+ 6. TAQWA TINGKAT MAHABBAH
Mahabah berasal dari kata haba-yuhibbu-mahabbatan, artinya; menyukai, mencintai, jatuh cinta, senang akan, memuja, mengkhayalkan. Di dalam Al Quran terdapat kata yang terbentuk dari kata dasar hababa sebanyak 95 ditemukan di dalam 85 ayat.
Ayat-ayat tersebut ditambah dengan hadits-hadits Rasulullah yang berkaitan dengan mahabbah akan diklasifikasikan dan dianalisa untuk dapat memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang mahabbah, sehingga mahabbah dapat diamalkan menjadi sebuah bentuk ketaqwaan di tingkat mahabbah.
Di dalam Al Quran Surat Al-Baqarah/ 2: 165, ditegaskan bahwa orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah;
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(QS. Al-Baqarah/ 2: 165)
Sedangkan di dalam Al Quran surat At-Taubah/ 9: 24 terkandung pengertian bahwa Allah, Rasul-Nya dan juhad di jalan-Nya harus lebih dicintai daripada apa saja yang dimilikinya;
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Artinya: Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.(QS. At-Taubah/ 9: 24)
Berdasar dua ayat Al Quran tersebut di atas dapat diperoleh pengertian sementara bahwa mahabbah adalah kesadaran untuk memprioritaskan cinta kepada yang paling berhak dicintai, yaitu Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan-Nya.
Adapun untuk dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang mahabbah maka pada bab ini akan dikemukakan pembahasan tentang; hikmah mahabbah, keuntungan orang mahabbah, karakter orang mahabbah dan taqwa di tingkat mahabbah. tetapi di halamn ini hanya dikemukakan tentang taqwa tingkat mahabbah, sedangkan pembahasan lainnya dapat diunduh di bagian paling bawah halaman ini.
Di mulai dari tingkat ketaqwaan di tingkat ihsan ke atas, yang harus dipahami adalah ketetapan yang berlaku sebagaimana yang ditegaskan di dalam Al Quran surat Ar-Rahman/ 55: 60;
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
Artinya: Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).(QS. Ar-Rahman/ 55: 60)
Yakni kebaikan akan dibalas dengan kebaikan yang setingkat, mencintai akan di balas dicintai, menyayangi akan dibalas di sayangi, meridhai akan dibalas diridhai dan seterusnya. Hal ini juga senada dengan perintah Allah yang termuat di dalam Al Quran surat Al-Qashash/ 28: 77 untuk berbuat ihsan sebagaimana Allah telah berbuat ihsan kepada hambanya;
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ للَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash/ 28: 77)
Dari ayat di atas dapat dipahami sesungguhnya kebaikan mencintai, menyayangi, meridhai dan kebaikan lainnya telah diberikan oleh Allah, maka sudah sepatutnya manusia sebagai hambanya melakukan amal kebaikan yang didasari karena cinta, sayang dang ridha atas ketetapan Allah.
Dengan demikian maka ayat dan hadits berikut yang mengandung pengertian bahwa Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa, dapat dipahami bahwa Allah mencintai orang yang bertaqwa, yang ketaqwaanya hingga taqwa di tingkat mahabbah.
Di dalam Al Quran surat Ali-'Imran/ 3: 76 ditegaskan bahwa sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa;
بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Artinya: (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali-'Imran/ 3: 76 )
Di dalam kitab Mujam Thabarani Kabir hadits nomor 4237 dinyatakan bahwa yang paling aku cintai adalah yang paling bertaqwa
حدثنا هاشم ثنا محمد حدثني أبي حدثني ضمضم عن شريح : عن أبي مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إن الله عز و جل لا ينظر إلى أجسامكم ولا إلى أحسابكم ولا إلى أموالكم ولكن ينظر إلى قلوبكم فمن كان له قلب صالح تحنن الله عليه وإنما أنتم بنو آدم وأحبكم إلي أتقاكم
Artinya: Telah menceriterakan kepada kami Hasyim Telah menceriterakan kepada kami Muhammad Telah menceriterakan kepada kami Ayahku Telah menceriterakan kepadaku Dhamim dari Syarih: dari Abi Malik berkata; bersabda Rasulullah SAW: “ Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak melihat kepada tubuh-tubuh kalian, dan tidak kepada keturunan-keturunan kalian, dan tidak kepada harta-harta kalian, akan tetapi melihat kepada qalbu-qalbu kalian, maka barang siapa memiliki qalbu yang shalih maka Allah lembut kepadanya, dan sesungguhnya kamu sekalian anak-cucu Adam yang paling Aku cintai adalah yang paling bertaqwa.” (HR. Thabarani: 4237)
Adapun gambaran dari wujud ketaqwaan di tingkat mahabbah berdasar pemahaman yang diperoleh dari ayat-ayat Al Quran dan Hadits adalah sebagai berikut:
1. Mencintai Allah, Mencintai Manusia, Mengingat Allah
Di dalam kitab Sunan Baihaqi Kabir hadits nomor 2213 dinyatakan bahwa Sesungguhnya Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang mencitai Allah, dan dicintakan Allah kepada manusia;
وَقَدْ أَخْبَرَنَاهُ أَبُو زَكَرِيَّا بْنُ أَبِى إِسْحَاقَ أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ : مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا مِسْعَرٌ عَنْ إِبْرَاهِيمَ السَّكْسَكِىِّ حَدَّثَنِى أَصْحَابُنَا عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ أَنَّهُ قَالَ : إِنَّ أَحَبَّ عِبَادِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ الَّذِينَ يُحِبُّونَ اللَّهَ ، وَيُحَبِّبُونَ اللَّهَ إِلَى النَّاسِ ، وَالَّذِينَ يُرَاعُونَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ وَالأَظِلَّةَ لِذِكْرِ اللَّهِ. وَرُوِىَ مَوْقُوفًا عَلَى أَبِى هُرَيْرَةَ فِى مَعْنَاهُ.
Artinya: dan telah mengabarkan kepada kami Abu Zakariya ibnu Abi Ishaq, telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah; Muhammad ibnu Ya’qub, telah mengabarkan kepada kami Muhammad ibnu Abdi Al Wahab, telah mengabarkan kepada kami ibnu ‘Aun, telah mengabarkan kepada kami Mis’ar, dari Ibrahim As Saksaki, telah mengabarkan kepada kami Sahabat kami dari Abi Darda’ bahwa dia berkata: Sesungguhnya Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang mencitai Allah, dan dicintakan Allah kepada manusia, dan orang-orang yang mengembala Matahari, bulan, bintang dan bayangan untuk mengingat Allah, dan diriwayatkan secara mauquf atas Abu Hurairah dalam maknanya. (HR. Baihaqi : 2213)
2. Baik, Bertaqwa Dan Menyamarkan Diri
Di dalam kitab Mustadrak Hakim hadits nomor 4 dinyatakan Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang baik yang bertakwa, yang suka menyamarkan diri;
حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ عَيَّاشِ بْنِ عَبَّاسٍ الْقِتْبَانِيُّ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ عُمَرَ، خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ يَوْمًا فَوَجَدَ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ عِنْدَ قَبْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْكِي، فَقَالَ: مَا يُبْكِيكَ يَا مُعَاذُ؟ قَالَ: يُبْكِينِي حَدِيثٌ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «الْيَسِيرُ مِنَ الرِّيَاءِ شِرْكٌ، وَمَنْ عَادَى أَوْلِيَاءَ اللَّهِ فَقَدْ بَارَزَ اللَّهَ بِالْمُحَارَبَةِ، إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْأَبْرَارَ الْأَتْقِيَاءَ الْأَخْفِيَاءَ، الَّذِينَ إِنْ غَابُوا لَمْ يُفْتَقَدُوا، وَإِنْ حَضَرُوا لَمْ يُعْرَفُوا، قُلُوبُهُمْ مَصَابِيحُ الْهُدَى، يَخْرُجُونَ مِنْ كُلِّ غَبْرَاءَ مُظْلِمَةٍ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ وَلَمْ يُخَرَّجْ فِي الصَّحِيحَيْنِ، وَقَدِ احْتَجَّا جَمِيعًا بِزَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ الصَّحَابَةِ، وَاتَّفَقَا جَمِيعًا عَلَى الِاحْتِجَاجِ بِحَدِيثِ اللَّيْثِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَيَّاشِ بْنِ عَبَّاسٍ الْقِتْبَانِيِّ وَهَذَا إِسْنَادٌ مِصْرِيٌّ صَحِيحٌ وَلَا يَحْفَظُ لَهُ عِلَّةٌ»
Artinya: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Ar-Rabi' bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Abdullah bin Wahb menceritakan kepada kami, Al-Laits bin Sa'ad mengabarkan kepadaku dari Ayyasy bin Abbas Al Qitbani, dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, bahwa pada suatu hari Umar keluar menuju masjid, lalu dia mendapati Mu'adz bin Jabal menangis di sisi makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Umar pun bertanya, "Apa yang membuatmu menangis, wahai Mu'adz?" Mu'adz menjawab, "Aku menangis karena suatu hadis yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, 'Riya yang sedikit adalah syirik. Barangsiapa memusuhi wali-wali Allah, maka dia telah menyatakan perang terhadap Allah secara terang-terangan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang baik yang bertakwa, yang suka menyamarkan diri (yang menyepi dari masyarakat dan tidak diketahui tempatnya). Jika mereka tidak ada maka mereka tidak dicari, dan jika mereka ada maka mereka tidak dikenal. Hati mereka adalah lentera petunjuk, mereka keluar dari setiap masalah yang sulit'." Hadis ini shahih dan tidak dinukil dalam Ash-Shahihain. Al Bukhari dan Muslim sama-sama menjadikan Yazid bin Aslam dari ayahnya, dari para sahabat sebagai hujjah. Selain itu, keduanya juga sama-sama sepakat menjadikan hadis Al-Laits bin Sa'ad dari Ayyasy bin Abbas Al Qutbani sebagai hujjah. Ini merupakan sanad yang shahih dan tidak diketahui memiliki cacat.
