• 0. TAQWA POSISI TAUBAT

Taubat berasal dari kata taaba-yatuubu-taubatan; menyesal, kembali ke jalan yang benar, Pengertiannya adalah; kesadaran spiritual untuk mengakui kesalahan (keyakinan, jalan, cara, fikiran, pandangan, perasaan, tindakan, ucapan, kebiasaan, prinsip hidup, pengetahuan, komunitas, gaya hidup, budaya dll) yang tidak sesuai dengan ajaran Islam diikuti dengan perasaan menyesal, diiringi kemauan yang kuat untuk mengikuti dan melaksanakan kebenaran yang sesuai ajaran Islam.

Taubat merupakan bagian dari kesempurnaan ajaran Islam yang penuh dengan kasih sayang, karena taubat merupakan jalan keluar dari jalan kesesatan yang pernah dilalui untuk dapat kembali ke jalan yang benar, taubat juga sekaligus menjadi pintu masuk menuju ke jalan kebenaran dan meningkatkan ketaqwaan, di dalam Al Quran kata yang menunjuk pada pengertian taubat, disebutkan dengan kata taaba, awaba dan anaba, pencaraian kata di dalam Al Quran menggunakan aplikasi Dzekr 1.1.0, berdasar kata dasar tawaba ditemukan 87 kata di 69 , berdasar pencaraian kata dasar awaba; kembali ditemukan 17 kata di 17 ayat dan berdasar pencaraian kata dasar anaba; kembali ditemukan 15 kata di 15 ayat.

Taubat merupakan titik awal dalam menjalani proses mensucikan jiwa dari fujur dan sekaligus meningkatkan ketaqwaan jiwa, taubat berada satu level energi di atas level negatif ananiyah; ego; keakuan, sehingga masih ada pengaruh ego, namun demikian taubat ini sudah berada pada ego level positif, karena setiap pribadi harus mulai menyadari nilai kebaikan yang dapat diperoleh untuk dirinya sendiri dan kebenaran keyakinan yang dijalani, sehingga dapat membawanya kepada keselamatan dan kebahagiaan.

Taubat Itu Bagi Yang Melakukan Perbuatan Buruk Karena Kebodohannya

Di dalam Al Quran Surat An-Nisa'/ 4: 17, dijelaskan bahwa taubat yang diterima adalah taubat bagi orang yang melakukan perbuatan buruk karena kebodohannya, sedangkan taubat bagi orang yang melakukan keburukan hingga menjelang mati dan taubat orang yang mati dalam keadaan kafir tidak diterima Allah SWT;

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا, وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

Artinya: Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.(QS. An-Nisa'/ 4: 17)

Allah Menghendaki Hambanya Bertaubat Dan Menerima Taubatnya

Al Quran Surat An-Nisa'/ 4: 27, menjelaskan bahwa Allah menghendaki hambanya bertaubat dan menerima taubatnya, sedangkan orang yang tunduk kepada hawa nafsu hendak menyesatkan manusia sejauh-jauhnya;

وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا

Artinya: Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsu-nya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).(QS. An-Nisa'/ 4: 27)

Taubat Terhampar Setelah Melakukan Dosa

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 6312 digambarkan bahwa taubat terhampar setelah melakukan dosa;

حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ ذَكْوَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَالتَّوْبَةُ مَعْرُوضَةٌ بَعْدُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Al A'masy dari Dzakwan dari Abu Hurairah mengatakan, Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: Tidaklah berzina orang yang berzina ketika ia berzina dalam keadaan beriman, dan tidaklah mencuri orang yang mencuri ketika ia mencuri dalam keadaan beriman, tidaklah ia meminum khamr ketika meminumnya dan ia dalam keadaan beriman, dan taubat terhampar setelah itu."

