemudian orang yang jika berlebih-lebihan atas ketamakan ia tinggalkan untuk Allah 'azza wajalla." (HR. Ahmad: 10628)

11. Memperbaharui Iman Dengan Memperbanyak Mengucapkan Laa Ilaaha Illaallah

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 8353 disebutkan kalimat untuk memperbaharui iman, yaitu La Ilaha Illallah;

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ يَعْنِي الطَّيَالِسِيَّ حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ مُوسَى السُّلَمِيُّ الدَّقِيقِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ وَاسِعٍ عَنْ شُتَيْرِ بْنِ نَهَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ رَبُّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ لَوْ أَنَّ عِبَادِي أَطَاعُونِي لَأَسْقَيْتُهُمْ الْمَطَرَ بِاللَّيْلِ وَأَطْلَعْتُ عَلَيْهِمْ الشَّمْسَ بِالنَّهَارِ وَلَمَا أَسْمَعْتُهُمْ صَوْتَ الرَّعْدِ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ حُسْنَ الظَّنِّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ حُسْنِ عِبَادَةِ اللَّهِ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا قَالَ أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Dawud Ath Thoyalisi berkata; telah menceritakan kepada kami Shodaqoh bin Musa As Sulami Ad Daqiqi berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Wasi' dari Syutair bin Nahar dari Abu Hurairah berkata; Bahwasanya Nabi ﷺ bersabda: "Rabb kalian telah berfirman: 'Kalau saja hamba-hamab-Ku taat kepada-Ku niscaya Aku akan menyiram mereka dengan hujan di waktu malam, dan Aku akan menerbitkan matahari kepada mereka di waktu siang serta Aku tidak akan memperdengarkan suara halilintar kepada mereka.'" Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya berbaik sangka kepada Allah 'azza wajalla termasuk beribadah kepada Allah dengan baik." Dan Rasulullah ﷺ bersabda: "Perbaharuilah iman kalian, " maka ditanyakan kepada beliau; "Bagaimana kami memperbaharui iman kami wahai Rasulullah?" beliau ﷺ bersabda: "Perbanyaklah mengucapkan; Laa Ilaaha Illaallah."(HR. Ahmad: 8353)

12. Senantiasa Mohon Kepada Allah Agar Memperbarui Iman Di Dalam Qalbu

Di dalam kitab Mustadrak Hakim hadits nomor 5 dijelaskan untuk minta kepada Allah agar senantiasa memperbarui iman di qalbu kalian;

حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ مِهْرَانَ، ثنا أَبُو الطَّاهِرِ، أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَيْسَرَةَ، عَنْ أَبِي هَانِئٍ الْخَوْلَانِيِّ حُمَيْدُ بْنُ هَانِئٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْإِيمَانَ لَيَخْلَقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ الْخَلِقُ، فَاسْأَلُوا اللَّهَ أَنْ يُجَدِّدَ الْإِيمَانَ فِي قُلُوبِكُمْ» . " هَذَا حَدِيثٌ لَمْ يُخَرَّجْ فِي الصَّحِيحَيْنِ وَرُوَاتُهُ مِصْرِيُّونَ ثِقَاتٌ، وَقَدِ احْتَجَّ مُسْلِمٌ فِي الصَّحِيحِ بِالْحَدِيثِ الَّذِي رَوَاهُ عَنْ ابْنِ أَبِي عُمَرَ، عَنْ الْمُقْرِئِ، عَنْ حَيْوَةَ، عَنْ أَبِي هَانِئٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى ذِكْرُهُ كَتَبَ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ»

Artinya: Abu Ja'far Muhammad bin Shalih bin Hani' menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ismail bin Mihran menceritakan kepada kami, Abu Ath-Thahir menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab memberitakan kepada kami, Abdurrahman bin Maisarah mengabarkan kepadaku dari Abu Hani' Al Khaulani Humaid bin Hani', dari Abu Abdurrrahman Al Hubuli, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya iman akan punah di dalam diri salah seorang dari kalian seperti punahnya pakaian yang usang. Oleh karena itu, mintalah kepada Allah agar senantiasa memperbarui iman di hati kalian" Hadis ini tidak dinukil dalam kitab Ash-Shahihain. Para periwayatnya adalah orang-orang Mesir yang tsiqah (tepercaya). Muslim dalam kitab shahih-nya. menjadikan hujjah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abu Umar, dari Al Muqri', dari Haiwah, dari Abu Hani', dari Abu Abdurrahman Al Hubuli, dari Abdullah bin Amr, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menulis (menetapkan) takdir semua makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi" (HR. Hakim: 5)