3. Qalbu Yang Shalih
Di dalam kitab Hilyatul Aulia hadits nomor 8443 digambarkan tentang wadah yang dicintai Allah adalah qalbunya orang-orang shalih;
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ مَالِكٍ , ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ , ثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ , ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ , ثَنَا ثَوْرٌ , عَنْ خَالِدٍ , عَنْ أَبِي أُمَامَةَ , قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ لِلَّهِ فِي الْأَرْضِ آنِيَةٌ وَأَحَبُّ آنِيَةِ اللهِ إِلَيْهِ مَا رَقَّ مِنْهَا وَصَفَا، وَآنِيَةُ اللهِ فِي الْأَرْضِ قُلُوبُ الْعِبَادِ الصَّالِحِينَ» غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ ثَوْرٍ لَمْ نَكْتُبْهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Malik, telah mengabarkan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad, telah mengabarkan kepada kami Harun ibnu Harun, telah mengabarkan kepada kami Muhammad ibnu Al Qasim, telah mengabarkan kepada kami Tsaur, dari Khalid, dari Abi umamah, berkata: Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Allah memiliki wadah-wadah di bumi dan wadah yang paling dicintai Allah apa yang menjadikannya bagus dan teratur, dan wadah Allah di bumi adalah qalbu Hamba-hambanya yang shalih Hadits Gharib dari Tsaur kami tidak menulisnya kecuali dari hadits Muhammad ibnu Qasim. (HR. Abu Nuaim; Hilyatul Auliya: 8443)
4. Saling Mencintai Dengan Ruh Allah
Di dalam kitab Sunan Abu Daud hadits nomor 3060 digambarkan bahwa wali; kekasih Allah adalah kaum yang saling mencintai dengan ruh Allah;
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ " أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ "
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Utsman bin Abu Syaibah mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Jarir dari 'Umarah bin Al Qa'qa' dari Abu Zur'ah bin 'Amru bin Jarir bahwa Umar bin Al Khathab berkata, "Nabi ﷺ bersabda: "Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat beberapa manusia yang bukan para nabi dan orang-orang yang mati syahid. Para nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta'ala." Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, apakah anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka? Beliau bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih." Dan beliau membaca ayat ini: "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."(HR. Abu Daud: 3060)
5. Saling Mencintai Sesama Manusia Karena Nur Allah
Di dalam kitab Shahih Ibnu Hibban hadits nomor 573, dijelaskan bahwa wali; Kekasih Allah adalah Mereka satu kaum yang saling mencintai karena nur Allah;
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ صَالِحٍ الأَزْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللهِ عِبَادًا لَيْسُوا بِأَنْبِيَاءَ، يَغْبِطُهُمُ الأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ، قِيلَ: مَنْ هُمْ لَعَلَّنَا نُحِبُّهُمْ؟ قَالَ: هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِنُورِ اللهِ مِنْ غَيْرِ أَرْحَامٍ وَلاَ انْتِسَابٍ، وُجُوهُهُمْ نُورٌ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، لاَ يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ، وَلاَ يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ، ثُمَّ قَرَأَ: {أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ}.
Artinya: mengabarkan kepada kami Ahmad bin Ah bin Al Mutsanna mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abdurrahman bin Shalih Al Azdi menceritakan kepada kami, ia berkata, Ibnu Fudhail menceritakan kepada kami, dari Umarah bin Al Qa’qa’ dari Abu Zur’ah, dari Abu Hmrairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, “Sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang mereka itu bukan para nabi, namun para nabi dan para syuhada iri terhadap mereka”. Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah mereka?, semoga kami mencintai mereka,” beliau menjawab, “Mereka adalah satu kaum yang saling mencintai karena nur Allah, bukan karena hubungan keturunan juga bukan karena nasab, wajah- wajah mereka merupakan cahaya di atas mimbar-mimbar cahaya, mereka tidak merasa takut ketika manusia merasa takut, dan mereka tidak merasa sedih ketika manusia merasa sedih." kemudian beliau membaca firman Allah SWT, “Ketahuilah, sesungguhnya kekasih Allah itu tidak ada ketakutan pada mereka, juga tidak bersedih hati: (Qs. Yuunus [10]: 62)(HR. Ibnu Hibban: 573)
6. Saling Mencintai Karena Allah
Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 21832 digambarkan bahwa wali; kekasih Allah adalah mereka yang saling mencintai karena Allah SWT;
حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ بَهْرَامَ الْفَزَارِيُّ عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ غَنْمٍ أَنَّ أَبَا مَالِكٍ الْأَشْعَرِيَّ جَمَعَ قَوْمَهُ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الْأَشْعَرِيِّينَ اجْتَمِعُوا وَاجْمَعُوا نِسَاءَكُمْ وَأَبْنَاءَكُمْ أُعَلِّمْكُمْ صَلَاةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى لَنَا بِالْمَدِينَةِ فَاجْتَمَعُوا وَجَمَعُوا نِسَاءَهُمْ وَأَبْنَاءَهُمْ فَتَوَضَّأَ وَأَرَاهُمْ كَيْفَ يَتَوَضَّأُ فَأَحْصَى الْوُضُوءَ إِلَى أَمَاكِنِهِ حَتَّى لَمَّا أَنْ فَاءَ الْفَيْءُ وَانْكَسَرَ الظِّلُّ قَامَ فَأَذَّنَ فَصَفَّ الرِّجَالَ فِي أَدْنَى الصَّفِّ وَصَفَّ الْوِلْدَانَ خَلْفَهُمْ وَصَفَّ النِّسَاءَ خَلْفَ الْوِلْدَانِ ثُمَّ أَقَامَ الصَّلَاةَ فَتَقَدَّمَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَكَبَّرَ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ يُسِرُّهُمَا ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ فَقَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَاسْتَوَى قَائِمًا ثُمَّ كَبَّرَ وَخَرَّ سَاجِدًا ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ رَأْسَهُ ثُمَّ كَبَّرَ فَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَانْتَهَضَ قَائِمًا فَكَانَ تَكْبِيرُهُ فِي أَوَّلِ رَكْعَةٍ سِتَّ تَكْبِيرَاتٍ وَكَبَّرَ حِينَ قَامَ إِلَى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ أَقْبَلَ إِلَى قَوْمِهِ بِوَجْهِهِ فَقَالَ احْفَظُوا تَكْبِيرِي وَتَعَلَّمُوا رُكُوعِي وَسُجُودِي فَإِنَّهَا صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّتِي كَانَ يُصَلِّي لَنَا كَذَا السَّاعَةِ مِنْ النَّهَارِ ثُمَّ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ أَقْبَلَ إِلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اسْمَعُوا وَاعْقِلُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عِبَادًا لَيْسُوا بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ عَلَى مَجَالِسِهِمْ وَقُرْبِهِمْ مِنْ اللَّهِ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ الْأَعْرَابِ مِنْ قَاصِيَةِ النَّاسِ وَأَلْوَى بِيَدِهِ إِلَى نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ نَاسٌ مِنْ النَّاسِ لَيْسُوا بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ عَلَى مَجَالِسِهِمْ وَقُرْبِهِمْ مِنْ اللَّهِ انْعَتْهُمْ لَنَا يَعْنِي صِفْهُمْ لَنَا فَسُرَّ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِسُؤَالِ الْأَعْرَابِيِّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُمْ نَاسٌ مِنْ أَفْنَاءِ النَّاسِ وَنَوَازِعِ الْقَبَائِلِ لَمْ تَصِلْ بَيْنَهُمْ أَرْحَامٌ مُتَقَارِبَةٌ تَحَابُّوا فِي اللَّهِ وَتَصَافَوْا يَضَعُ اللَّهُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ فَيُجْلِسُهُمْ عَلَيْهَا فَيَجْعَلُ وُجُوهَهُمْ نُورًا وَثِيَابَهُمْ نُورًا يَفْزَعُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَفْزَعُونَ وَهُمْ أَوْلِيَاءُ اللَّهِ الَّذِينَ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu An Nadhr telah menceritakan kepada kami 'Abdul