Agar dapat memahahami hakikat taubat dan dapat mengamalkannya dalam bentuk ketaqwaan di tingkat taubat, maka di sini akan dikemukakan pembahasan tentang keistimewaan yang akan diperoleh orang bertaubat, amalan taubat, orang-orang berdosa besar yang diterima taubatnya dan taqwa di tingkat taubat, di halaman ini secara khusus hanya dikemukakan tentang taqwa di posisi taubat, sedang pembahasan secara lengkap dapat diunduh di bagian paling bawah halamn ini.

Di dalam kitab Hilyatul Aulia atsar nomor 6003 dinyatakan bahwa Pembukaan taqwa (kesalehan) adalah niat yang baik, dan puncaknya adalah mendapatkan pertolongan;

حَدَّثَنَا أَبِي، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبَانَ، ثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ، ثنا عَيَّاشُ بْنُ عَاصِمٍ الْكَلْبِيُّ، حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ صَدَقَةَ الْكَيْسَانِيُّ، وَكَانَ يُقَالُ أَنَّهُ مِنَ الْأَبْدَالِ، قَالَ: قَالَ عَوْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ: «فَوَاتِحَ التَّقْوَى حُسْنُ النِّيَّةِ، وَخَوَاتِيمُهَا التَّوْفِيقُ، وَالْعَبْدُ فِيمَا بَيْنَ ذَلِكَ بَيْنَ هَلَكَاتٍ، وَشُبُهَاتٍ، وَنَفْسٍ تَحْطِبُ عَلَى شِلْوِهَا، وَعَدُوٍّ مَكِيدٍ غَيْرِ غَافِلٍ وَلَا عَاجِزٍ». ثُمَّ قَرَأَ: {إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا} [فاطر: 6]

Artinya: Diceritakan oleh Ayahku, menceritakan oleh Ahmad bin Aban, menceritakan oleh Abu Bakr bin 'Ubayd, menceritakan kepadaku Muhammad bin al-Husain, menceritakan oleh 'Ayyash bin 'Asim al-Kalbi, menceritakan kepadaku Sa'id bin Sadaqah al-Kaysani, yang dikatakan sebagai salah satu dari al-Abdal. Dia berkata, "Aun bin Abdullah berkata, 'Pembukaan taqwa (kesalehan) adalah niat yang baik, dan puncaknya adalah bimbingan; persetujuan. Di antara keduanya, seorang hamba berada di antara bencana, ujian, dan dirinya yang selalu menggoda untuk melakukan dosa. Musuhnya adalah tipu daya yang tidak lengah dan tidak lemah.'" Kemudian dia membaca ayat: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah dia sebagai musuh yang sebenarnya." (QS. Fushshilat: 6) (Abu Nu’aim, Hilyatul Auliya: 6003)

Taubat merupakan kesadaran awal untuk berniat melakukan kebaikan, taubat merupakan permulaan  di setiap tingkat ketaqwaan, taqwa tingkat sabar dimulai dengan taubat, taqwa tingkat ikhlas dimulai dengan taubat, demikian juga taqwa di tingkat lainnya.

Berikut ini gambaran taqwa di tingkat taubat, yang tergambar di dalam Al Quran dan Hadits;

1. Kembali Mengabdi Kepada Allah

Di dalam Al Quran surat Ar-Rum/ 30: 31 dijelaskan perintah untuk kembali bertaubat dan bertaqwa kepada-Nya dan menegakkan shalat;

مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Artinya: dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,(QS. Ar-Rum/ 30: 31)

Di dalam ayat tersebut perintah taubat, taqwa dan shalat diperintahkan secara bersamaan, hal ini menunjukkan bahwa ketiga perintah tersebut harus dilakukan secara bersamaan dan dilakukan secara terus-menerus, bahkan ada tambahan lagi satu larangan untuk tidak mensekutukan-Nya.

