• + 2. TAQWA TINGKAT IKHLAS

Di dalam Al Quran surat An-Nahl/16: 52 tergambar bahwa langit dan bumi taat tunduk, patuh dan ikhlas kepada Allah selamanya, maka bertaqwalah hanya kepada Allah;

وَلَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَهُ الدِّيْنُ وَاصِبًاۗ اَفَغَيْرَ اللّٰهِ تَتَّقُوْنَ

Artinya: Dan milik-Nya meliputi segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan kepada-Nyalah (ibadah dan) ketaatan selama-lamanya. Mengapa kamu Taqwa kepada selain Allah? (QS. An-Nahl/16:52)

Bentuk ketaqwaan kepada Allah di tingkat Ikhlas, juga banyak disebutkan di dalam Al Quran dan Hadits dengan kata yang sepadan dengan ikhlas, yaitu taat, adapun bentuk-bentuk ketaqwaan tingkat ikhlas antara lain sebagai berikut;

1. Bertaqwa Kepada Allah Sesuai Kemampuan Maksimal

Di dalam Al Quran surat At Taghabun/ 64: 16 dijelaskan perintah untuk bertaqwa kepada Allah sesuai kemampuan maksimal dengan cara mendengar dan taat (ikhlas) kepada Allah;

فَاتَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا وَاَنْفِقُوْا خَيْرًا لِّاَنْفُسِكُمْۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Artinya: Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang-siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. At-Tagabun/64: 16)

2. Mengadu Kepada Allah

Di dalam kitab Shahih Ibnu Hibban hadits nomor 5828 dinyatakan bahwa Apabila seorang mukmin mengadu (kepada Allah), maka Allah membersihkan dia (dari dosa);

أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ الْقَطَّانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا اشْتَكَى الْمُؤْمِنُ أَخْلَصَهُ ذَلِكَ كَمَا يُخْلِصُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ»

Artinya: Dari Aisyah radhiallahu 'anha, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila seorang mukmin mengadu (kepada Allah), maka Allah membersihkan dia (dari dosa) sebagaimana tukang besi membersihkan besi yang buruk." (HR. Ibnu Hibban: 5828)

3. Shalat Malam Membaca Dua Ratus Ayat Al Quran

Di dalam kitab Shahih Ibnu Khuzaimah hadits nomor 1141 dinyatakan bahwa barangsiapa yang shalat di malam hari dengan membaca dua ratus ayat niscaya ia akan ditulis sebagai orang yang ikhlas tunduk kepada Allah;

نا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، نا سَعْدُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنِ ابْنِ سَلْمَانَ، عَنْ أَبِيهِ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ سَلْمَانَ الْأَغَرِّ قَالَ: قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى فِي لَيْلَةٍ بِمِائَةِ آيَةِ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، وَمَنْ صَلَّى فِي لَيْلَةٍ بِمِائَتَيْ آيَةٍ فَإِنَّهُ يُكْتَبُ مِنَ الْقَانِتِينَ الْمُخْلِصِينَ»

Artinya: Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Sa'ad bin Abdul Hamid menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Abu Az-Zinad mengabarkan kepada kami dari Musa bin Uqbah, dari Salman, dari ayahnya Abu Abdullah Salman Al Aghar, ia berkata: Abu Hurairah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Barangsiapa shalat di malam hari dengan membaca seratus ayat niscaya ia tidak akan ditulis sebagai orang-orang yang lalai dan barangsiapa yang shalat di malam hari dengan membaca dua ratus ayat niscaya ia akan ditulis sebagai orang yang ikhlas tunduk kepada Allah'." (HR. Ibnu Khuzaimah: 1141)

4. Melakukan Amal Ibadah Dengan Ikhlas dan Mengharapkan WajahNya

Di dalam kitab Sunan Nasai hadits nomor 3089 ditegaskan bahwa Allah tidak menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajahNya;

أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ هِلَالٍ الْحِمْصِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حِمْيَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ عَمَّارٍ عَنْ شَدَّادٍ أَبِي عَمَّارٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا يَلْتَمِسُ الْأَجْرَ وَالذِّكْرَ مَالَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا شَيْءَ لَهُ فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يَقُولُ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا شَيْءَ لَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Isa bin Hilal Al Himshi, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Humair, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah bin Sallam dari 'Ikrimah bin 'Ammar dari Syaddad bin Abi 'Ammar dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata; telah datang seorang laki-laki kepada Nabi ﷺ lalu berkata; bagaimana pendapat anda mengenai seseorang yang berjihad mengharapkan upah dan sanjungan, apakah yang ia peroleh? Rasulullah ﷺ menjawab: "Ia tidak mendapatkan apa-apa, " lalu ia mengulanginya tiga kali, Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya: "Ia tidak mendapatkan apa-apa". Kemudian beliau bersabda: " Allah tidak menerima amalan kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan wajahNya." (HR. Nasai, Sunan Nasai: 3089)

Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 6930 digambarkan tiga kelompok orang beramal, dan dinyatakan bahwa orang yang beramal dengan ikhlas yang diterima Allah;

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ، قَالَا: نا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، نا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ عَفَّانَ، نا عُبَيْدُ اللهِ هُوَ ابْنُ مُوسَى، نا قَطَرِيٌّ الْخَشَّابُ، عَنْ عَبْدِ الْوَارِثِ، عَنْ مَوْلَى أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ أَنَسٌ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صَارَتْ أُمَّتِي ثَلَاثَ فِرَقٍ: فِرْقَةٌ يَعْبُدُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَالِصًا، وَفِرْقَةٌ يَعْبُدُونَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ رِيَاءً، وَفِرْقَةٌ يَعْبُدُونَ اللهَ يُصِيبُونَ بِهِ دُنْيَا. قَالَ: فَيَقُولُ لِلَّذِي كَانَ يَعَبُدُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لِلدُّنْيَا: بِعِزَّتِي وَجَلَالِي، مَا أَرَدْتَ بِعِبَادَتِي؟ فَيَقُولُ: الدُّنْيَا. فَيَقُولُ: لَا جَرَمَ، لَا يَنْفَعُكَ مَا جَمَعْتَ وَلَا تَرْجِعُ إِلَيْهِ، انْطَلِقُوا بِهِ إِلَى النَّارِ، قَالَ: وَيَقُولُ لِلَّذِي يَعَبُدُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ رِيَاءً: بِعِزَّتِي وَجَلَالِي، مَا أَرَدْتَ بِعِبَادَتِي؟ قَالَ: الرِّيَاءَ. قَالَ: يَقُولُ: إِنَّمَا كَانَتْ عِبَادَتُكَ الَّتِي كُنْتَ تُرَائِي بِهَا لَا يَصْعَدُ إِلَيَّ مِنْهَا شَيْءٌ، وَلَا يَنْفَعُكَ الْيَوْمَ انْطَلِقُوا بِهِ إِلَى النَّارِ، قَالَ: وَيَقُولُ لِلَّذِي كَانَ يَعَبُدُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَالِصًا: بِعِزَّتِي وَجَلَالِي، مَا أَرَدْتَ بِعِبَادَتِي؟ فَيَقُولُ: بِعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ، لَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي كُنْتُ أَعْبُدُكَ لِوَجْهِكَ وَلِدَارِكَ، قَالَ: صَدَقَ عَبْدِي انْطَلِقُوا بِهِ إِلَى الْجَنَّةِ "