Hamid bin Bahram Al Fazari dari Syahr bin Hausyab telah menceritakan kepada kami 'Abdur Rahman bin Ghanm bahwa Abu Malik Al Asy'ari mengumpulkan kaumnya lalu berkata: Hai sekalian kaum Asy'ari! Berkumpullah, kumpulkan istri-istri dan anak-anak kalian, aku akan mengajarkan kepada kalian shalatnya Nabi Shallallahu'alaihiwasallam yang beliau lakukan di Madinah. Mereka pun berkumpul, mengumpulkan istri-istri dan anak-anak mereka, Abu Malik Al Asy'ari berwudhu dan memperlihatkan kepada mereka bagaimana caranya berwudhu, ia menyempurnakan wudhu hingga ke tempat-tempatnya hingga usai, ia pun berdiri lalu mengumandangkan adzan, kaum lelaki pun berbaris dalam shaf yang dekat, anak-anak berbaris dibelakang mereka dan kaum wanita berbaris dibelakang anak-anak. Shalat pun diiqamati. Ia maju kemudian mengangkat kedua tangan seraya bertakbir, ia membaca faatihatul kitaab dan surat yang dibaca pelan, selanjutnya ia bertakbir ruku' dan membaca: Subhaanallaah wa bihamdihi sebanyak tiga kali, setelah itu mengucapkan: Sami'allaahu liman hamidah dan berdiri lurus, setelah itu ia bertakbir dan turun sujud, selanjutnya bertakbir dan mengangkat kepala, setelah itu bertakbir lalu sujud, lalu bertakbir dan berdiri, ia bertakbir sebanyak enam kali dalam rakaat pertama, ia bertakbir saat berdiri untuk rakaat kedua. Seusai shalat ia menghadap ke kaumnya lalu berkata: Hafalkan takbirku, pelajarilah ruku'ku dan sujudku karena itulah shalat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam yang beliau kerjakan untuk kami seperti itu saat di siang hari. Selanjutnya saat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam usai shalat, beliau menghadap ke arah jamaah dengan wajah beliau lalu bersabda: "Wahai sekalian manusia! Dengar, fahami dan ketahuilah bahwa Allah AzzaWaJalla memiliki hamba-hamba, mereka bukan nabi atau pun syuhada` tapi para nabi dan syuhada` iri pada mereka karena tempat dan kedekatan mereka dengan Allah pada hari kiamat." Kemudian salah seorang badui datang, ia berasal dari pedalaman jauh dan menyendiri, ia menunjuk tangannya ke arah Nabi Shallallahu'alaihiwasallam lalu berkata: Hai Nabi Allah! Sekelompok orang yang bukan Nabi ataupun syuhada` tapi para nabi dan syuhada` iri kepada mereka karena kedudukan dan kedekatan mereka dengan Allah, sebutkan ciri-ciri mereka untuk kami. Wajah Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bergembira karena pertanyaan orang badui itu lalu Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang berasal dari berbagai penjuru dan orang-orang asing, diantara meraka tidak dihubungkan oleh kekerabatan yang dekat, mereka saling mencintai karena Allah dan saling tulus ikhlas, Allah menempatkan untuk mereka mimbar-mimbar dari cahaya pada hari kiamat, Allah mendudukan mereka diatasnya, Allah menjadikan wajah-wajah mereka cahaya, pakaian-pakaian mereka cahaya, orang-orang ketakutan pada hari kiamat sementara mereka tidak ketakuan, mereka adalah para wali-wali Allah yang tidak takut dan tidak bersedih hati." (HR. Ahmad: 21832)
Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 21052 digambarkan bahwa 'Wajiblah cintaKu untuk orang-orang yang saling mencintai karena Aku
حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ بُرْقَانَ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي مَرْزُوقٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ عَنْ أَبِي مُسْلِمٍ الْخَوْلَانِيِّ قَالَ أَتَيْتُ مَسْجِدَ أَهْلِ دِمَشْقَ فَإِذَا حَلْقَةٌ فِيهَا كُهُولٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِذَا شَابٌّ فِيهِمْ أَكْحَلُ الْعَيْنِ بَرَّاقُ الثَّنَايَا كُلَّمَا اخْتَلَفُوا فِي شَيْءٍ رَدُّوهُ إِلَى الْفَتَى فَتًى شَابٌّ قَالَ قُلْتُ لِجَلِيسٍ لِي مَنْ هَذَا قَالَ هَذَا مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ قَالَ فَجِئْتُ مِنْ الْعَشِيِّ فَلَمْ يَحْضُرُوا قَالَ فَغَدَوْتُ مِنْ الْغَدِ قَالَ فَلَمْ يَجِيئُوا فَرُحْتُ فَإِذَا أَنَا بِالشَّابِّ يُصَلِّي إِلَى سَارِيَةٍ فَرَكَعْتُ ثُمَّ تَحَوَّلْتُ إِلَيْهِ قَالَ فَسَلَّمَ فَدَنَوْتُ مِنْهُ فَقُلْتُ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فِي اللَّهِ قَالَ فَمَدَّنِي إِلَيْهِ قَالَ كَيْفَ قُلْتَ قُلْتُ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فِي اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي عَنْ رَبِّهِ يَقُولُ الْمُتَحَابُّونَ فِي اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ قَالَ فَخَرَجْتُ حَتَّى لَقِيتُ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ فَذَكَرْتُ لَهُ حَدِيثَ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَالْمُتَحَابُّونَ فِي اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ, حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي الْعَبَّاسِ حَدَّثَنَا أَبُو الْمَلِيحِ حَدَّثَنَا حَبِيبُ بْنُ أَبِي مَرْزُوقٍ عَنْ عَطَاءٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُسْلِمٍ قَالَ دَخَلْتُ مَسْجِدَ حِمْصَ فَإِذَا حَلْقَةٌ فِيهَا اثْنَانِ وَثَلَاثُونَ رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِيهِمْ فَتًى شَابٌّ أَكْحَلُ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ
Artinya: Telah bercerita kepada kami 'Abdullah telah bercerita kepadaku ayahku. Telah bercerita kepada kami Waki' telah bercerita kepada kami Ja'far bin Burqon dari Habib bin Abu Marzuq dari 'Atho` bin Abu Rabah dari Abu Muslim Al Khoulani berkata; Saya datang ke masjid rakyat Damaskus, disana ada suatu majlis yang dihadiri oleh beberapa sahabat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam yang sudah tua, ditengah-tengah mereka ada pemuda, berusia muda, elok rupanya, hitam matanya, putih giginya. Bila mereka berbeda pendapat tentang suatu hal, ia mengatakan kata-kata pamungkas. Saya bertanya kepada teman, siapakah dia, ia menjawab bahwa orang itu adalah Mu'adz bin Jabal. Keesokan harinya mereka tidak datang kemudian saya pun pergi, ternyata disana ada seorang pemuda yang tengah shalat menghadap tiang masjid. Aku pun shalat kemudian mendekati pemuda itu. Saya mengucapkan salam kemudian mendekat, saya berkata; Sesungguhnya aku mencintaimu karena keagungan Allah. Ia menarikku dan berkata; Apa yang kau katakan? Saya berkata; Sesengguhnya aku mencintaimu karena keagungan Allah. Ia berkata; Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda dari RabbNya; "Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai karena Allah berada diatas mimbar-mimbar dari cahaya dibawah naungan Allah pada saat tidak ada naungan selain naungan-Nya. Kemudian saya menemui 'Ubadah bin Shamit kemudian saya sampaikan hadits Mu'adz bin Jabal itu padanya, ia berkata; Saya mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda dari RabbNya AzzaWaJalla berfirman; 'Wajiblah cintaKu untuk orang-orang yang saling mencintai karena Aku, wajiblah cintaKu untuk orang-orang yang saling berkorban karena Aku, wajiblah cintaKu untuk orang-orang yang saling berkunjung karena Aku dan orang-orang yang saling mencintai karena Allah berada diatas mimbar-mimbar dari cahaya dibawah naungan 'arsy pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya." Telah bercerita kepada kami 'Abdullah telah bercerita kepadaku ayahku. Telah bercerita kepada kami Ibrahim bin Abu Al 'Abbas telah bercerita kepada kami Abu Al Malih telah bercerita kepada kami Habib bin Abu Marzuq dari 'Atho` telah bercerita kepada kami Abu Muslim berkata; Saya memasuki masjid Himash, disana ada pertemuan, disana ada tigapuluh dua sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam diantara mereka ada seorang pemuda bercelak mata. Kemudian ia menyebutkan hadits.