2. Selalu Bertaubat Dari Kekurangan Dan Kesalahan Setiap hari

Di dalam kitab Shahih Muslim hadits nomor 4871 ditegaskan perintah untuk bertaubat kepada Allah, Karena Nabi Muhammad sebagai seorang Rasulullah bertaubat kepada Allah terus-menerus dalam sehari seratus kali;

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ قَالَ سَمِعْتُ الْأَغَرَّ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ ابْنَ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Ghundar dari Syu'bah dari 'Amru bin Murrah dari Abu Burdah dia berkata; "Saya pernah mendengar Al Agharr, salah seorang sahabat Rasulullah, memberitahukan Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah bersabda: 'Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah, karena aku bertaubat seratus kali dalam sehari.' (HR. Muslim: 4871)

Di dalam kitab Sunan Abu Daud hadits nomor 1295 digambarkan bahwa Rasulullah SAW dalam satu majlis beliau mengucapkan “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang” sebanyak seratus kali

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Artinya: Telah menceritakan kepada Kami Al Hasan bin Ali, telah menceritakan kepada Kami Abu Usamah dari Malik bin Mighwal dari Muhammad bin Suqah dari Nafi' dari Ibnu Umar, ia berkata; sungguh Kami telah menghitung ucapan Rasulullah shallla Allahu 'alaihi wa sallam dalam satu majlis beliau “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang” sebanyak seratus kali.

Di dalam kitab Sunan Tirmidzi hadits nomor 3356 digambarkan Bahwa Rasulullah membaca seratus kali doa “Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi taubat dan Maha Pengampun” dalam satu majelis;

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا الْمُحَارِبِيُّ عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ يُعَدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةُ مَرَّةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَقُومَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الْغَفُورُ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ بِمَعْنَاهُ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Abdurrahman Al Kufi, telah menceritakan kepada kami Al Muharibi dari Malik bin Mighwal dari Muhammad bin Suqah dari Nafi' dari Ibnu Umar, ia berkata; Dalam satu majlis Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam, sebelum beliau berdiri (meninggalkan majlis), terhitung seratus kali beliau mengucapkan: (Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi taubat dan Maha Pengampun). Abu Isa berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Muhammad bin Suqah dengan sanad ini seperti itu dengan maknanya. Hadits ini adalah hadits hasan shahih gharib.(HR. Tirmidzi: 3356)

3. Tidak Meninggalkan Shalat Jum’at, Karena Jika Meninggalkannya akan menjadikan Shalat, Zakat, Haji, Puasa, Dan Kebaikan Tidak Berarti Baginya Hingga Ia Bertaubat