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah Al Hafidz dan Abu Bakar Ahmad ibnu Hasan, berkata: telah mengabarkan kepada kami Abu Abas Muhammad ibnu Ya’qub, telah mengabarkan kepada kami Al hasan ibnu Ali ibnu ‘Afan, telah mengabarkan kepada kami ‘Ubaidullah yaitu ibnu Musa, telah mengabarkan kepada kami Qathari Al Hasab, dari Abd Al Waris, dari Maula Anas, berkata, berkata Anas: Rasulullah SAW bersabda: Jika terjadi Hari Qiyamat umatku terbagi menjadi tiga kelompok, kelompok yang menyembah Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, kelompok yang menyembah Allah Azza wa Jalla dengan riya’, kelompok yang menyembah Allah Azza wa Jalla untuk memperoleh dunianya, belia bersabda, Maka Allah berkata kepada orang yang menyembah Allah Azza wa Jalla untuk duniannya, dengan keagungan dan kemulyaanku, apa yang kamu inginkan dari ibadah kepadaKu ?, mereka berkata: dunia, maka Allah berkata: tidak diragukan, tidak ada manfaat bagimu apa yang telah kamu kumpulkan dan tidak dapat kembali kepadanya, karenanya lemparkanlah ke Neraka, Allah berkata kepada orang yang menyembah Allah Azza wa Jalla untuk duniannya, dengan keagungan dan kemulyaanku, apa yang kamu inginkan dari ibadah kepadaKu ?, mereka berkata: riya’, maka Allah berkata: sesungguhnya ibadahmu untuk siapa kamu ingin diperhatikan, ibadahmu tidak naik kepadaku sedikitpun, dan hari ini tidak memberi manfaat kepadamu, karenanya lemparkanlah ke Neraka, Allah berkata kepada orang yang menyembah Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, dengan keagungan dan kemulyaanku, apa yang kamu inginkan dari ibadah kepadaKu ?, mereka berkata: dengan keagungan dan kemulyaanMu sungguh engakau lebih mengetahui , maka Allah berkata:hambaKu benar karenanya bebaskan dia ke Jannah. (HR. Baihaqi: 6930)

5. Mendengar Dan Taat, Baik Ketika Giat (Semangat) Maupun Malas

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 6660 digambarkan bahwa orang yang berbaiat kepada nabi untuk bersedia mendengar dan taat, baik ketika giat (semangat) maupun malas;

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَادَةُ بْنُ الْوَلِيدِ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ بَايَعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالْحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّا لَا نَخَافُ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ismail telah menceritakan kepadaku Malik dari Yahya bin Sa'id mengatakan, telah mengabarkan kepadaku 'Ubadah bin Al Walid telah mengabarkan kepadaku Ayahku dari Ubadah bin Ash Shamit mengatakan; 'kami berbai'at kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam untuk mendengar dan taat, baik ketika giat (semangat) maupun malas, dan untuk tidak menggulingkan kekuasaan dari orang yang berwenang terhadapnya, dan mendirikan serta mengucapkan kebenaran dimana saja kami berada, kami tidak khawatir dijalan Allah terhadap celaan orang yag mencela.' (HR. Bukhari, Shahih Bukhari: 6660)

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 6532 juga disebutkan dalam baiat untuk bersedia , lebih mementingkan urusan bersama, serta agar kami tidak mencabut urusan dari ahlinya kecuali jika kalian melihat kekufuran yang terang-terangan;

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرٍو عَنْ بُكَيْرٍ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ جُنَادَةَ بْنِ أَبِي أُمَيَّةَ قَالَ دَخَلْنَا عَلَى عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ وَهُوَ مَرِيضٌ قُلْنَا أَصْلَحَكَ اللَّهُ حَدِّثْ بِحَدِيثٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهِ سَمِعْتَهُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ دَعَانَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعْنَاهُ فَقَالَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةً عَلَيْنَا وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنْ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Isma'il telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb dari Amru dari Bukair dari Busr bin Sa'id dari Junadah bin Umayyah mengatakan, kami berkunjung ke Ubadah bin Shamit yang ketika itu sedang sakit. Kami menyapa; 'semoga Allah menyembuhkanmu, ceritakan kepada kami sebuah Hadits, yang kiranya Allah memberimu manfaat karenanya, yang engkau dengar dari Nabi ﷺ! ' Ia menjawab; 'Nabi ﷺ memanggil kami sehingga kami berbaiat kepada beliau.' Ubadah melanjutkan; diantara janji yang beliau ambil dari kami adalah, agar kami berbaiat kepada beliau untuk senantiasa mendengar dan ta'at, saat giat mapun malas, dan saat kesulitan maupun kesusahan, lebih mementingkan urusan bersama, serta agar kami tidak mencabut urusan dari ahlinya kecuali jika kalian melihat kekufuran yang terang-terangan, yang pada kalian mempunyai alasan yang jelas dari Allah.' (HR. Bukhari, Shahih Bukhari: 6532)