13. Merasakan Manisnya Iman

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 6428 dijelaskan tiga hal yang dapat menyebabkan dapat merasakan manisnya iman; Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, ia mencintai seseorang dengan tiada dorongan selain karena Allah, dan benci kembali kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya untuk dilempar ke neraka;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَوْشَبٍ الطَّائِفِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Hausyab Ath Tha`ifi telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas radliallahu 'anhu mengatakan, Rasulullah ﷺ bersabda: "Ada tiga hal yang jika seseorang melaksanakannya, ia mendapat kemanisan iman, Allah dan Rasul-NYA lebih ia cintai daripada selain keduanya, ia mencintai seseorang dengan tiada dorongan selain karena Allah, dan benci kembali kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya untuk dilempar ke neraka." (HR. Bukhari: 6428)

14. Merasakan Nikmatnya Iman

Sedangkan di dalam kitab Shahih Muslim hadits nomor 49 dinyatakan bahwa barangsiapa ridla bahwa Allah sebagai rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai utusan-Nya, maka dia telah merasakan nikmatnya iman;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ وَبِشْرُ بْنُ الْحَكَمِ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ وَهُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ الدَّرَاوَرْدِيُّ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Abu Umar al-Makki dan Bisyr bin al-Hakam keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz -yaitu Ibnu Muhammad ad-Darawardi- dari Yazid bin al-Had dari Muhammad bin Ibrahim dari Amir bin Sa'ad dari al-Abbas bin Abdul Muththalib bahwa dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Orang yang ridla dengan Allah sebagai Rabb dan Islam sebagai agama serta Muhammad sebagai Rasul, maka dia telah merasakan nikmatnya iman."(HR. Muslim: 49)

15. Berjihad Dengan Tangan, Lisan Atau Hati

Di dalam kitab Shahih Muslim hadits nomor 81 dinyatakan bahwa orang yang berjihad dengan tangannya, lisannya atau hatinya adalah termasuk orang beriman;

حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ النَّضْرِ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَاللَّفْظُ لِعَبْدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ الْحَارِثِ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَكَمِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْمِسْوَرِ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنْ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Amru an-Naqid dan Abu Bakar bin an-Nadlr serta Abd bin Humaid dan lafazh tersebut milik Abd. Mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'd dia berkata, telah menceritakan kepada kami bapakku dari Shalih bin Kaisan dari al-Harits dari Ja'far bin Abdullah bin al-Hakam dari Abdurrahman bin al-Miswar dari Abu Rafi' dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh Allah pada suatu umat sebelumnya melainkan dia memiliki pembela dan sahabat yang memegang teguh sunah-sunnah dan mengikuti perintah-perintahnya, kemudian datanglah setelah mereka suatu kaum yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. Barangsiapa yang berjihad dengan tangan melawan mereka maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan lisan melawan mereka maka dia seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan hati melawan mereka maka dia seorang mukmin, dan setelah itu tidak ada keimanan sebiji sawi." Abu Rafi' berkata, "Lalu aku menceritakan kepada Abdullah bin Umar, namun ia mengingkariku. Ketika Ibnu Mas'ud datang dan singgah pada Qanah, Abdullah bin Umar mengikutiku mengajakku untuk mengikuti Ibnu Mas'ud, maka ketika kami duduk, aku bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang hadits ini, maka dia menceritakannya hadits tersebut kepadaku sebagaimana aku menceritakannya kepada Ibnu Umar." Shalih berkata, "Sungguh telah diceritakan seperti itu dari Abu Rafi'." (HR. Muslim: 81)