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah hadits nomor 1071 ditegaskan perintah Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kalian shalat jum'at di tempat berdiriku ini, di hariku ini, di bulanku ini dan di tahunku ini hingga hari kiamat. Barangsiapa meninggalkannya di waktu hidupku atau setelahku, dan dia memiliki imam adil atau bejat, kemudian meremehkan atau menolaknya, maka Allah tidak akan menyatukannya dan urusannya tidak akan diberkahi. Ketahuilah, tidak ada shalat, tidak ada zakat, tidak ada haji, tidak ada puasa, dan tidak ada kebaikan baginya hingga ia bertaubat;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ بُكَيْرٍ أَبُو جَنَّابٍ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْعَدَوِيُّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ قَبْلَ أَنْ تَمُوتُوا وَبَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ قَبْلَ أَنْ تُشْغَلُوا وَصِلُوا الَّذِي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ رَبِّكُمْ بِكَثْرَةِ ذِكْرِكُمْ لَهُ وَكَثْرَةِ الصَّدَقَةِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ تُرْزَقُوا وَتُنْصَرُوا وَتُجْبَرُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ قَدْ افْتَرَضَ عَلَيْكُمْ الْجُمُعَةَ فِي مَقَامِي هَذَا فِي يَوْمِي هَذَا فِي شَهْرِي هَذَا مِنْ عَامِي هَذَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَمَنْ تَرَكَهَا فِي حَيَاتِي أَوْ بَعْدِي وَلَهُ إِمَامٌ عَادِلٌ أَوْ جَائِرٌ اسْتِخْفَافًا بِهَا أَوْ جُحُودًا لَهَا فَلَا جَمَعَ اللَّهُ لَهُ شَمْلَهُ وَلَا بَارَكَ لَهُ فِي أَمْرِهِ أَلَا وَلَا صَلَاةَ لَهُ وَلَا زَكَاةَ لَهُ وَلَا حَجَّ لَهُ وَلَا صَوْمَ لَهُ وَلَا بِرَّ لَهُ حَتَّى يَتُوبَ فَمَنْ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَلَا لَا تَؤُمَّنَّ امْرَأَةٌ رَجُلًا وَلَا يَؤُمَّ أَعْرَابِيٌّ مُهَاجِرًا وَلَا يَؤُمَّ فَاجِرٌ مُؤْمِنًا إِلَّا أَنْ يَقْهَرَهُ بِسُلْطَانٍ يَخَافُ سَيْفَهُ وَسَوْطَهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair berkata, telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Bukair Abu Jannab berkata, telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Muhammad Al 'Adawi dari Ali bin Zaid dari Sa'id Ibnul Musayyab dari Jabir bin Abdullah ia berkata, "Rasulullah ﷺ berkhutbah di hadapan kami, beliau mengatakan: "Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah sebelum kalian mati, bersegeralah beramal shalih sebelum kalian sibuk, dan sambunglah antara kalian dengan Rabb kalian dengan memperbanyak dzikir kepada-Nya, banyak sedekah dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Niscaya kalian akan diberi rezeki, ditolong dan dicukupi. Ketahuilah, sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kalian shalat jum'at di tempat berdiriku ini, di hariku ini, di bulanku ini dan di tahunku ini hingga hari kiamat. Barangsiapa meninggalkannya di waktu hidupku atau setelahku, dan dia memiliki imam adil atau bejat, kemudian meremehkan atau menolaknya, maka Allah tidak akan menyatukannya dan urusannya tidak akan diberkahi. Ketahuilah, tidak ada shalat, tidak ada zakat, tidak ada haji, tidak ada puasa, dan tidak ada kebaikan baginya hingga ia bertaubat. Maka barangsiapa bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Ketahuilah, tidak boleh seorang perempuan mengimami laki-laki, orang badui mengimami seorang muhajir dan tidak boleh orang fajir mengimami seorang mukmin, kecuali jika ia memaksanya dengan kekuasaan yang ditakuti pedang dan cambuknya."( Ibnu Majah: 1071)

4. Bertaubat Dengan Taubat Nasuha

Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi Atsar nomor 7170 digambarakan bahwa taubat nasuha adalah jika seseorang melakukan dosa kemudian tidak mau mengerjakan dan mengulanginya lagi;

أَخْبَرَنَا أَبُو الْقَاسِمِ زَيْدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ الْعَلَوِيُّ، وَأَبُو الْقَاسِمِ -[264]- عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ مُحَمَّدٍ النِّجَادُ الْمُقْرِئُ، بِالْكُوفَةِ قَالَا: أَنَا أَبُو جَعْفَرِ بْنُ دُحَيْمٍ، نا الْقَاضِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ، نا قَبِيصَةُ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، سَمِعْتُ عُمَرَ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُولُ: " تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوحًا " قَالَ: هُوَ الرَّجُلُ يَعْمَلُ الذَّنْبَ ثُمَّ يَتُوبُ وَلَا يُرِيدُ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ وَلَا يَعُودُ

