• MEMAHAMI ISTILAH DALAM AGAMA ISLAM

Untuk memahami istilah dalam agama Islam, tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan kemampuan akal fikiran (pendekatan ilmiyah), tetapi harus disandarkan pada keterangan keterangan Ilahiah, yang bersumber pada wahyu Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang difahami dengan kesadaran iman dari dalam qalbu (pendekatan qalbiyah), karena pemahaman istilah-istilah dalam agama Islam akan berpengaruh pada keyakinan dan pengamalannya.

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomer 2884, 6768 dan 69 disebutkan bahwa jika Allah menghendaki hambanya menjadi baik, maka akan di fahamkan “yufaqqihhu” dalam urusan (Ilmu) agama;

حَدَّثَنَا حِبَّانُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ يُونُسَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَاللَّهُ الْمُعْطِي وَأَنَا الْقَاسِمُ وَلَا تَزَالُ هَذِهِ الْأُمَّةُ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ

Artinya: Telah bercerita kepada kami Hibban bin Musa telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah dari Yunus dari Az Zuhriy dari Humaid bin 'Abdur Rahman bahwa dia mendengar Mu'awiyah berkata; Rasulullah Shallallahu'alaiwasallam bersabda: "Siapa yang Allah kehendaki baik pada dirinya maka Allah akan pahamkan orang itu dalam urusan agama. Allah adalah Yang Maha Pemberi sedangkan aku Al Qasim (yang membagi-bagi) dan akan senantiasa ummat ini menang atas orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang urusan Allah, sedang mereka berjaya (dengan kemenangan". (HR. Bukhari, Shahih Bukhari, 4, 84: 3116)

Di dalam kitab Mujam Thabarani Kabir hadits bab mim nomor 929 dinyatakan bahwa sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar, dan pemahaman (fiqh) itu diperoleh dengan memperdalam pemahaman;

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْمُعَلَّى الدِّمَشْقِيُّ، ثنا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، ثنا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، ثنا عُتْبَةُ بْنُ أَبِي حَكِيمٍ، عَمَّنْ حَدَّثَهُ، عَنْ مُعَاوِيَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَالْفِقْهُ بِالتَّفَقُّهِ، وَمَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ»

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al-Mu'alla Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar, telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Khalid, telah menceritakan kepada kami Utbah bin Abi Hakim, dari seseorang yang menceritakan kepadanya, dari Mu'awiyah, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai manusia, sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar, dan pemahaman (fiqh) itu diperoleh dengan memperdalam pemahaman. Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Dia akan memberinya pemahaman dalam agama. Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama." (HR. Thabarani, Mujam Thabarani Kabir: Bab Mim; 929)

Berkaitan dengan pemahaman sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits di atas, di dalam Al Quran surat Al-A'raf/7: 179, memberikan penjelasan bahwa Qalbu (hati)lah yang dapat digunakan untuk memahami (agama) “Yafqahun”;

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(QS. Al-A'raf/7: 179)

Untuk dapat mencapai tingkat pemahaman yang benar tentang suatu istilah, harus didahului dengan proses berfikir, di dalam Al Quran Surat Al-Hajj/ 22: 46, memberikan penjelasan bahwa Qalbu (hati)lah yang dapat digunakan untuk berfikir “ya’qilun” ;

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Artinya: Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.(QS. Al-Hajj/ 22: 46)

Karena begitu pentingnya pemahaman terhadap agama, sehingga Allah SWT melalui firman-Nya di dalam Al Quran surat At-Taubah/ 9: 122, Allah berkenan memberikan prioritas kepada umat Islam yang sedang berjihad (berperang) untuk mengadakan golongan di antara mereka, beberapa orang yang tidak ikut berperang untuk memperdalam pengetahuan (pemahaman) mereka tentang agama sehingga kelompok tersebut diharapkan dapat memberi peringatan kepada kaumnya;

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan (pemahaman) mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(QS. At-Taubah/ 9: 122)

Al Quran merupakan petunjuk, keterangan dan pembeda (definisi secara spesifik) bagi manusia, sebagaimana tertuang di dalam Al Quran Surat Al-Baqarah (2): 185, berikut;

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(QS. Al-Baqarah (2): 185)

Berdasar beberapa ayat-ayat Al Quran yang telah dikemukakan di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa Allah SWT memberikan perhatian pada pentingnya pemahaman dalam beragama, sedangkan agama hanya dapat dipahami dengan qalbu, yang didasari petunjuk dan keterangan Allah SWT di dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Sebagai Bukti Cinta Kami Kepada Allah, Rasul-Nya Dan Sesama Umat Islam.

Hasil penelitian ini kami hadiahkan untuk seluruh umat muslim di manapun berada, agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam memahami dan mengamalkan Taqwa secara menyeluruh.

Hadiah dapat diunduh di tombol berikut, In Syaa Allah bermanfaat ...