16. Tiga Akhlaq Orang Beriman

Di dalam kitab Mu’jam Thabarani Shaghir hadits nomor 164 disebutkan tiga akhlaq orang beriman;

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحُسَيْنِ الأَنْصَارِيُّ أَبُو جَعْفَرٍ الأَصْبَهَانِيُّ ، حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ يُوسُفَ بْنِ قُتَيْبَةَ الْهَمْدَانِيُّ ، حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْحُسَيْنِ ، عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيٍّ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، أَنّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ثَلاثٌ مِنْ أَخْلاقِ الإِيمَانِ : مَنْ إِذَا غَضِبَ لَمْ يُدْخِلْهُ غَضَبُهُ فِي بَاطِلٍ ، وَمَنْ إِذَا رَضِيَ لَمْ يُخْرِجْهُ رِضَاهُ مِنْ حَقٍّ ، وَمَنْ إِذَا قَدَرَ لَمْ يَتَعَاطَ مَا لَيْسَ لَهُ ، لَمْ يَرْوِهِ عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِيٍّ ، إِلَّابِشْرُ بْنُ الْحُسَيْنِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Al Husain Al Anshari Abu Ja’far Al Ashbahani, telah menceritakan kepada kami Hajaj ibnu Yusuf ibnu Qutaybah Al Hamdani, telah menceritakan kepada kami Bisyru ibnul Husain, dari Az Zubair ibnu ‘Adi, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda: tiga akhlak orang beriman; orang yang jika marah, marahnya tidak memasukkannya ke dalam kebathilan, dan orang jika ridha, ridhanya tidak mengeluarkannya dari kebenaran, dan orang jika mengalami keterbatasan, keterbatannya tidak menjadikannya menginginkan apa yang bukan miliknya, tidak diriwayatkan dari Zubair ibnu ‘Adi, selain Bisyr ibnu Al Husain. (HR. Thabarani: 164)

17. Tidak Akan Ada Yang Memelihara Wudhu Kecuali Mu`Min

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 21400 ditegaskan bahwa tidak akan ada yang memelihara wudhu kecuali mu`min;

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ وَيَعْلَى قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمْ الصَّلَاةُ وَلَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Waki' dan Ya'la keduanya berkata; Telah bercerita kepada kami Al A'masy dari Salim bin Abu Al Ja'd dari Tsauban berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; " Beristiqomahlah dan kalian tidak bisa menghitungnya. Ketahuilah bahwa amalan-amalan kalian yang terbaik adalah shalat dan tidak akan ada yang memelihara wudhu kecuali mu`min." (HR. Ahmad: 21400)

18. Beriman Hingga Ke Relung Jiwa

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah hadits nomor 144 digambarkan bahwa 'Ammar telah dipenuhi keimanan hingga ke relung jiwanya;

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا عَثَّامُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ هَانِئِ بْنِ هَانِيءٍ قَالَ دَخَلَ عَمَّارٌ عَلَى عَلِيٍّ فَقَالَ مَرْحَبًا بِالطَّيِّبِ الْمُطَيَّبِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مُلِئَ عَمَّارٌ إِيمَانًا إِلَى مُشَاشِهِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami berkata, telah menceritakan kepada kami 'Atstsam bin Ali dari Al A'masy dari Abu Ishaq dari Hani` bin Hani` ia berkata; "'Ammar masuk menemui Ali. Maka Ali pun berkata: "Selamat datang kepada orang yang baik lagi yang berlaku baik. Aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Sungguh, 'Ammar telah dipenuhi keimanan hingga ke relung jiwanya." (HR. Ibnu Majah: 144)

19. Memakmurkan Masjid

Di dalam kitab Sunan Tirmidzi hadits nomor 2542 dinyatakan bahwa orang-orang yang memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman;

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ دَرَّاجٍ أَبِي السَّمْحِ عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَيْتُمْ الرَّجُلَ يَتَعَاهَدُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوا لَهُ بِالْإِيمَانِ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ "{ إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ الْآيَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb dari Amru bin al Harits dari Darraj Abu as Samh dari Abu al Haitsam dari Abu Sa'id dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda; "Apabila kalian melihat seorang laki-laki memakmurkan masjid, maka persaksikanlah untuknya dengan keimanan, karena Allah berfirman; 'Sesungguhnya orang yang memakmurkan masjid hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat'." Abu Isa berkata; 'Ini hadits hasan gharib.' (HR. Tirmidzi: 2542)