Artinya: Telah mengabarakan keapda kami Abu Al Qasim Zaid ibnu Ja’far ibnu Muhammad ibnu ‘Ali Al ‘Alawi dan Abu Qasim Abdul Wahid ibnu Muhammad An Nijad Al Muqri’u di Kufah berkata: telah mengabarakan kepada kami Abu Ja’far ibnu Dahim, telah mengabarakan kepada kami Al Qadhi Ibrahim ibnu Ishaq, telah mengabarakan kepada kami Qabishah, dari Sufyan dari Simak ibnu Harb dari Nu’man ibnu Basyir Aku telah mendengar Umar RA berkata: “Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha, dia berkata; yaitu seseorang mengerjakan dosa kemudian bertaubat, tidak mau melakukannya dan mengulanginya lagi” (HR. Baihaqi: 7170)

5. Dirinya Tidak Merasa Suci

Di dalam Al Quran surat An-Najm/ 53: 32 dinyatakan janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa;

ٱلَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَـٰٓئِرَ ٱلْإِثْمِ وَٱلْفَوَٰحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَٰسِعُ ٱلْمَغْفِرَةِ ۚ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَإِذْ أَنتُمْ أَجِنَّةٌۭ فِى بُطُونِ أُمَّهَـٰتِكُمْ ۖ فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (An-Najm/ 53: 32)

6. Shalat Awwabin (Orang-Orang Bertaubat)

Di dalam Hadits Nabi Muhammad SAW, ditemukan beberapa keterangan tentang shalat awwabin;

a. Shalat Dhuha Adalah Shalat Awwabin

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 7279 dinyatakan bahwa shalat dluha adalah shalatnya awwabin; orang-orang yang bertaubat;

حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ السَّمَّاكِ حَدَّثَنَا الْعَوَّامُ بْنُ حَوْشَبٍ حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَبِالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَبِصَلَاةِ الضُّحَى فَإِنَّهَا صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abul 'Abbas Muhammad bin As Sammak telah menceritakan kepada kami Al Awwam bin Hausyab telah menceritakan kepadaku orang yang telah mendengar dari Abu Hurairah, dia berkata; "Kekasihku Shallallahu 'alaihi wa Salam mewasiatkan kepadaku dengan puasa tiga hari dalam setiap bulannya, shalat witir sebelum tidur dan shalat dluha, sebab ia adalah shalatnya orang-orang yang bertaubat."

b. Tidaklah Dapat Menjaga Shalat Dhuha Kecuali Awwab

Di dalam kitab Shahih Ibnu Khuzaimah hadits nomor 1222 dinyatakan bahwa 'Tidaklah dapat menjaga shalat Dhuha melainkan awwab; orang-orang yang kembali kepada Allah;

ثنا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زُرَارَةَ الرَّقِّيُّ بِبَغْدَادَ، ثنا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا يُحَافِظُ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى إِلَّا أَوَّابٌ» . قَالَ: «وَهِيَ صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ» . قَالَ أَبُو بَكْرٍ: «لَمْ يُتَابَعْ هَذَا الشَّيْخُ إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَلَى إِيصَالِ هَذَا الْخَبَرِ» ، رَوَاهُ الدَّرَاوَرْدِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ مُرْسَلًا، وَرَوَاهُ حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَوْلَهُ

Artinya: Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Ismail bin Abdullah bin Zurarah Ar-Raqqi di Baghdad menceritakan kepada kami, Khalid bin Abdullah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Amr menceritakan kepadaku dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Tidaklah dapat menjaga shalat Dhuha melainkan orang-orang yang kembali kepada Allah.' Beliau lanjut berkata, 'Ia adalah shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah'." Abu Bakar berkata, "Tidak diikuti Syaikh Ismail bin Abdullah untuk menyambung hadis ini. Hadis ini diriwayatkan oleh Ad-Darawardi, dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah secara mursal dan diriwayatkan oleh Hammad bin Salamah, dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah." (HR. Shahih Ibnu Khuzaimah 1222)

c. Shalat Awwabin Dikerjakan Ketika Anak Unta Mulai Beranjak Karena Kepanasan

Di dalam kitab Shahih Muslim hadits nomor 1237 digambarkan bahwa Shalat awwabin (orang yang bertaubat) dikerjakan ketika anak unta mulai beranjak karena kepanasan;