7. Cinta Kepada Allah
Tanda-Tanda orang yang mencintai Allah adalah:
a. Banyak Mengingat Allah
Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 546 dinyatakan bahwa tanda-tanda mencinta Allah adalah suka mengingat Allah;
أَخْبَرَنَاهُ عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدَانَ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ الصَّفَّارُ، حدثنا أَبُو بَكْرٍ عُمَرُ بْنُ الْمُعَلَّى النَّرْسِيُّ، حدثنا الْمُعَلَّى بْنُ مَهْدِيٍّ، حدثنا يُوسُفُ بْنُ مَيْمُونٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " عَلَامَةُ حُبِّ اللهِ حُبُّ ذِكْرِ اللهِ، وَعَلَامَةُ بُغْضِ اللهِ بُغْضُ ذِكْرِ اللهِ " قَالَ الْبَيْهَقِيُّ رَحِمَهُ اللهُ: وَرُوِيَ عَنْ وَجْهٍ آخَرَ، عَنْ زِيَادِ بْنِ مَيْمُونٍ " وَزِيَادٌ مُنْكَرُ الْحَدِيثِ، وَرُوِيَ عنْ وَجْهٍ آخَرَ ضَعِيفٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، وَاللهُ أَعْلَمُ، وَرُوِّينَا بِمِثْلِهَا عَنِ السَّلَفِ الصَّالِحِينَ "
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Ali ibnu Muhammad ibnu Abdan, telah mengabarkan kepada kami Ahmad ibnu Ubaid As shafar, telah mengabarkan kepada kami Abu Bakri Umar ibnu Al Muali An Narsi, telah menceritakan kepada kami Al Mu’ali ibnu mahdi, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Maimun, dari Anas ibnu Malik berkata: aku mendengar Nabi Muhammad SAW beersabda: tanda-tanda mencinta Allah adalah suka mengingat Allah, dan tanda-tanda membenci Allah adalah benci mengingat Allah, Baihaqi RA berkata: dan diriwayatkan dari arah yang lain, dari ziad ibnu maimun, dan Ziyad haditnya diingkari, dan diriwayatkan dari arah lain dinilai lemah dari Anas ibnu Malik, dan Allah yang lebih mengetahui dan diriwayatkan seperti itu dari dari orang-orang dahulu yang shalih. (HR. Iman Baihaqi: 546)
b. Mentaati Allah
Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi Atsar nomor 555 digambarkan bahwa tanda cinta kepada Allah adalah mentaati Allah
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيُّ أَخْبَرَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ سَعِيدٍ الرَّازِيُّ، حدثنا أَبُو الْفَضْلِ الْعَبَّاسُ بْنُ حَمْزَةَ حدثنا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي الْحَوَارِيِّ قَالَ: " عَلَامَةُ حُبِّ اللهِ حُبُّ طَاعَةِ اللهِ - وَقِيلَ حُبُّ ذِكْرِ اللهِ - فَإِذَا أَحَبَّ اللهُ الْعَبْدَ أَحَبَّهُ، وَلَا يَسْتَطِيعُ الْعَبْدُ أَنْ يُحِبَّ اللهَ حَتَّى يَكُونَ الِابْتِدَاءُ مِنَ اللهِ بِالْحُبِّ لَهُ، وَذَلِكَ حِينَ عَرَفَ مِنْهُ الِاجْتِهَادَ فِي مَرْضَاتِهِ "
Artinya: telah menceriterakan kepada kami Abu Abdi Rahman As Sulamiy, telah menceriterakan kepada kami Abu Ja’far Muhammad ibnu Ahmad ibnu Sa’id Ar Razi, telah menceriterakan kepada kami Abu Al fadhl Al ‘Abbas ibnu Hamzah, telah menceriterakan kepada kami Ahmad ibnu Abi Al Hawari berkata: Tanda-tanda cinta kepada Allah adalah cinta untuk taat kepada Allah, dan dikatakan cinta mengingat Allah, adapun jika Allah mencintai hamba maka dia akan mencintainya, dan tidak dapat seorang hamba mencintai Allah hingga Allah memulai mencintainya, dan yang demikian itu ketika diketahui kesungguhannya untuk mengharap ridhanya.(HR. Iman Baihaqi: 555)
c. Sibuk Beribadah Kepada Allah
Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi atsar nomor 553 dan 557 digambarkan bahwa tanda mencintai Allah adalah sibuk beribadah kepadanya, shalat, berdzikir dengan lisannya dan memujinya, mengingat dengan qalbu dan fikiran,
حَدَّثَنَا أَبُو سَعْدٍ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي عُثْمَانَ الزَّاهِدُ رَحِمَهُ اللهُ، حدثنا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ الْفَقِيهُ، حدثنا أَبِي قَالَ: سَمِعْتُ الْمَعْرُوفَ بِعُمَيٍّ الْبِسْطَامِيِّ يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ: سُئِلَ أَبُو يَزِيدَ عَنْ عَلَامَةِ مَنْ يُحِبُّ اللهَ، وَعَلَامَةِ مَنْ يُحِبُّهُ اللهُ قَالَ: " مَنْ يُحِبُّ اللهَ فَهُوَ مَشْغُولٌ بِعِبَادَتِهِ سَاجِدًا وَرَاكِعًا، فَإِنْ عَجَزَ عَنْ ذَلِكَ اسْتَرْوَحَ إِلَى ذِكْرِ اللِّسَانِ وَالثَّنَاءِ، وَإِنْ عَجَزَ اسْتَرْوَحَ إِلَى ذِكْرِ الْقَلْبِ وَالتَّفْكِيرِ، فَأَمَّا مَنْ يُحِبُّهُ اللهُ أَعْطَاهُ سَخَاوَةً كَسَخَاوَةِ السَّحَابِ، وَشَفَقَةً كشفقةِ الشَّمْسِ، وَتَواضُعًا كَتَوَاضُعِ الْأَرْضِ "
Artinya: Telah menceriterakan kepada kami Said abdul Malik ibnu Abi ‘Utsman Az Zahid rahimahullah, telah menceriterakan kepada kami Ali ibnu hasan Al Faqih, telah menceriterakan kepada kami Bapakku berkata: Aku mendengar Al Ma’ruf di ‘Umay Al Bisthami, belia berkata: aku mendengar Bapakku berkata: ditanya Abu Yazid tentang tanda-tanda orang yang mencintai Allah, dan tanda-tanda orang yang mencintai Allah berkata: Orang yang mencintai Allah maka dia sibuk dengan ibadah kepadanya sujud dan ruku’, apabila sudah capek dari hal tersebut berganti dengan berdzikir dengan lisan dan memujinya, dan jika telah lelah berganti dengan berdzikir dengan qalbu dan berfikir, adapun orang yang dicintai Allah akan diberikan kedermawanan sebagaimana kedermawanannya awan, dan diberikan kemurahan hati sebagaiman kemurahan hati matahari, dan diberikan kerendahan hati seperti kerendahan hatinya bumi” (Atsar Baihaqi: 553)
d. Meninggalkan Segala Kesibukan Yang Bukan Untuk Allah
Di dalam kitab Syuabul Imam Baihaqi atsar nomor 557 disebutkan bahwa tanda cinta adalah meninggalkan segala kesibukan yang bukan untuk Allah
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ الْحَسَنِ الْحَدَّادَ يَقُولُ: سَمِعْتُ الْحَسَنَ بْنَ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ يَقُولُ: سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ عُثْمَانَ يَقُولُ: سَمِعْتُ ذَا النُّونِ يَقُولُ: " مِنْ عَلَامَةِ الْحَبِّ تَرْكُ كُلِّ مَا شَغَلَهُ عَنِ اللهِ حَتَّى يَكُونَ الشُّغْلُ كُلُّهُ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ "
Artinya: Dikabarkan kepada kami Abu Abdi Ar Rahman berkata: aku mendengar Abd Ar Rahman ibnu Al Hasan Al Hadad berkata: Aku mendengar Al Hasan ibnu Muhammad ibnu ishaq berkata: aku mendengar sa’id ibnu ‘Usman berkata: aku mendengan Dzan Nun berkata: “di antara tanda tanda cinta adalah meninggalkan segala kesibukan yang bukan untuk Allah, sehingga seluruh kesibukannya hanya dengan Allah Azza wa jalla saja.”(Atsar Baihaqi: 557)
e. Bersungguh-Sungguh Menjaga Kemurnian Cinta
Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi 9237 disebutkan bahwa tanda cinta adalah bersungguh-sungguh menjaga kemurnian cinta, melemahkan kemauan untuk kemauan saudara dan kedermawanan jiwa, bersatu dalam kecintaan, dan yang tidak disukainya untuk menjaga ikatan yang benar;
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا مَنْصُورٍ الْعَتَكِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا عُثْمَانَ سَعِيدَ بْنَ إِسْمَاعِيلَ الْوَاعِظَ، يَقُولُ: " ثَلَاثَةُ أَشْيَاءٍ مِنْ عَلَامَةِ الْحُبِّ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: بَذْلُ الشَّيْءِ لِصَفَاءِ الْمَوَدَّةِ، وَتَعْطِيلُ الْإِرَادَةِ لِإِرَادَةِ الْأَخِ لِلسَّخَاءِ بِالنَّفْسِ، وَالْمُشَارَكةُ لَهُ فِي مَحْبُوبِهِ، وَمَكْرُوهِهِ لِصِحَّةِ الْعَقْدِ ". وَقَدْ رُوِّينَا هَذَا الْكَلَامَ عَنْ ذِي النُّونِ
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah Al Hafidz, berkata: saya telah mendengar Aba Mansur Al ‘Ataki berkata: aku mendengar Abu usman Sa’id ibnu Isma’il Al wa’idh berkata: ada tiga macam dari tanda-tanda cinta kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu: bersungguh-sungguh dalam menjaga kemurnnian cinta, mengurangi kemauan pada kemauan lain agar dapat menumpahkan kepada jiwa, dan bersatu dalam hal yang dicintainya, dan yang dibencinya untuk menjaga kemurnian janji, perkataan ini telah diriwayatkan dari Dzi Nun.(HR. Iman Baihaqi: 9237)
f. Tidak Melanggar Larangan Yang Diharamkan Allah
Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 4822 digambarkan bahwa Sesungguhnya Allah itu cemburu. Dan kecemburuan Allah datang, bilamana seorang mukmin melakukan hal yang diharamkan Allah;
وَعَنْ يَحْيَى أَنَّ أَبَا سَلَمَةَ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ
Artinya: Dan dari Yahya bahwa Abu Salamah Telah meceritakan kepadanya bahwa Abu Hurairah Telah menceritakan kepadanya, bahwa ia mendengar Nabi ﷺ bersabda. -Dalam riwayat lain- Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim Telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya dari Abu Salamah bahwa ia mendengar Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah itu cemburu. Dan kecemburuan Allah datang, bilamana seorang mukmin melakukan hal yang diharamkan Allah."(HR. Bukhari: 4822)
8. Saling Mencintai Dan Melakukan Kebaikan Karena Allah
a. Saling Merapatkan Barisan Karena Aku, Saling Mengunjungi Karena Aku, Saling Berkorban (Untuk Membantu Yang Lain) Karena Aku, Saling Menolong Karena Aku
Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 18621 ditegaskan bahwa 'Sungguh telah berhak mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku, dan sungguh telah berhak mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling merapatkan barisan karena Aku, … ;
حَدَّثَنَا هَاشِمٌ حَدَّثَنِي عَبْدُ الْحَمِيدِ حَدَّثَنِي شَهْرٌ حَدَّثَنِي أَبُو ظَبْيَةَ قَالَ إِنَّ شُرَحْبِيلَ بْنَ السِّمْطِ دَعَا عَمْرَو بْنَ عَبَسَةَ السُّلَمِيَّ فَقَالَ يَا ابْنَ عَبَسَةَ هَلْ أَنْتَ مُحَدِّثِي حَدِيثًا سَمِعْتَهُ أَنْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ فِيهِ تَزَيُّدٌ وَلَا كَذِبٌ وَلَا تُحَدِّثْنِيهِ عَنْ آخَرَ سَمِعَهُ مِنْهُ غَيْرِكَ قَالَ نَعَمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ قَدْ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلَّذِينَ يَتَحَابُّونَ مِنْ أَجْلِي وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلَّذِينَ يَتَصَافُّونَ مِنْ أَجْلِي وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلَّذِينَ يَتَزَاوَرُونَ مِنْ أَجْلِي وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلَّذِينَ يَتَبَاذَلُونَ مِنْ أَجْلِي وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلَّذِينَ يَتَنَاصَرُونَ مِنْ أَجْلِي
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hasyim telah menceritakan kepadaku Abdul Hamid telah menceritakan kepadaku Syahr telah menceritakan kepadaku Abu Dzabyah ia berkata; Bahwasanya Syurahbil bin As Simth memanggil Amru bin Abasah As Sulami dan bertanya, "Wahai Ibnu Abasah, apakah Anda mau menceritakan kepadaku suatu hadits yang telah Anda dengar dari Rasulullah ﷺ tanpa ada tambahan ataupun kedustaan? Dan janganlah Anda ceritakan kepadaku suatu hadits dari sahabat lain yang ia mendengarnya dari beliau selain Anda. Amru bin Abasah berkata; Baiklah, aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Allah Ta'ala telah berfirman: 'Sungguh telah berhak mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku, dan sungguh telah berhak mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling merapatkan barisan karena Aku, dan sungguh telah berhak mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku, dan sungguh telah berhak mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling berkorban (untuk membantu yang lain) karena Aku, dan sungguh telah berhak mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling menolong karena Aku.'"(HR. Ahmad: 18621)
b. Yang Bermajlis Karena-Ku, Dan Saling Mengunjungi Karena-Ku. Yang Saling Berusaha Karena-Ku
Di dalam kitab Muwatho Malik hadits nomor 1503 ditegaskan bahwa 'Kecintaan-ku pasti turun kepada siapa yang saling mencintai karena-Ku. Siapa saja yang bermajlis karena-Ku, dan saling mengunjungi karena-Ku. Yang saling berusaha karena-Ku;
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي حَازِمِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلَانِيِّ أَنَّهُ قَالَ دَخَلْتُ مَسْجِدَ دِمَشْقَ فَإِذَا فَتًى شَابٌّ بَرَّاقُ الثَّنَايَا وَإِذَا النَّاسُ مَعَهُ إِذَا اخْتَلَفُوا فِي شَيْءٍ أَسْنَدُوا إِلَيْهِ وَصَدَرُوا عَنْ قَوْلِهِ فَسَأَلْتُ عَنْهُ فَقِيلَ هَذَا مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ هَجَّرْتُ فَوَجَدْتُهُ قَدْ سَبَقَنِي بِالتَّهْجِيرِ وَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي قَالَ فَانْتَظَرْتُهُ حَتَّى قَضَى صَلَاتَهُ ثُمَّ جِئْتُهُ مِنْ قِبَلِ وَجْهِهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ ثُمَّ قُلْتُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ لِلَّهِ فَقَالَ أَاللَّهِ فَقُلْتُ أَاللَّهِ فَقَالَ أَاللَّهِ فَقُلْتُ أَاللَّهِ فَقَالَ أَاللَّهِ فَقُلْتُ أَاللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِحُبْوَةِ رِدَائِي فَجَبَذَنِي إِلَيْهِ وَقَالَ أَبْشِرْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَالْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَالْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ وحَدَّثَنِي عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ الْقَصْدُ وَالتُّؤَدَةُ وَحُسْنُ السَّمْتِ جُزْءٌ مِنْ خَمْسَةٍ وَعِشْرِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
Artinya: Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Hazim bin Dinar dari Abu Idris Al Khaulani berkata, "Aku memasuki masjid Damaskus. Ternyata di dalamnya ada seorang pemuda yang bergigi putih berkilau. Apabila orang-orang yang bersamanya berselisih pendapat, mereka mengembalikannya kepada pemuda itu dan menerima pendapatnya. Lalu aku bertanya tentangnya, lantas ada yang menjawab bahwa dia adalah Mu'adz bin Jabal . Keesokan harinya, aku bergegas ke masjid pada waktu yang masih sangat pagi, ternyata aku mendapatinya telah mendahuluiku. Aku mendapatinya sedang shalat, maka aku menunggunya sampai dia selesai shalat. Lalu aku menemuinya dari arah depannya seraya mengucapkan salam, aku berkata kepadanya; 'Demi Allah, sungguh aku mencintaimu karena Allah.' Dia bertanya; 'Apakah karena Allah? ' Aku menjawab; 'Karena Allah.' Dia bertanya lagi; 'Apakah karena Allah? ' Aku menjawab; 'Karena Allah.' Dia bertanya; 'Apakah karena Allah? ' Aku menjawab; 'Karena Allah'." Abu Idris berkata; "Dia menarik ujung serbanku dan menarik diriku ke arahnya lalu berkata; Bergembiralah! aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Allah Tabaraka Wa Ta'ala berfirman; 'Kecintaan-ku pasti turun kepada siapa yang saling mencintai karena-Ku. Siapa saja yang bermajlis karena-Ku, dan saling mengunjungi karena-Ku. Yang saling berusaha karena-Ku'." Telah menceritakan kepadaku dari Malik bahwa telah sampai kabar kepadanya, dari Abdullah bin Abbas bahwa dia berkata; "Tengah-tengah dalam suatu urusan (adil), bersikap lemah lembut dan penyambutan yang baik adalah sebagian dari dua puluh bagian kenabian." (HR. Imam Malik: 1503)
c. Saling Mencintai Karena Allah
Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 20995 dinyatakan bahwa orang-orang yang saling mencintai karena Allah (menurut saya ia berkata) maka ia berada di dalam naungan Allah pada saat tidak ada naungan selain naungan-Nya;