6. Taat Dalam Kebaikan

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 6716 dinyatakan bahwa sama sekali tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan, ketaatan itu dalam kebaikan

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ زُبَيْدٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ جَيْشًا وَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ رَجُلًا فَأَوْقَدَ نَارًا وَقَالَ ادْخُلُوهَا فَأَرَادُوا أَنْ يَدْخُلُوهَا وَقَالَ آخَرُونَ إِنَّمَا فَرَرْنَا مِنْهَا فَذَكَرُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِلَّذِينَ أَرَادُوا أَنْ يَدْخُلُوهَا لَوْ دَخَلُوهَا لَمْ يَزَالُوا فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَقَالَ لِلْآخَرِينَ لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Zubaid dari Sa'd bin Ubaidah dari Abu 'Abdurrahman dari 'Ali radliallahu 'anhu, bahwa Nabi ﷺ pernah mengutus sepasukan dan mengangkat seseorang sebagai amir mereka, amir tersebut kemudian menyalakan api dan memberi perintah, 'Masuklah kalian ke api ini! ' sebagian mereka ingin memasukinya dan sebagian lain berkata, 'Bukankah kita sendiri ingin melarikan diri dari api (neraka)? ' Akhirnya mereka laporkan kasus tersebut kepada nabi ﷺ dan beliau bersabda kepada mereka yang ingin memasukinya: "Kalau mereka memasukinya, niscaya mereka tetap dalam api itu hingga kiamat tiba." Dan beliau berkata kepada sebagian lain: "Sama sekali tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan, ketaatan itu dalam kebaikan." (HR. Bukhari, Shahih Bukhari: 6716)

7. Menjaga Amal Setelah Ikhlas Itu Lebih Berat Dari Amal Itu Sendiri

Di dalam kitab Hilyatul Aulia atsar nomor 15657 digambarkan bahwa mengikhlaskan amal hingga benar-benar ikhlas adalah lebih berat dari amal itu sendiri, dan menjaga amal setelah ikhlas itu lebih berat dari amal itu sendiri;

حَدَّثَنَا أَبِي، ثنا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُمَرَ، ثنا سَعِيدُ بْنُ عُثْمَانَ قَالَ: سَمِعْتُ السَّرِيَّ، يَقُولُ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُطَرِّفٍ: «تَخْلِيصُ الْعَمَلِ حَتَّى يَخْلُصُ أَشَدُّ مِنَ الْعَمَلِ، وَالِاتِّقَاءُ عَلَى الْعَمَلِ بَعْدَ مَا يَخْلُصُ أَشَدُّ مِنَ الْعَمَلِ»

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ahmad ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu ‘Utsman, berkata: aku telah mendengar As Sari berkata: telah berkata Abdullah ibnu Mutharif: mengikhlaskan amal hingga benar-benar ikhlas adalah lebih berat dari amal itu sendiri, dan menjaga amal setelah ikhlas itu lebih berat dari amal itu sendiri (Atsar Riwayat Abu Nu’aim nomor 15657)

8. Barangsiapa Meninggal Dunia Dalam Keadaan Ikhlas Kepada Allah.., Maka Ia Meninggal Dalam Keridlaan Allah

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah hadits 69 dinyatakan bahwa Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan ikhlas kepada Allah, beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya, menegakkan shalat dan menunaikan zakat, maka ia meninggal dalam keridlaan Allah.;