و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ الْقَاسِمِ الشَّيْبَانِيِّ أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنْ الضُّحَى فَقَالَ أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلَاةَ فِي غَيْرِ هَذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

Artinya: Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ibnu Numair keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Ismail yaitu Ibnu 'Ulayyah dari Ayyub dari Al Qasim Asy Syaibani bahwa Zaid bin Arqam pernah melihat suatu kaum yang tengah mengerjakan shalat dluha, lalu dia berkata; "Tidakkah mereka tahu bahwa shalat diluar waktu ini lebih utama? sebab Rasulullah ﷺ bersabda: "Shalat awwabin (orang yang bertaubat) dikerjakan ketika anak unta mulai beranjak karena kepanasan."(HR. Muslim: 1237)

7. Mengakui Kesalahan Dan Bertaubat

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah hadits nomor 4241 dinyatakan bahwa semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertaubat;

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مَسْعَدَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani' telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab telah menceritakan kepada kami Ali bin Mas'adah dari Qatadah dari Anas dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: "Semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertaubat." (HR. Ibnu Majah: 4241)

8. Berdoa Mohon Diterima Taubatnya

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 5100 disebutkan doa Ya Allah, ampunilah dosaku dan kasihanilah aku serta terimalah taubatku;

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ أَخْبَرَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْتُهُ اسْتَغْفَرَ مِائَةَ مَرَّةٍ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ أَوْ إِنَّكَ تَوَّابٌ غَفُورٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Malik telah mengabarkan kepada kami Zuhair telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq dari Mujahid dari Ibnu Umar ia berkata, "Suatu ketika aku pernah duduk di dekat Nabi ﷺ lalu aku mendengar beliau mengucapkan istighfar seratus kali, kemudian beliau berdo'a: “Ya Allah, ampunilah dosaku dan kasihanilah aku serta terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih, atau Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Menerima taubat dan Maha Mengampuni) “.

9. Sesungguhnya Allah Mencintai Seorang Hamba Yang Mukmin Yang Tergiur Yang Bertaubat

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 571 dinyatakan sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang mukmin yang tergiur yang bertaubat;

حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنِي عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ النَّرْسِيُّ حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مَسْلَمَةُ الرَّازِيُّ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الْبَجَلِيِّ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ سُفْيَانَ الثَّقَفِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ مُحَمَّدِ ابْنِ الْحَنَفِيَّةِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ الْمُفَتَّنَ التَّوَّابَ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepadaku Abdul A'la Bin Hammad An Narsi Telah menceritakan kepada kami Daud Bin Abdurrahman Telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Maslamah Ar Razi dari Abu 'Amru Al Bajali dari Abdul Malik Bin Sufyan Ats Tsaqafi dari Abu Ja'far Muhammad Bin Ali dari Muhammad Bin Al Hanafiyah dari bapaknya, dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang mukmin yang tergiur yang bertaubat." (HR. Ahmad: 571)

Sedangkan di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 7252 dinyatakan bahwa sebaik-baik kalian adalah orang yang tergiur yang bertaubat;

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، نا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْخَلَدِيُّ، نا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الرَّازِيُّ بِمِصْرَ، نا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الزَّعْفَرَانِيُّ، نا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " خِيَارُكُمْ كُلُّ مُفْتَنٍ تَوَّابٌ ".