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءِ بْنِ الْوَلِيدِ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْعَبْدِيِّ أَوْ الْخَوْلَانِيِّ قَالَ جَلَسْتُ مَجْلِسًا فِيهِ عِشْرُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِذَا فِيهِمْ شَابٌّ حَدِيثُ السِّنِّ حَسَنُ الْوَجْهِ أَدْعَجُ الْعَيْنَيْنِ أَغَرُّ الثَّنَايَا فَإِذَا اخْتَلَفُوا فِي شَيْءٍ فَقَالَ قَوْلًا انْتَهَوْا إِلَى قَوْلِهِ فَإِذَا هُوَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ فَلَمَّا كَانَ مِنْ الْغَدِ جِئْتُ فَإِذَا هُوَ يُصَلِّي إِلَى سَارِيَةٍ قَالَ فَحَذَفَ مِنْ صَلَاتِهِ ثُمَّ احْتَبَى فَسَكَتَ قَالَ فَقُلْتُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ مِنْ جَلَالِ اللَّهِ قَالَ أَاللَّهِ قَالَ قُلْتُ أَاللَّهِ قَالَ فَإِنَّ مِنْ الْمُتَحَابِّينَ فِي اللَّهِ فِيمَا أَحْسَبُ أَنَّهُ قَالَ فِي ظِلِّ اللَّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ ثُمَّ لَيْسَ فِي بَقِيَّتِهِ شَكٌّ يَعْنِي فِي بَقِيَّةِ الْحَدِيثِ يُوضَعُ لَهُمْ كَرَاسٍ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمْ بِمَجْلِسِهِمْ مِنْ الرَّبِّ عَزَّ وَجَلَّ النَّبِيُّونَ وَالصِّدِّيقُونَ وَالشُّهَدَاءُ قَالَ فَحَدَّثْتُهُ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ فَقَالَ لَا أُحَدِّثُكَ إِلَّا مَا سَمِعْتُ عَنْ لِسَانِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَحَقَّتْ لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَصَادِقِينَ فِيَّ وَالْمُتَوَاصِلِينَ شَكَّ شُعْبَةُ فِي الْمُتَوَاصِلِينَ أَوْ الْمُتَزَاوِرِينَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ya'la bin 'Atho` bin Al Walid bin Abu 'Abdur Rahman dari Abu Idris Al 'Abdi atau Al Khoulani, ia berkata; Saya duduk disuatu majlis, disana ada duapuluh sahabat Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, ditengah-tengah mereka ada pemuda, berusia muda, elok rupanya, hitam matanya, putih giginya. Bila mereka berbeda pendapat tentang suatu hal, ia mengatakan kata-kata pamungkas. Ternyata ia adalah Mu'adz bin Jabal. Keesokan harinya saya datang dan ia tengah shalat menghadap seseorang yang berjalan. Mu'adz menghentikan shalat lalu duduk memeluk lutut kemudian diam. Kemudian saya berkata; 'Demi Allah, aku mencintaimu karena keagungan Allah. Ia berkata; Allah. Saya berkata; Engkau mengucapkan; Allah. Ia berkata; Karena orang-orang yang saling mencintai karena Allah -menurut saya ia berkata- maka ia berada didalam naungan Allah pada saat tidak ada naungan selain naungan-Nya. Selanjutnya tidak ada keraguan pada kelanjutannya -maksudnya kelanjutan hadits- Kursi-kursi dari cahaya diletakkan untuk mereka, pertemuan mereka dengan Allah membuat iri para nabi, orang-orang jujur dan para syuhada. Ia berkata; Kemudian saya menceritakannya kepada 'Ubadah bin Ash Shamit, ia berkata; Aku tidak menceritakan kepadamu selain yang telah aku dengar dari lisan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam'; "Wajiblah cintaKu untuk orang-orang yang saling mencintai karena Aku, bagi orang-orang yang berkorban karena Aku, bagi orang-orang yang saling berteman dan menyambung sillalurrahim -Syu'bah ragu tentang orang-orang yang menyambung sillaturrahim ataukah orang-orang yang saling mengunjungi." (HR. Ahmad: 20995)
d. Mengatakan Aku Sungguh Mencintaimu Karena Allah
Di dalam kitab Shahih Ibnu Hibban hadits nomor 569 digambarkan bahwa adanya perasaan saling mencintai harus dinyatakan dengan ucapan; Aku Sungguh mencintaimu karena Allah;
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا الأَزْرَقُ بْنُ عَلِيٍّ أَبُو الْجَهْمِ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَسَّانُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ، وَمُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ نَافِعٍ، قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ، يَقُولُ: بَيْنَا أَنَا جَالِسٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَتَاهُ رَجُلٌ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ، ثُمَّ وَلَّى عَنْهُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي لَأُحِبُّ هَذَا لِلَّهِ، قَالَ: فَهَلْ أَعْلَمْتَهُ ذَاكَ؟ قُلْتُ: لاَ، قَالَ: فَأَعْلِمْ ذَاكَ أَخَاكَ، قَالَ: فَاتَّبَعْتُهُ فَأَدْرَكْتُهُ فَأَخَذْتُ بِمَنْكِبِهِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ، وَقُلْتُ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ لِلَّهِ، قَالَ هُوَ: وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ لِلَّهِ قُلْتُ: لَوْلاَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَمَرَنِي أَنْ أُعْلِمُكَ لَمْ أَفْعَلْ.تَفَرَّدَ بِهَذَا الْحَدِيثِ الأَزْرَقُ بْنُ عَلِيٍّ، قَالَهُ الشَّيْخُ.
Artinya: Ahmad bin Ali bin Mutsanna mengabarkan kepada kami, ia berkata, Al Azraq bin Ali Abu Al Jahm menceritakan kepada kami, ia berkata, Hasan bin Ibrahim menceritakan kepada kami, ia berkata, Zuhair bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Ubaidillah bin Umar dan Musa bin Uqbah, dari Nafi’ ia berkata, “Aku mendengar Ibnu Umar berkata, “Ketika aku sedang duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datanglah seseorang kemudian memberi salam kepada beliau kemudian orang tadi berlalu dari beliau. Maka aku bertanya, “Ya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini karena Allah,” maka beliau bertanya, “Apakah engkau pernah memberi tahu hal ini kepadanya ?” aku menjawab, “Belum,” maka beliau bersabda, “Beritahulah hal ini kepada saudaramu!” dia (Ibnu Umar) berkata, “Maka aku menyusul orang tersebut dan mendapatkannya, kemudian aku memegang pundaknya dan memberi salam kepadanya, dan aku katakan, “Demi Allah sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah,” dia menjawab: “Demi Allah aku (juga) mencintaimu karena Allah,” aku berkata, “Kalau saja bukan karena Nabi yang memerintahkan kepadaku untuk menyampaikan hal ini kepadamu maka aku tidak akan mengatakannya.” 357 Penulis berkata, “Al Azraq bin Ali bersendiri dalam periwayatan hadis ini.”(HR. Ibnu Hibban: 569)
e. Sesekali Berkunjung Menambah Cinta
Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 8559 dinyatakan kunjungilah sesekali, maka cinta akan bertambah;
أَخْبَرَنَا أَبُو حَامِدٍ أَحْمَدُ بْنُ أَبِي خَلَفٍ الْإِسْفَرَاينِيُّ بِهَا، نا مُحَمَّدُ بْنُ يَزْدَادَ بْنِ -[566]- مَسْعُودٍ، نا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ سُلَيْمَانَ أَبُو أَيُّوبَ الْبَصْرِيُّ، نا عُوَيْدُ بْنُ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَا أَبَا ذَرٍّ، زُرْ غِبًّا تَزْدَدْ حُبًّا "
Artinya: Diriwayatkan oleh Abu Hamid Ahmad bin Abi Khalaf al-Isfara’ini, dia berkata: “Muhammad bin Yazdad bin Mas’ud menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdullah bin Sulaiman Abu Ayyub al-Bashri menceritakan kepada kami, Uwaid bin Abi Imran al-Juni menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari Abdullah bin Shamit, dari Abu Dzar, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Wahai Abu Dzar, kunjungilah sesekali, maka cinta akan bertambah.’” (HR. Baihaqi, Syuabul Iman Baihaqi: 8559)
9. Lebih Mencintai Allah dan Rasulnya Dibanding Selainnya
Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 12676 ditegaskan bahwa Tidak (sempurna) iman salah seorang kalian sehingga Allah dan RasulNya lebih dia cintai daripada selainnya;
حَدَّثَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَحَتَّى يُقْذَفَ فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ نَجَّاهُ اللَّهُ مِنْهُ وَلَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Rauh telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas Bin Malik dari Nabi shallahu'alaihi wasallam bersabda, "Tidak (sempurna) iman salah seorang kalian sehingga Allah dan RasulNya lebih dia cintai daripada selainnya, dan hingga ia dilempar ke neraka lebih disukainya dari pada kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya. Dan tidak (sempurna) iman salah seorang kalian sehingga saya (Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam) lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya atau manusia semuanya". (HR. Ahmad: 12676)
10. Mencintai Rasulullah SAW
Mencintai Rasulullah SAW merupakan bagian yang tidak terpisakan dari wujud kecintaan kepada Allah, sehingga harus berupaya mewujudkannya, antara lain dalam bentuk;
a. Nabi Muhammad Lebih Dicintai Daripada Dirinya Sendiri
Di dalam Al Quran surat Al-Ahzab/ 33: 6 ditegaskan bahwa Nabi adalah lebih utama bagi orang beriman dibandingkan dirinya sendiri.
