29. Amal Ibadah Manusia Diterima Allah Atas Dasar Ketaqwaanya

Di dalam Al Quran Surat Al-Hajj/ 22: 37, dinyatakan bahwa amal yang diterima adalah amal yang dilakukan atas dasar ketaqwaan;

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Hajj/ 22: 37)

Di dalam Al Quran Surat Al-Ma'idah/ 5: 27 disebutkan bahwa Allah hanya menerima amal ibadah yang dilakukan orang-orang yang bertaqwa;

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa". (QS. Al-Ma'idah/ 5: 27)

Di dalam Kitab Hilyatul Aulia jilid 10 halaman 388 Atsar nomor 16658 disebutkan bahwa amal yang diterima adalah amal yang disertai ketaqwaan;

حَدَّثَنَاهُ إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ، ثنا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، ثنا يُوسُفُ بْنُ زِيَادٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ أَبِي الْمُتَيْدِ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ قَالَ: قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ: «كُونُوا لِقَبُولِ الْعَمَلِ أَشَدَّ اهْتِمَامًا بِالْعَمَلِ فَإِنَّهُ لَنْ يُقْبَلَ عَمَلٌ إِلَّا مَعَ التَّقْوَى وَكَيْفَ يَقِلُّ عَمَلٌ يُتَقَبَّلُ؟ كَانُوا بِاللَّهِ عَالِمِينَ وِلِعِبَادِهِ نَاصِحِينَ»

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ihrahim bin Ishaq menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq bin huzaimah, menceritakan kepada kami, Ali bin Hajar menceritakan kepada kami, Yusuf bin Ziyad, dari Yusuf bin Abu Al Mutayd, dari Ismail bin Abi Halid, dari Qais bin Abu Hazim, dia berkata: Ali berkata, "Jadilah orang yang lebih perhatian terhadap diterimanya amal daripada terhadap amal itu sendiri. sesungguhnya tidak akan diterima amal kecuali amal yang disertai dengan ketaqwaan, lalu, bagaimana mungkin amal yang diterima itu dianggap sedikit ? Mereka adalah orang-orang yang berilmu tentang Allah dan memberikan nasihat kepada hamba-hamba-Nya." (Abu Nuaim, Hilyatul Aulia: 16658)

Pembukaan taqwa (kesalehan) adalah niat yang baik, dan puncaknya adalah mendapatkan pertolongan

Di dalam kitab Hilyatul Aulia atsar nomor 6003 dinyatakan bahwa Pembukaan taqwa (kesalehan) adalah niat yang baik, dan puncaknya adalah mendapatkan pertolongan;

حَدَّثَنَا أَبِي، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبَانَ، ثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عُبَيْدٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ، ثنا عَيَّاشُ بْنُ عَاصِمٍ الْكَلْبِيُّ، حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ صَدَقَةَ الْكَيْسَانِيُّ، وَكَانَ يُقَالُ أَنَّهُ مِنَ الْأَبْدَالِ، قَالَ: قَالَ عَوْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ: «فَوَاتِحَ التَّقْوَى حُسْنُ النِّيَّةِ، وَخَوَاتِيمُهَا التَّوْفِيقُ، وَالْعَبْدُ فِيمَا بَيْنَ ذَلِكَ بَيْنَ هَلَكَاتٍ، وَشُبُهَاتٍ، وَنَفْسٍ تَحْطِبُ عَلَى شِلْوِهَا، وَعَدُوٍّ مَكِيدٍ غَيْرِ غَافِلٍ وَلَا عَاجِزٍ». ثُمَّ قَرَأَ: {إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا} [فاطر: 6]