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ فَارَقَ الدُّنْيَا عَلَى الْإِخْلَاصِ لِلَّهِ وَحْدَهُ وَعِبَادَتِهِ لَا شَرِيكَ لَهُ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ مَاتَ وَاللَّهُ عَنْهُ رَاضٍ قَالَ أَنَسٌ وَهُوَ دِينُ اللَّهِ الَّذِي جَاءَتْ بِهِ الرُّسُلُ وَبَلَّغُوهُ عَنْ رَبِّهِمْ قَبْلَ هَرْجِ الْأَحَادِيثِ وَاخْتِلَافِ الْأَهْوَاءِ وَتَصْدِيقُ ذَلِكَ فِي كِتَابِ اللَّهِ فِي آخِرِ مَا نَزَلَ يَقُولُ اللَّهُ " فَإِنْ تَابُوا " قَالَ خَلْعُ الْأَوْثَانِ وَعِبَادَتِهَا" وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوْا الزَّكَاةَ " وَقَالَ فِي آيَةٍ أُخْرَى " فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوْا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ " حَدَّثَنَا أَبُو حَاتِمٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى الْعَبْسِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ مِثْلَهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar Razi dari Rabi' bin Anas dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: " Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan ikhlas kepada Allah, beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya, menegakkan shalat dan menunaikan zakat, maka ia meninggal dalam keridlaan Allah." Anas berkata; "Itulah agama Allah yang dibawa oleh para Rasul, mereka menyampaikannya dari Rabb mereka sebelum kacau balaunya pembicaraan dan perselisihan hawa nafsu. Yang demikian itu terdapat dalam kitabullah diakhir ayat yang diturunkan, Allah berfirman: "Sekiranya mereka bertaubat -Anas berkata; menanggalkan berhala-berhala dan penghambaannya-, menegakkan shalat dan menunaikan zakat." Dalam firman-Nya yang lain: "Jikalau mereka bertaubat, menegakkan shalat, menunaikan zakat, maka mereka adalah saudara-saudara kalian di dalam Dien." Telah menceritakan kepada kami Abu Hatim berkata, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa Al 'Absi berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar Razi dari Ar Rabi' bin Anas seperti hadits di atas. (HR. Ibnu Majah hadits 69)

9. Mengucapkan La Ilaha Illallah Dengan Ikhlas

Di dalam kitab Shahih Bukhari Hadits nomor 97 dinyatakan bahwa Orang yang paling berbahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya;

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdul 'Aziz bin Abdullah berkata, telah menceritakan kepadaku Sulaiman dari 'Amru bin Abu 'Amru dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: ditanyakan (kepada Rasulullah ﷺ: "Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu pada hari kiamat?" Rasulullah ﷺ menjawab: "Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya".

10. Mengucapkan Kalimat Ikhlas; Kalimat Taqwa “Asyhadu An laa Ilaha Illallah”

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 419 digambarkan ada sebuah kalimat yang disebut sebagai kalimat ikhlas tetapi juga disebut sebagai kalimat taqwa, jika diucapkan dengan benar dari qalbunya, diharamkan baginya neraka yaitu; “Asyhadu An laa Ilaha Illallah”;

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الْخَفَّافُ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ حُمْرَانَ بْنِ أَبَانَ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَا يَقُولُهَا عَبْدٌ حَقًّا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حُرِّمَ عَلَى النَّارِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَا أُحَدِّثُكَ مَا هِيَ هِيَ كَلِمَةُ الْإِخْلَاصِ الَّتِي أَعَزَّ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بِهَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ وَهِيَ كَلِمَةُ التَّقْوَى الَّتِي أَلَاصَ عَلَيْهَا نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَمَّهُ أَبَا طَالِبٍ عِنْدَ الْمَوْتِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdul Wahab Al Khaffaf Telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Qatadah dari Muslim Bin Yasar dari Humran Bin Aban bahwa Utsman Bin Affan berkata; aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Sungguh aku mengetahui sebuah kalimat yang tidaklah seorang hamba mengucapkannya dengan hati yang ikhlas, kecuali pasti akan di haramkan neraka untuknya." Maka Umar Bin Al Khaththab berkata kepadanya; "Saya akan menceritakannya kepadamu kalimat apa itu, yaitu kalimat ikhlas yang dengannya Allah Tabaraka wa Ta'ala memuliakan Muhammad ﷺ dan para sahabatnya, yaitu kalimat Taqwa yang telah Nabiyullah ﷺ baca berulang ulang kepada pamannya Abu Thalib menjelang wafatnya, yaitu persaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah selain Allah."(HR. Ahmad, Musnad Ahmad: 419)

11. Berdoa Di Pagi Dan Petang Agar Berada Dalam Kalimat Ikhlas

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 20219 disebutkan doa pagi dan petang Semoga kami di pagi ini dalam keadaan fitrah Islam (agama Islam), dalam kalimat yang ikhlas, dalam sunnah Nabi kami Muhammad ﷺ dan dalam millah (agama) bapak kami Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah;

حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ يَحْيَى بْنِ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَلَمَةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَي عَنْ أَبِيهِ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا إِذَا أَصْبَحْنَا أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ وَكَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ وَسُنَّةِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمِلَّةِ أَبِينَا إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنْ الْمُشْرِكِينَ وَإِذَا أَمْسَيْنَا مِثْلَ ذَلِكَ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Isma'il bin Yahya bin Salamah bin Kuhail telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Ayahnya dari Salamah dari Sa'id bin Abdurrahman bin Abza dari Ayahnya dari Ubay bin Ka'b dia berkata, "Rasulullah ﷺ telah mengajarkan doa kepada kami apabila di pagi hari: Semoga kami di pagi ini dalam keadaan fitrah Islam (agama Islam), dalam kalimat yang ikhlas, dalam sunnah Nabi kami Muhammad ﷺ dan dalam millah (agama) bapak kami Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah) '. Dan pada sore hari juga dengan doa seperti itu." (HR. Ahmad, Musnad Ahmad: 20219)

12. Bermajelis Dengan Guru Yang Mengajarkan Kepada Keikhlasan

Di dalam kitab Hilyatul Aulia hadits nomor 12041 diingatkan untuk tidak bermajelis dengan semua guru, kecuali yang mengajarkan menghilangkan riya menuju kepada keikhlasan;

ما حَدَّثَنَاهُ أَبُو الْقَاسِمِ زَيْدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ أَبِي بِلَالٍ , ثنا عَلِيُّ بْنُ مَهْرَوَيْهِ , ثنا يُوسُفُ بْنُ حَمْدَانَ , ثنا أَبُو سَعِيدٍ الْبَلْخِيُّ , ثنا شَقِيقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الزَّاهِدُ , ثنا عَبَّادُ بْنُ كَثِيرٍ , عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا تَجْلِسُوا مَعَ كُلِّ عَالِمٍ إِلَّا مَعَ عَالِمٍ يَدْعُوكُمْ مِنْ خَمْسٍ إِلَى خَمْسٍ: مِنَ الشَّكِّ إِلَى الْيَقِينِ , وَمِنَ الْعَدَاوَةِ إِلَى النَّصِيحَةِ وَمِنَ الْكِبْرِ إِلَى التَّوَاضُعِ وَمِنَ الرِّيَاءِ إِلَى الْإِخْلَاصِ وَمِنَ الرَّغْبَةِ إِلَى الرَّهْبَةِ "

Artinya: Apa yang telah kami ceritakan kepadanya Abu Qasim Zaid ibnu Ali ibnu abi Bilal. telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Mahrawaih, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Hamdan, telah menceritakan kepada kami Abu Said Al Balhi, telah menceritakan kepada kami Syaqiq ibnu Ibrahim Al Zahid, telah menceritakan kepada kami ‘Abad ibnu Katsir dari abu Zubair, dari Jabir berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jangan bermajelis (belajar) dengan semua guru, kecuali dengan yang mengajakmu dari lima hal menuju lima; dari keraguan kepada keyakinan, dari permusuhan menuju nasehat, dari takabur kepada tawadhu’, dari riya’ menuju ikhlas dan dari berhasrat menuju merasa takut.” (HR. Abu Nuaim, Hilyatul Auliya: 12041)

13. Berdoa Agar Dijadikan Sebagai Orang Yang Ikhlas Kepada Allah

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 18490 disebutkan doa jadikanlah aku sebagai orang yang ikhlas kepada-Mu, keluargaku dalam setiap waktu untuk dunia maupun akhirat;