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَنْ تَفْعَلُوا إِلَى أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا
Artinya: Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).
Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 6142 tergambar bahwa Rasulullah SAW harus lebih dicintai dari pada dirinya sendiri;
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي حَيْوَةُ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو عَقِيلٍ زُهْرَةُ بْنُ مَعْبَدٍ أَنَّهُ سَمِعَ جَدَّهُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هِشَامٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْآنَ يَا عُمَرُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman menuturkan; telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahab menuturkan; telah telah mengabarkan kepadaku Haiwah mengatakan; telah menceritakan kepadaku Abu Uqail Zuhra bin Ma'bad bahwasanya ia mendengar kakeknya, Abdullah bin Hisyam menuturkan; kami pernah bersama Nabi ﷺ yang saat itu beliau menggandeng tangan Umar bin Khattab, kemudian Umar berujar: "ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala-galanya selain diriku sendiri." Nabi ﷺ bersabda: "Tidak, demi Dzat yang jiwa berada di Tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Maka Umar berujar; 'Sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku'. Maka Nabi ﷺ bersabda: "sekarang (baru benar) wahai Umar." (HR. Bukhari: 6142)
b. Aku Lebih Dicintai Daripada Keluarga Dan Hartanya
Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 3322 ditegaskan bahwa suatu jaman yang ketika itu ia berkeyakinan aku lebih dicintainya daripada dia memiliki seperti keluarga dan hartanya;
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تُقَاتِلُوا قَوْمًا نِعَالُهُمْ الشَّعَرُ وَحَتَّى تُقَاتِلُوا التُّرْكَ صِغَارَ الْأَعْيُنِ حُمْرَ الْوُجُوهِ ذُلْفَ الْأُنُوفِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ وَتَجِدُونَ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ أَشَدَّهُمْ كَرَاهِيَةً لِهَذَا الْأَمْرِ حَتَّى يَقَعَ فِيهِ وَالنَّاسُ مَعَادِنُ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ وَلَيَأْتِيَنَّ عَلَى أَحَدِكُمْ زَمَانٌ لَأَنْ يَرَانِي أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَهُ مِثْلُ أَهْلِهِ وَمَالِهِ
Artinya: Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib telah bercerita kepada kami Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi ﷺ bersabda: "Tidak akan terjadi hari qiyamat hingga kalian memerangi suatu kaum yang sandal mereka terbuat dari rambut dan hingga kalian memerangi bangsa Turki yang bermata kecil (sipit), berwajah merah dan berhidung pesek, wajah-wajah mereka bagaikan perisai yang ditambal. Dan kalian dapatkan manusia paling baik adalah yang paling tidak selera terhadap urusan ini (kekuasaan) hingga dia terlibat (demi menegakkan keadilan) dalam urusan kepemerintahan ini, dan manusia mempunyai potensi bagaikan barang tambang, orang yang terbaik pada masa jahiliyah akan menjadi yang terbaik pula di masa Islam jika mereka memahami Islam, dan sungguh pasti akan datang kepada salah seorang dari kalian suatu jaman yang ketika itu ia berkeyakinan aku lebih dicintainya daripada dia memiliki seperti keluarga dan hartanya".(HR. Bukhari: 3322)
c. Memiliki Satu Helai Rambutnya Lebih disukai dari dunia seisinya
Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 165 digambarkan bahwa Sekiranya aku memiliki satu helai rambut Rasulullah, maka itu lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya;
حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ قُلْتُ لِعَبِيدَةَ عِنْدَنَا مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَبْنَاهُ مِنْ قِبَلِ أَنَسٍ أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ أَنَسٍ فَقَالَ لَأَنْ تَكُونَ عِنْدِي شَعَرَةٌ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Malik bin Isma'il berkata, telah menceritakan kepada kami Israil dari 'Ashim dari Ibnu Sirin berkata, "Aku berkata kepada Abidah, "Kami memiliki rambut Nabi ﷺ yang kami dapat dari Anas, atau keluarga Anas.' Ia lalu berkata, "Sekiranya aku memiliki satu helai rambut Rasulullah, maka itu lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya." (HR. Bukhari: 165)
d. Menyiapkan Perisai Dari Kefakiran
Di dalam kitab Sunan Tirmidzi hadits nomor 2273 ditegaskan bahwa Jika kamu mencintaiku maka persiapkanlah perisai untuk kefakiran, karena kefakiran lebih cepat kepada orang yang mencintaiku melebihi aliran menuju hilir;
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ نَبْهَانَ بْنِ صَفْوَانَ الثَّقَفِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ أَسْلَمَ حَدَّثَنَا شَدَّادٌ أَبُو طَلْحَةَ الرَّاسِبِيُّ عَنْ أَبِي الْوَازِعِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ انْظُرْ مَاذَا تَقُولُ قَالَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ انْظُرْ مَاذَا تَقُولُ قَالَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ إِنْ كُنْتَ تُحِبُّنِي فَأَعِدَّ لِلْفَقْرِ تِجْفَافًا فَإِنَّ الْفَقْرَ أَسْرَعُ إِلَى مَنْ يُحِبُّنِي مِنْ السَّيْلِ إِلَى مُنْتَهَاهُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Amru bin Nabhan bin Shafwan Ats Tsaqafi Al Bashri telah menceritakan kepada kami Rauh bin Aslam telah menceritakan kepada kami Syaddad Abu Thalhah Ar Rasibi dari Abul Wazi' dari 'Abdullah bin Mughaffal dia berkata bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sangat mencintai baginda. Beliau bersabda: "Perhatikan apa yang kamu katakan." Dia berkata lagi: Demi Allah sungguh aku sangat mencintai baginda. Nabi bersabda lagi: "Perhatikan apa yang kamu katakan." Dia berkata lagi: Demi Allah sungguh aku sangat mencintai baginda. tiga kali dia mengucapkannya, lalu beliau bersabda: "Jika kamu mencintaiku maka persiapkanlah perisai untuk kefakiran, karena kefakiran lebih cepat kepada orang yang mencintaiku melebihi aliran menuju hilir." (HR. Tirmidzi: 2273)
11. Saling Mencintai Dengan Menebar Salam
Di dalam kitab Shahih Muslim hadits nomor 81 dinyatakan bahwa Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling mencintai;
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dan Waki' dari al-A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda: "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling mencintai. Maukan kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang mana apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling mencintai. Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Muslim: 81)
12. Saling Memberi Hadiah Akan Menumbuhkan Rasa Saling Mencintai
Di dalam kitab Muwatho Malik hadits nomor 1413 dinyatakan bahwa salaing memberi hadiah dapat menumbuhkan perasaan saling mencintai;
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي مُسْلِمٍ عَبْدِ اللَّهِ الْخُرَاسَانِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَصَافَحُوا يَذْهَبْ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا وَتَذْهَبْ الشَّحْنَاءُ
Artinya: Telah menceritakan kepadaku Malik dari 'Atha bin Abu Muslim Abdullah Al Khurasani berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda: "Hendaklah kalian saling berjabat tangan, niscaya maka akan hilanglah kedengkian. Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya akan saling mencintai dan menghilanglah permusuhan." (HR. Imam Malik: 1413)
13. Menerima Hadiah Dan Membalasnya
Di dalam kitab Shahih Bukharihadits nomor 2396 dinyatakan bahwa Rasulullah ﷺ menerima pemberiah hadiah dan membalasnya;
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيبُ عَلَيْهَا لَمْ يَذْكُرْ وَكِيعٌ وَمُحَاضِرٌ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Yunus dari Hisyam dari bapaknya dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Adalah Rasulullah ﷺ menerima pemberiah hadiah dan membalasnya". Waki' dan Muhadhir tidak menyebutkan dari Hisyam dari bapaknya dari 'Aisyah radliallahu 'anha.