Artinya: Diceritakan oleh Ayahku, menceritakan oleh Ahmad bin Aban, menceritakan oleh Abu Bakr bin 'Ubayd, menceritakan kepadaku Muhammad bin al-Husain, menceritakan oleh 'Ayyash bin 'Asim al-Kalbi, menceritakan kepadaku Sa'id bin Sadaqah al-Kaysani, yang dikatakan sebagai salah satu dari al-Abdal. Dia berkata, "Aun bin Abdullah berkata, 'Pembukaan taqwa (kesalehan) adalah niat yang baik, dan puncaknya adalah bimbingan; persetujuan. Di antara keduanya, seorang hamba berada di antara bencana, ujian, dan dirinya yang selalu menggoda untuk melakukan dosa. Musuhnya adalah tipu daya yang tidak lengah dan tidak lemah.'" Kemudian dia membaca ayat: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah dia sebagai musuh yang sebenarnya." (QS. Fushshilat: 6) (Abu Nu’aim, Hilyatul Auliya: 6003)

Di dalam kitab Mujam Thabarani Kabir hadits nomor 7432 dinyatakan bahwa Setiap orang beramal sesuai dengan niatnya;

حدثنا الحسين بن إسحاق ثنا إبراهيم بن المستمر العروقي ثنا حاتم بن عباد بن دينار الحرشي ثنا يحيى بن قيس الكندي ثنا أبو حازم عن سهل بن سعد الساعدي قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : نية المؤمن خير من عمله وعمل المنافق خيرمن نيته وكل يعمل على نيته فاذا عمل المؤمن عملا نار في قلبه نور

Artinya: "Telah menceritakan kepada kami al-Husain bin Ishaq, yang menceritakan kepada kami Ibrahim bin al-Mustamir al-'Uruqi, yang menceritakan kepada kami Hatim bin 'Abbad bin Dinar al-Harshi, yang menceritakan kepada kami Yahya bin Qais al-Kindi, yang menceritakan kepada kami Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd al-Sa'idi, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya, dan amal seorang munafik lebih baik daripada niatnya. Setiap orang beramal sesuai dengan niatnya. Maka jika seorang mukmin melakukan suatu amalan, dalam hatinya akan memancar cahaya.'" (Mujam Thabarani Kabir: 7432)

Di dalam kitab Al Jamiul Akhlak Rawi Wa Adab As Sami’ hadits nomor 685 dinyatakan bahwa Allah tidak menerima ucapan tanpa amal, dan tidak menerima ucapan dan amal kecuali dengan niat, dan tidak menerima ucapan dan amal dengan niat kecuali jika sesuai dengan Sunnah;

لِمَا أنا الْقَاضِي أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ الْحَرَشِيُّ، نا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ الْأَصَمُّ، نا أَبُو عُتْبَةَ أَحْمَدُ بْنُ الْفَرَجِ الْحِمْصِيُّ، نا بَقِيَّةُ، قَالَ: نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبَانَ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «لَا يَقْبَلُ اللَّهُ قَوْلًا إِلَّا بِعَمَلٍ، وَلَا يَقْبَلُ قَوْلًا وَعَمَلًا إِلَّا بِنِيَّةٍ، وَلَا يَقْبَلُ قَوْلًا وَعَمَلًا بِنِيَّةٍ إِلَّا بِإِصَابَةِ السُّنَّةِ» الجامع لأخلاق الراوي وآداب السامع ,(أبو بكر أحمد بن علي بن ثابت بن أحمد بن مهدي الخطيب البغدادي (ت ٤٦٣ هـ)

Artinya: Diriwayatkan oleh al-Qadhi Abu Bakr Ahmad bin al-Hasan al-Harshi, berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu al-‘Abbas Muhammad bin Ya’qub al-Asam, berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Utbah Ahmad bin al-Faraj al-Himsi, berkata: Telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Abdullah, dari Aban, dari Anas, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Allah tidak menerima ucapan tanpa amal, dan tidak menerima ucapan dan amal kecuali dengan niat, dan tidak menerima ucapan dan amal dengan niat kecuali jika sesuai dengan Sunnah." (Abu Bakar Ali, Al Jamiul Akhlak Rawi Wa Adab As Sami’: 685)

Sebagai Bukti Cinta Kami Kepada Allah, Rasul-Nya Dan Sesama Umat Islam.

Hasil penelitian ini kami hadiahkan untuk seluruh umat Islam agar dapat dijadikan sebagai referensi dalam memahami Taqwa secara menyeluruh.

Hadiah dapat diunduh di tombol berikut, In Syaa Allah bermanfaat ...