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah Al Hafidz, telah mengabarkan kepada kami Ja’far ibnu Muhammad Al Khaladi, telah mengabarkan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim Ar Razi di Mesir, telah mengabarkan kepada kami Sulaiman ibnu Daud Az Za’farani, telah mengabarkan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, dari Abdillah Ar Rahman ibnu Ishaq, dari An Nu’man ibnu Sa’din dari Ali RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sebai-baik kalian adalah orang yang tergiur yang bertaubat” (HR. Baihaqi: 7252)

10. Rahmat Allah Dekat Dengan Orang Yang Bertaubat

Di dalam kitab Hilyatul Aulia Atsar nomor 6005 dinyatakan bahwa Rahmat Allah Dekat Dengan Orang Yang Bertaubat;

حَدَّثَنَا أَبِي، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبَانَ، ثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ، ثنا شِهَابُ بْنُ عَبَّادٍ، ثَنَا سُوَيْدُ بْنُ عَمْرٍو الْكَلْبِيُّ، عَنْ مَسْلَمَةَ بْنِ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنِي أَبُو الْعِجْلِ الْأَسَدِيُّ، قَالَ: قَالَ عَوْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ: «قَلْبُ التَّائِبُ بِمَنْزِلَةِ الزُّجَاجَةِ، يُؤَثِّرُ فِيهَا جَمِيعُ مَا أَصَابَهَا، وَالْمَوْعِظَةُ إِلَى قُلُوبِهِمْ سَرِيعَةٌ، وَهُمْ إِلَى الرِّقَةِ أَقْرَبُ، فَدَاوُوهَا مِنَ الذُّنُوبِ بِالتَّوْبَةِ، فَلَرُبَّ تَائِبٍ دَعَتْهُ تَوْبَتُهُ إِلَى الْجَنَّةِ حَتَّى أَوْفَدَتْهُ عَلَيْهَا، وَجَالِسُوا التَّوَّابِينَ؛ فَإِنَّ رَحْمَةَ اللهِ -[251]- إِلَى التَّوَّابِينَ أَقْرَبُ»

Artinya: Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Aban, telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin 'Ubaid, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin al-Husain, telah menceritakan kepada kami Syihab bin 'Abbad, telah menceritakan kepada kami Suwaid bin 'Amr al-Kalbi, dari Maslamah bin Ja'far, telah menceritakan kepadaku Abu al-'Ijl al-Asadi, dia berkata: 'Aun bin 'Abdullah berkata: "Hati orang yang bertaubat seperti kaca; semua yang mengenainya berpengaruh padanya. Nasihat cepat masuk ke hati mereka, dan mereka lebih dekat kepada kelembutan. Maka obatilah hati tersebut dari dosa-dosa dengan taubat, karena bisa jadi seorang yang bertaubat dibawa taubatnya ke surga hingga menghantarkannya kepadanya. Duduklah bersama orang-orang yang bertaubat, karena rahmat Allah lebih dekat kepada orang-orang yang bertaubat."

11. Setiap Kali Melakukan Kesalahan Segera Bertobat

Di dalam kitab Hilyatul Aulia hadits nomor 16745 dinyatakan bahwa setiap kali ia melakukan kesalahan, ia segera bertobat dengan taubat yang menghapus dosa-dosanyat;

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الْحُسَيْنِ الصُّوفِيُّ النَّيْسَابُورِيُّ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي عِمْرَانَ الْفَرَائِضِيُّ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ إِسْحَاقَ الرَّازِيُّ، قَالَ: ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، ثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عِيسَى، ثَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ مَا تَقُولُ فِي الْقَلِيلِ الْعَمَلِ الْكَثِيرِ الذُّنُوبِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ، فَمَنْ كَانَتْ لَهُ سَجِيَّةُ عَقْلٍ وَغَرِيزَةُ يَقِينٍ لَمْ تَضُرَّهُ ذُنُوبُهُ شَيْئًا» قِيلَ: وَكَيْفَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «لِأَنَّهُ كُلَّمَا أَخْطَأَ لَمْ يَلْبَثُ أَنْ يَتُوبَ تَوْبَةً تَمْحُو ذُنُوبَهُ وَيَبْقَى لَهُ فَضْلٌ يَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ، فَالْعَقْلُ أَدَاةُ الْعَامِلِ بِطَاعَةِ اللهِ وَحُجَّةٌ عَلَى أَهْلِ مَعْصِيَةِ اللهِ» غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ مَالِكٍ تَفَرَّدَ بِهِ سُلَيْمَانُ بْنُ عِيسَى وَهُوَ الْحِجَازِيُّ وَفِيهِ ضِعْفٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Al-Husain As-Shufi An-Naisaburi, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abi Imran Al-Faraidhi, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Isma'il bin Ishaq Ar-Razi, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Isa, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Malik, dari Ibnu Syihab, dari Anas bin Malik, ia berkata: Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang engkau katakan tentang sedikit amal tetapi banyak dosa?" Maka Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Setiap anak Adam adalah pendosa. Barang siapa memiliki tabiat akal yang sehat dan keyakinan yang kokoh, dosa-dosanya tidak akan membahayakannya sedikit pun." Lalu ditanyakan, "Bagaimana hal itu bisa terjadi, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: 