20. Orang Beriman Qalbunya Lembut

Di dalam kitab Mu’jam Thabarani Kabir hadits nomor 9471 dinyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah orang yang qalbunya lembut;

حدثنا أبو يزيد يوسف بن يزيد القراطيسي ثنا المعلى بن الوليد القعقاعي ثنا بقية بن الوليد ثنا محمد بن زياد الألهاني عن راشد بن سعد قال : لقيني أبو أمامة فأخذ بيدي ثم قال : لقيني رسول الله صلى الله عليه و سلم فأخذ بيدي ثم قال : يا أبا أمامة إن من المؤمنين من يلين له قلبي

Artinya: Telah menceritakan kepada kami yusuf ibnu Yazid Al Qarathisi, telah menceritakan kepada kami Al Ma’la ibnu Al Walid Al Qa’qa’i, telah menceritakan kepada kami Baqiyah ibnu Al Walid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu ZiyadAl Alhani dari Rasyid ibnu Said, berkata: telah menemuiku Abu Umamah dan menggandeng tanganku kemudian berkata: telah mnemuiku Rasulullah SAW kemudian memegang tanganku dan bersabda: Wahai Abu Umamah sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah orang yang qalbunya lembut”. (HR. Thabarani : 9471)

21. Ikatan Iman Yang Paling Kuat Adalah Kamu Mencintai Karena Allah Dan Membenci Karena Allah

Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 26 dinyatakan bahwa Ikatan iman yang paling kuat adalah kamu mencintai karena Allah dan membenci karena Allah;

حدثنا دَاوُدُ بْنُ الْحُسَيْنِ الْبَيْهَقِيُّ، حدثنا حُمَيْدُ بْنُ زَنْجُوَيْهِ النَّسَائِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو شَيْخٍ الْحَرَّانِيُّ، حدثنا مُوسَى بْنُ أَعْيَنَ، عَنْ لَيْثٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ: أُرَاهُ قَالَ: عَنْ أَبِيهِ - الشَّكُّ مِنْ أَبِي شَيْخٍ - قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا نَتَحَدَّثُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَتَدْرُونَ أَيُّ عُرَى الْإِيمَانِ أَوْثَقُ؟ " فَقَالُوا: الصَّلَاةُ، فَقَالَ: " إِنَّ الصَّلَاةَ لَحَسَنَةٌ، وَمَا هِيَ بِهَا ". فَقَالُوا: الْجِهَادُ فَقَالَ: " إِنَّ الْجِهَادَ لَحَسَنٌ، وَمَا هُوَ بِهِ ". فَقَالُوا: الْحَجُّ. فَقَالَ: " حَسَنٌ، وَلَيْسَ بِهِ ". فَقَالُوا: الصِّيَامُ، فَقَالَ: " الصِّيَامُ لَحَسَنٌ، وَلَيْسَ بِهِ ". فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَوْثَقُ عُرَى الْإِيمَانِ أَنْ تُحِبَّ لِلَّهِ، وَتُبْغِضَ لَهُ "

Artinya: Kami diceritakan oleh Daud bin al-Husain al-Baihaqi, kami diceritakan oleh Hamid bin Zanjuwayh an-Nasa'i, kami diceritakan oleh Abu Syaikh al-Harani, kami diceritakan oleh Musa bin A'yun, dari Laits, dari 'Amr bin Murrah, dari Mu'awiyah bin Suwaid berkata: Dia (perawi) berkata: Dari ayahnya - ada keraguan dari Abu Syaikh - berkata: Kami sedang duduk bersama Nabi ﷺ suatu hari berbincang-bincang, maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Tahukah kalian ikatan iman mana yang paling kuat?" Mereka berkata: Shalat. Beliau bersabda: "Sesungguhnya shalat itu baik, tetapi bukan itu." Mereka berkata: Jihad. Beliau bersabda: "Sesungguhnya jihad itu baik, tetapi bukan itu." Mereka berkata: Haji. Beliau bersabda: "Haji itu baik, tetapi bukan itu." Mereka berkata: Puasa. Beliau bersabda: "Puasa itu baik, tetapi bukan itu." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Ikatan iman yang paling kuat adalah kamu mencintai karena Allah dan membenci karena Allah." (HR. Baihaqi: 26)