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ دَاوُدَ الطُّفَاوِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي مُسْلِمٍ الْبَجَلِيِّ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ كَانَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي دُبُرِ صَلَاتِهِ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ أَنَا شَهِيدٌ أَنَّكَ أَنْتَ الرَّبُّ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ قَالَ إِبْرَاهِيمُ مَرَّتَيْنِ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ أَنَا شَهِيدٌ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ أَنَا شَهِيدٌ أَنَّ الْعِبَادَ كُلَّهُمْ إِخْوَةٌ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ اجْعَلْنِي مُخْلِصًا لَكَ وَأَهْلِي فِي كُلِّ سَاعَةٍ مِنْ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ذَا الْجِلَالِ وَالْإِكْرَامِ اسْمَعْ وَاسْتَجِبْ اللَّهُ الْأَكْبَرُ الْأَكْبَرُ اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ اللَّهُ الْأَكْبَرُ الْأَكْبَرُ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ اللَّهُ الْأَكْبَرُ الْأَكْبَرُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mahdi Telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ia berkata, saya mendengar Dawud Ath Thufawi menceritakan dari Abu Muslim Al Bajali dari Zaid bin Arqam ia berkata; Rasulullah ﷺ membaca do'a di akhir shalatnya: Ya Allah, Rabb kami dan Rabb-nya segala sesuatu, saya adalah saksi bahwa Muhammad adalah hamba-Mu dan Rasul-Mu. Wahai Rabb kami dan Rabb-nya segala sesuatu, saya adalah saksi bahwa seluruh hamba adalah saudara. Ya Allah, Rabb kami dan Rabb-nya segala sesuatu, jadikanlah aku sebagai orang yang ikhlas kepada-Mu, keluargaku dalam setiap waktu untuk dunia maupun akhirat, (Engkaulah Yang Maha) Kuasa dan Mulia, dengar dan perkenankanlah. Allah Maha Besar. Yang Maha Besar adalah Allah, Cahaya langit dan bumi. Allah Maha Besar, cukuplah Allah sebagai sebaik-baik tempat berlindung. Allah Maha Besar." (HR. Ahmad: 18490)

14. Berdoa Menyatakan Beriman Kepada Allah Dengan Ikhlas

Di dalam kitab Mujam Thabarani Awsath hadits nomor 944 disebutkan doa beriman kepada Allah dengan ikhlas dalam beragama;

حدثنا بكر قال نا عمرو بن هاشم قال نا محمد بن شعيب بن شابور قال حدثني يحيى بن الحارث الذماري عن علي بن يزيد عن القاسم عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " «مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، آمَنْتُ بِكَ مُخْلِصًا لَكَ دِينِي، إِنِّي أَصْبَحْتُ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَتُوبُ إِلَيْكَ مِنْ شَرِّ عَمَلِي، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِذُنُوبِي الَّتِي لَا يَغْفِرُهَا إِلَّا أَنْتَ، فَإِنْ مَاتَ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ دَخَلَ الْجَنَّةَ. وَإِنْ قَالَ حِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ [آمَنْتُ بِكَ مُخْلِصًا لَكَ دِينِي]، أَمْسَيْتُ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَتُوبُ إِلَيْكَ مِنْ شَرِّ عَمَلِي، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِذُنُوبِي الَّتِي لَا يَغْفِرُهَا إِلَّا أَنْتَ، فَمَاتَ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ دَخَلَ الْجَنَّةَ ". ثُمَّ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَحْلِفُ مَا لَا يَحْلِفُ عَلَى غَيْرِهِ، يَقُولُ: " وَاللَّهِ مَا قَالَهَا عَبْدٌ فِي يَوْمٍ فَيَمُوتُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَإِنْ قَالَهَا حِينَ يُمْسِي فَتُوَفِّيَ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ دَخَلَ الْجَنَّةَ» "

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Bakr berkata telah menceritakan kepada kami Amru ibnu Hasyim berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syuaib ibnu Syabur berkata telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Al Harits Adz Dzimari Dari Ali ibnu Yazid dari Al Qasim dari Abi Umamah Al Bahili berkata: Rasulullah SAW bersabda: siapa yang mengucapkan tiga kali di waktu pagi : “Ya Allah bagimu segala puji tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau Rab kami dan kami Hambamu, aku beriman kepada-Mu dengan ikhlas kepada-Mu dalam beragama, sesungguhnya kami menjalani pagi di atas persetujuan-Mu dan janji-Mu semampu kami, kami bertaubat kepada-Mu dari keburukan amal kami, dan kami memohon ampunan atas dosa kami, yang tidak dapat mengampuninya kecuali Engkau”, jika pada hari itu meninggal dunia masuk surga, dan jika mengucapkan tiga kali di waktu sore: “Ya Allah bagimu segala puji tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau Rab kami dan kami Hambamu, aku beriman kepada-Mu dengan ikhlas kepada-Mu dalam beragama, sesungguhnya kami menjalani sore di atas persetujuan-Mu dan janji-Mu semampu kami, kami bertaubat kepada-Mu dari keburukan amal kami, dan kami memohon ampunan atas dosa kami, yang tidak dapat mengampuninya kecuali Engkau”, jika pada malam itu meninggal dunia masuk surga, kemudian Rasulullah SAW bersumpah dengan apa yang tidak pernah bersumpah atas selainnya, beliau bersabda: “Demi Allah tidaklah seorang hamba mengucapkannya pada hari itu kemudian meninggal pada hari itu kecuali masuk surga, dan jika mengucapkannya ketika sore kemudian meninggal dunia di malam hari masuk surga.” (HR. Thabrani: 944)