"Karena setiap kali ia melakukan kesalahan, ia segera bertobat dengan taubat yang menghapus dosa-dosanya, dan ia tetap memiliki keutamaan yang akan memasukkannya ke dalam surga. Akal adalah alat bagi orang yang taat kepada Allah, dan menjadi hujjah (argumen) atas orang-orang yang bermaksiat kepada Allah."

Hadis ini gharib (unik) dari jalur Malik, diriwayatkan secara tunggal oleh Sulaiman bin Isa Al-Hijazi, dan di dalamnya terdapat kelemahan (dalam sanadnya).

Agar ketaqwaan di tingkat Taubat ini dapat diamalkan dengan baik, maka di sini perlu dirumuskan bahwa taqwa di posisi taubat adalah wujud kesadaran untuk taat kepada Allah, menjaga diri dari kekurangan dan kesalahan dalam meninggalkan larangan dan menjalankan perintahnya disertai dengan kesadaran untuk selalu mengingat Allah yang maha menerima taubat, diiringi dengan kesadaran untuk segera beristighfar dan bertaubat kepada Allah SWT..

Taqwa di tingkat taubat merupakan merupakan upaya pembentuk kesadaran awal bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Menerima Taubat, sehingga kemudian terbentuk kesadaran taqwa tingkat sabar dengan keyakinan bahwa Allah Maha Sabar dan terbentuk tingkatan taqwa berikutnya.

Dzikir Taubat

"سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ"

"Mahasuci Engkau, dan dengan memujiMu, aku meminta ampun dan bertaubat kepadaMu."

(HR. Muslim: 747)

# سَبَّحَ لله:عَظَّمَهُ وَمَجَّدَهُ وَنَزَّهَهُ

# Bertasbih: Mengagungkan, memuliakan dan bijaksanakan.

Di dalam Al Quran kata yang dapat dipahami menunjuk pada pengertian taubat, antara lain disebutkan dengan kata taaba, awaba dan anaba, pencaraian kata di dalam Al Quran menggunakan aplikasi Dzekr 1.1.0, berdasar kata dasar tawaba ditemukan 87 kata di 69 , berdasar pencaraian kata dasar awaba; kembali ditemukan 17 kata di 17 ayat dan berdasar pencaraian kata dasar anaba; kembali ditemukan 15 kata di 15 ayat, kata-kata yang diketemukan tersebut, dapat kami klasifikasikan ke dalam; keistimewaan yang akan diperoleh orang bertaubat, amalan taubat, orang-orang berdosa besar yang diterima taubatnya dan taqwa di tingkat taubat, klasifikasi taubat ditambah dengan Hadits-Hadits terkait.

Hasil penelitian ini kami hadiahkan untuk seluruh umat Islam di manapun berada , agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam memahami dan mengamalkan Taqwa secara menyeluruh.

Hadiah dapat didownload di tombol hadiah, In Syaa Allah bermanfaat ...