22. Mencapai Haqiqat Iman

Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 10683 tergambar haqiqat iman;

وَقَدْ أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السَّلَمِيُّ، أَنَا عَلِيُّ بْنُ الْفُضَيْلِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عُقَيْلٍ، ثَنَا مُطَيَّنُ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ، ثَنَا زَيْدٌ، ثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، ثَنَا خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ السَّكْسَكِيُّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي الْجَهْمِ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّهُ مَرَّ بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ: " كَيْفَ أَصْبَحْتَ يَا حَارِثَةُ؟ " قَالَ: أَصْبَحْتُ مُؤْمِنًا حَقًّا، قَالَ: " انْظُرْ مَا تَقُولُ إِنَّ لِكُلُّ حَقٍّ حَقِيقَةً، فَمَا حَقِيقَةُ إِيمَانِكَ؟ " قَالَ: عَزَفَتْ نَفْسِي عَنِ الدُّنْيَا، وَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى عَرْشِ رَبِّي بَارِزًا، وَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى أَهْلِ الْجَنَّةِ يَتَزَاوَرُونَ فِيهَا، وَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى أَهْلِ النَّارِ يَتَضَاغَوْنَ فِيهَا، قَالَ: " يَا حَارِثَةُ، عَرَفْتَ فَالْزَمْ " - قَالَهَا ثَلَاثًا -. " هَذِهِ الْقَصَّةُ فِي الْحَارِثِ بْنِ مَالِكٍ، وَيُقَالُ: حَارِثَةُ، وَقِصَّةُ الْأُمِّ فِي الْحَارِثَةِ بْنِ النُّعْمَانِ "

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdurrahman as-Sulami, berkata: Ali bin al-Fudhail bin Muhammad bin Uqail telah menceritakan kepada kami, Mutayyin telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin al-Ala telah menceritakan kepada kami, Zaid telah menceritakan kepada kami, Ibnu Lahi'ah telah menceritakan kepada kami, Khalid bin Yazid as-Saksaki, dari Said bin Abi Hilal, dari Muhammad bin Abi al-Jahm, dari al-Harith bin Malik, bahwa dia melewati Rasulullah ﷺ, maka beliau bertanya kepadanya: "Bagaimana keadaanmu pagi ini, wahai Harithah?" Dia menjawab: "Pagi ini aku menjadi seorang mukmin sejati." Beliau berkata: "Perhatikan apa yang kamu katakan, karena setiap kebenaran memiliki hakikat. Apa hakikat keimananmu?" Dia menjawab: "Jiwaku sudah berpaling dari dunia, seakan-akan aku melihat Arsy Tuhanku terlihat nyata, seakan-akan aku melihat ahli surga saling mengunjungi di dalamnya, dan seakan-akan aku melihat ahli neraka saling berteriak di dalamnya." Beliau berkata: "Wahai Harithah, kamu telah mengetahui, maka tetaplah dalam keadaan itu." Beliau mengucapkan kalimat tersebut tiga kali. (HR. Baihaqi, Syuabul Iman Baihaqi: 10683)

23. Mohon Kepada Allah Agar Diperbaharui Imannya

Di dalam kitab Mustadrak Imam Hakim hadits nomor 5 digambarkan bahwa iman akan punah di dalam diri salah seorang dari kalian seperti punahnya pakaian yang usang. Oleh karena itu, mintalah kepada Allah agar senantiasa memperbarui iman di hati kalian;

حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ مِهْرَانَ، ثنا أَبُو الطَّاهِرِ، أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَيْسَرَةَ، عَنْ أَبِي هَانِئٍ الْخَوْلَانِيِّ حُمَيْدُ بْنُ هَانِئٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْإِيمَانَ لَيَخْلَقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ الْخَلِقُ، فَاسْأَلُوا اللَّهَ أَنْ يُجَدِّدَ الْإِيمَانَ فِي قُلُوبِكُمْ» . " هَذَا حَدِيثٌ لَمْ يُخَرَّجْ فِي الصَّحِيحَيْنِ وَرُوَاتُهُ مِصْرِيُّونَ ثِقَاتٌ، وَقَدِ احْتَجَّ مُسْلِمٌ فِي الصَّحِيحِ بِالْحَدِيثِ الَّذِي رَوَاهُ عَنْ ابْنِ أَبِي عُمَرَ، عَنْ الْمُقْرِئِ، عَنْ حَيْوَةَ، عَنْ أَبِي هَانِئٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى ذِكْرُهُ كَتَبَ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ» الْحَدِيثَ

Artinya: Abu Ja'far Muhammad bin Shalih bin Hani' menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ismail bin Mihran menceritakan kepada kami, Abu Ath-Thahir menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab memberitakan kepada kami, Abdurrahman bin Maisarah mengabarkan kepadaku dari Abu Hani' Al Khaulani Humaid bin Hani', dari Abu Abdurrrahman Al Hubuli, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya iman akan punah di dalam diri salah seorang dari kalian seperti punahnya pakaian yang usang. Oleh karena itu, mintalah kepada Allah agar senantiasa memperbarui iman di hati kalian" Hadis ini tidak dinukil dalam kitab Ash-Shahihain. Para periwayatnya adalah orang-orang Mesir yang tsiqah (tepercaya). Muslim dalam kitab shahih-nya. menjadikan hujjah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abu Umar, dari Al Muqri', dari Haiwah, dari Abu Hani', dari Abu Abdurrahman Al Hubuli, dari Abdullah bin Amr, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى ذِكْرُهُ كَتَبَ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ "Sesungguhnya Allah telah menulis (menetapkan) takdir semua makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi" (Mustadrak Hakim: 5)

24. Berdoa Mohon Ampunan Untuk Orang-Orang Beriman

Di dalam kitab Mujam Thabarani Kabir hadits nomor 24565 disebutkan doa untuk mohon ampun bagi dirinya sendiri dan orang-orang beriman;

حدثنا محمد بن زكريا ثنا قحطبة بن عرابة ثنا أبو أمية بن يعلى عن سعيد بن أبي الحسن عن أمه عن أم سلمة قالت قال النبي صلى الله عليه و سلم : (من قال كل يوم اللهم اغفر لي وللمؤمنين والمؤمنات الحق به من كل مؤمن حسنة)

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Zakariya, telah menceritakan kepada kami Qahthabah ibnu Arabah, telah menceritakan kepada kami Abu Amiyah ibnu Ya’la dari Said ibnu Abi Al hasan, dari Ibunya dari Umu Salamah telah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang setiap hari Allahumma ghfirli walil mu’miniina wal Mu’minat; Ya Allah ampunilah kami dan orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, dengannya akan mendapatkan kebaikan dari setiap orang beriman” (HR. Thabarani: 24565)

25. Berdoa: Ya Allah Sesungguhnya Aku Memohon Kepada-Mu Benarnya Iman

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 7923 disebutkan doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu benarnya iman..;

حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْوَلِيدِ عَنِ ابْنِ حُجَيْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصَى سَلْمَانَ الْخَيْرَ قَالَ إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ عَلَيْهِ السَّلَام يُرِيدُ أَنْ يَمْنَحَكَ كَلِمَاتٍ تَسْأَلُهُنَّ الرَّحْمَنَ تَرْغَبُ إِلَيْهِ فِيهِنَّ وَتَدْعُوَ بِهِنَّ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ قَالَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ صِحَّةَ إِيمَانٍ وَإِيمَانًا فِي خُلُقٍ حَسَنٍ وَنَجَاحًا يَتْبَعُهُ فَلَاحٌ يَعْنِي وَرَحْمَةً مِنْكَ وَعَافِيَةً وَمَغْفِرَةً مِنْكَ وَرِضْوَانًا قَالَ أَبِي وَهُنَّ مَرْفُوعَةٌ فِي الْكِتَابِ يَتْبَعُهُ فَلَاحٌ وَرَحْمَةٌ مِنْكَ وَعَافِيَةٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنْكَ وَرِضْوَانٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Abdurrahman telah menceritakan kepada kami Sa'id telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnul Walid dari Ibnu Hujairah dari Abu Hurairah, dia berkata; "Bahwasanya Rasulullah ﷺ pernah mewasiatkan kepada Salman pada suatu kebaikan, beliau bersabda: "Sesungguhnya Nabi Allah 'Alaihis Salam ingin memberimu beberapa kalimat yang kamu mohon kepada Allah yang Maha Penyayang, dan kamu cinta kepadanya dengan kalimat tersebut serta kamu berdoa dengannya di waktu malam dan siang hari, Rasulullah mengucapkan; "Allahumma Innii As`Aluka Shihhata Iimaanin Wa Iimaanan Fii Husni Khuluqin Wa Najaahan Yatba'uhu Falaahun Wa Rahmatan Minka Wa 'Aafiyah Wa Maghfiratan Minka Wa Ridlwaanaa (Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu benarnya iman, dan keimanan dalam akhlak yang baik dan kesuksesan yang diikuti keberuntungan, dan aku memohon rahmat dan 'afiyat dari-Mu dan aku juga memohon ampunan dan keridhaaan dari-Mu)." Ayahku berkata; "Dan semua kalimat tersebut dalam kitab di tulis dengan marfu'ah (menggunakan harakat dhammah): falaahun wa rahmatun minka wa aafiyatun wa maghfiratun minka wa ridhwaanun (keberuntungan dan kasih sayang darimu dan keselamatan dan ampunan darimu serta keridhaan)." (HR. Ahmad: 7923)

Berdasar Al Quran surat Al-Baqarah (2): 103;

وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Artinya: Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah (2): 103)

Dapat ditarik pengertian bahwa keimanan yang mendorong pada ketaqwaan, atau dapat dikatakan sebagai taqwa di tingkat Iman, dapat menyebabkan perbuatan, perkataan, dan sikap yang dilakukan menjadi amal shalih, yang akan diberi pahala oleh Allah.

Sedangkan di dalam Al Quran surat Al-Hujurat/ 49: 14 ditegaskan bahwa iman itu ada di dalam qalbu;

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Hujurat/ 49: 14)

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa taqwa di tingkat iman adalah kesadaran qalbu untuk percaya kepada Allah, Malaikat, Kitab dan Rasul-Nya, juga Hari akhir dan Taqdir, kemudian berdasar kepercayaan tersebut mendorong untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan cara mengikuti dan melaksanakan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya.

“Doa Agar Diberi Keimanan Yang Benar”

"اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ صِحَّةَ إِيمَانٍ وَإِيمَانًا فِي خُلُقٍ حَسَنٍ وَنَجَاحًا يَتْبَعُهُ فَلَاحٌ يَعْنِي وَرَحْمَةً مِنْكَ وَعَافِيَةً وَمَغْفِرَةً مِنْكَ وَرِضْوَانًا"

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu benarnya iman, dan keimanan dalam akhlak yang baik dan kesuksesan yang diikuti keberuntungan, dan aku memohon rahmat dan 'afiyat dari-Mu dan aku juga memohon ampunan dan keridhaaan dari-Mu”

(HR. Ahmad, Sunan Ahmad: 7923)

Dalam pencarian kata di dalam Al Quran dengan kata dasar Aamana, menggunakan Aplikasi Zekr 1.1.0 ditemukan 879 kata yang di 723 ayat, di antara 879 kata yang diketemukan tersebut, kami dapat menglasifikasikan ke dalam; Hikmah Iman, Keuntungan orang yang Iman, Karakter orang yang Iman dan Taqwa di tingkat Iman, pengklasifikasian ditambah dengan Hadits-Hadits terkait.

Hasil penelitian ini kami hadiahkan untuk seluruh umat Islam di manapun berada , agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam memahami dan mengamalkan Taqwa secara menyeluruh.

Hadiah dapat didownload di tombol hadiah, In Syaa Allah bermanfaat ...