Ayat-ayat, Hadits dan Atsar di atas menggambarkan betapa pentingnya ketaqwaan di tingkat ikhlas, agar ketaqwaan di tingkat ikhlas dapat dipahami dan diamalkan dengan baik, maka disini perlu dirumuskan bahwa ketaqwaan di tingkat ikhlas adalah kesadaran untuk taat kepada Allah, mengerjakan semua amal dan perbuatan didasari keikhlasan karena Allah SWT, apabila terjadi perbuatan atau amal yang dilakukan bukan karena Allah, segera menyadarinya dan bertaubat dan mohon ampun kepada Allah SWT.

Keikhlasan dapat menimbulkan kesadaran hati untuk merasakan amal perbuatannya yang dikerjakannya bernilai baik, benar, memiliki arti, netral, suci, bersih, jujur, aktif, percaya diri, optimis, semangat, senang, bahagia, mengenal kebenaran dan menerima kenyataan.

Doa Mohon Dijadikan Hamba Yang Ikhlas

"اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ اجْعَلْنِي مُخْلِصًا لَكَ وَأَهْلِي فِي كُلِّ سَاعَةٍ مِنْ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ذَا الْجِلَالِ وَالْإِكْرَامِ اسْمَعْ وَاسْتَجِبْ اللَّهُ الْأَكْبَرُ الْأَكْبَرُ اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ اللَّهُ الْأَكْبَرُ الْأَكْبَرُ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ اللَّهُ الْأَكْبَرُ الْأَكْبَرُ"

“Ya Allah, Rabb kami dan Rabb-nya segala sesuatu, jadikanlah aku sebagai orang yang ikhlas kepada-Mu, keluargaku dalam setiap waktu untuk dunia maupun akhirat, (Engkaulah Yang Maha) Kuasa dan Mulia, dengar dan perkenankanlah. Allah Maha Besar. Yang Maha Besar adalah Allah, Cahaya langit dan bumi. Allah Maha Besar, cukuplah Allah sebagai sebaik-baik tempat berlindung. Allah Maha Besar."

"(HR. Ahmad : 18490)

Dalam pencarian kata di dalam Al Quran dengan kata dasar Khalasa, menggunakan Aplikasi Zekr 1.1.0 khalasa ditemukan 31 kali di 30 ayat, sedangkan kata yang memiliki pengertian sama dengan ikhlas, yaitu kata thawa’a: Tha’at yang artinya taat; patuh; senang hati, kata ini di dalam Al Quran ditemukan sebanyak 129 kali di 118 ayat, kata lainnya adalah kata Qanit; tunduk, patuh, taat, kata ini di dalam Al Quran ditemukan sebanyak 13 kali di 12 ayat, dari kata-kata yang diketemukan tersebut, kami dapat menglasifikasikan ke dalam; Hikmah Ikhla, Keuntungan orang yang Ikhlas, Karakter orang yang Ikhlas dan Taqwa di tingkat Ikhlas, pengklasifikasian ditambah dengan Hadits-Hadits terkait.

Hasil penelitian ini kami hadiahkan untuk seluruh umat Islam di manapun berada , agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam memahami dan mengamalkan Taqwa secara menyeluruh.

Hadiah dapat didownload di tombol hadiah, In Syaa Allah bermanfaat ...