14. Baik Akhlaqnya
Di dalam kitab Shahih Bukhari hadits nomor 3476 ditegaskan bahwa Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaqnya';
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا وَائِلٍ قَالَ سَمِعْتُ مَسْرُوقًا قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَقَالَ إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ أَحْسَنَكُمْ أَخْلَاقًا وَقَالَ اسْتَقْرِئُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ
Artinya: Telah bercerita kepada kami Hafsh bin 'Umar telah bercerita kepada kami Syu'bah dari Sulaiman berkata, aku mendengar Abu Wa'il berkata, aku mendengar Masruq berkata; " 'Abdullah bin 'Amr berkata; "Rasulullah ﷺ bukanlah orang yang suka berbicara kotor (keji) juga tidak pernah berbuat keji dan beliau bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaqnya'. Dan beliau juga bersabda: "Ambillah bacaan Al Qur'an dari empat orang. Yaitu dari 'Abdullah bin Mas'ud, kemudian Salim, maula Abu Hudzaifah, lalu Ubay bin Ka'ab dan Mu'adz bin Jabal".(HR. Bukhari: 3476)
15. Banyak Manfaatnya
Di dalam kitab Mujam Thabarani Kabir jilid 10 halaman 86 hadis nomor 10053 dan kitab Syuabul Iman Baihaqi nomor 7596 dinyatakan bahwa yang paling dicintai Allah adalah yang paling banyak manfaanya bagi keluarga;
حدثنا محمد بن الفضل السقطي ثنا إسحاق بن كعب ثنا موسى بن عمير عن الحكم عن إبراهيم عن علقمة عن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : الخلق كلهم عيال الله فأحب الخلق إلى الله انفعهم لعياله
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Al Fadhl As Saqathi telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ka’b telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Umair dari Al hakim dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari Abdullah berkata; Bersabda rasulullah SAW “Semua makhluk adalah keluarga Allah, adapun makhluk yang paling dicintai Allah adalah yang paling banyak manfaatnya bagi keluarganya.” (HR. Thabarani: 10053)
حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ يُوسُفَ، أنا أَبُو عَمْرِو بْنُ مَطَرٍ، أنا أَبُو الْقَاسِمِ بْنُ -[522]- أُمَيَّةَ بْنِ مَنِيعٍ، نا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْمَوْصِلِيُّ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ بِالشُّمَاسِيَّةِ وَهُوَ يُجْرِي الْحَلَبَةَ، وَمَعَهُ يَحْيَى بْنُ أَكْثَمَ وَهُوَ يَقُولُ: يَا يَحْيَى أَمَا تَرَى؟ أَمَا تَرَى؟ ثُمَّ قَالَ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ عَطِيَّةَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " الْخَلْقُ كُلُّهُمْ عِيَالُ اللهِ، فَأَحَبُّ الْخَلْقِ إِلَى اللهِ أَنْفَعُهُمْ لِعِيَالِهِ " قَالَ أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْمَوْصِلِيُّ، ثنا يُوسُفُ بْنُ عَطِيَّةَ، عَنْ ثَابِتٍ بِهَذَا
Artinya: Telah menceriterakan kepada kami Abu Muhammad ibnu Yusuf, telah menceriterakan kepada kami Abu Umar ibnu Mathar, telah menceriterakan kepada kami Abu Qasim ibnu Umayah ibnu Mani’, telah menceriterakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim Al Maushiliyu berkata: kami bersama amirul mu’minin di Sumasiyah dan beliau memeras susu, dan bersama dengannya Yahya ibnu Aksam dan dia berkata: Hai Yahya apa yang kamu lihat ? apa yang kamulihat ? kemudian berkata: bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda: “ Semua makhluq semuanya adalah keluarga Allah, adapun makhluq yang paling dicintai Allah adalah yang paling banyak manfaatnya untuk keluarganya”, berkata Ahmad ibnu Ibrahim Al Maushili, telah menceriterakan kepada kami Yusuf ibnu ‘Athiyah dari Tsabit sama dengan ini. (HR. Iman Baihaqi: 7596)
16. Berlaku Zuhud Dalam Urusan Dunia
Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah hadits nomor 4092 dijelaskan bahwa amalan yang dapat menimbulkan cinta Allah adalah berlaku zuhud terhadap dunia;
حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ أَبِي السَّفَرِ حَدَّثَنَا شِهَابُ بْنُ عَبَّادٍ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ عَمْرٍو الْقُرَشِيُّ عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللَّهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّوكَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ubaidah bin Abu As Safar telah menceritakan kepada kami Syihab bin 'Abbad telah menceritakan kepada kami Khalid bin 'Amru Al Qurasyi dari Sufyan Ats Tsauri dari Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd As Sa'idi dia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku kerjakan maka Allah dan seluruh manusia akan mencintaiku." Rasulullah ﷺ bersabda: "Berlakulah zuhud dalam urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan dicintai orang-orang."(HR. Ibnu Majah: 4092)
17. Cinta Dan Benci Kepada Manusia Seperlunya Saja
Di dalam kitab Sunan Tirmidzi hadits nomor 1920 dinyatakan Cintailah orang yang engkau cintai seperlunya, dan bencilah orang yang kamu benci seperlunya;
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ عَمْرٍو الْكَلْبِيُّ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أُرَاهُ رَفَعَهُ قَالَ أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Amru Al Kalbi dari Hammad bin Salamah dari Ayyub dari Muhammad bin Sirrin dari Abu Hurairah (aku menduga, bahwa dia memarfu'kannya) berkata: "Cintailah orang yang engkau cintai seperlunya, karena bisa saja suatu hari dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah orang yang kamu benci seperlunya, karena bisa jadi suatu hari kelak dia akan menjadi orang yang engkau cintai." (HR. Tirmidzi: 1920)
18. Perkataan Yang Paling Dicintainya Subhanallawabihamdihi
Di dalam kitab Shahih Muslim hadits nomor 4911 ditegaskan bahwa sesungguhnya ucapan yang paling disukai Allah Azza Wa Jalla adalah Subhaanallahu wa bihamdih' (Mahasuci Allah dengan segala puji bagi-Nya).
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ الْجِسْرِيِّ مِنْ عَنَزَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُخْبِرُكَ بِأَحَبِّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِأَحَبِّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ فَقَالَ إِنَّ أَحَبَّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Bukair dari Syu'bah dari Al Jurairi dari Abu 'Abdullah Al Jisri dari 'Anazah dari 'Abdullah bin Ash Shamit dari Abu Dzar dia berkata; "Rasulullah ﷺ pernah bertanya kepada saya: 'Hai Abu Dzarr, maukah kamu aku beritahukan tentang ucapan yang disenangi Allah? ' Saya menjawab; 'Ya, saya mau ya Rasulullah. Beritahukanlah kepada saya tentang ucapan yang disenangi Allah.' Kemudian beliau bersabda: 'Sesungguhnya ucapan yang paling disukai Allah Azza Wa Jalla adalah Subhaanallahu wa bihamdih' (Mahasuci Allah dengan segala puji bagi-Nya).'(HR. Muslim: 4911)
19. Berbakti Dan Bertakwa Kepada Allah
Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3979 dinyatakan bahwa Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbakti lagi bertakwa dan tidak dikenal;
حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ عِيسَى بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَنَّهُ خَرَجَ يَوْمًا إِلَى مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قَاعِدًا عِنْدَ قَبْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْكِي فَقَالَ مَا يُبْكِيكَ قَالَ يُبْكِينِي شَيْءٌ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ يَسِيرَ الرِّيَاءِ شِرْكٌ وَإِنَّ مَنْ عَادَى لِلَّهِ وَلِيًّا فَقَدْ بَارَزَ اللَّهَ بِالْمُحَارَبَةِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْأَبْرَارَ الْأَتْقِيَاءَ الْأَخْفِيَاءَ الَّذِينَ إِذَا غَابُوا لَمْ يُفْتَقَدُوا وَإِنْ حَضَرُوا لَمْ يُدْعَوْا وَلَمْ يُعْرَفُوا قُلُوبُهُمْ مَصَابِيحُ الْهُدَى يَخْرُجُونَ مِنْ كُلِّ غَبْرَاءَ مُظْلِمَةٍ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb telah mengabarkan kepadaku Ibnu Lahi'ah dari Isa bin Abdurrahman dari Zaid bin Aslam dari Aslam dari Umar bin Khattab, bahwa suatu ketika dia keluar menuju masjid Nabi ﷺ lalu berjumpa dengan Mu'adz bin Jabal yang sedang duduk di sisi Kuburan Nabi ﷺ sambil menangis. Maka ia pun bertanya, "Apa yang membuatmu manangis?" Mu'adz menjawab, "Aku menangis karena sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah ﷺ, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya riya' yang paling ringan pun sudah terhitung syirik, dan sesungguhnya orang yang memusuhi wali Allah maka dia telah menantang bertarung dengan Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbakti lagi bertakwa dan tidak dikenal, yaitu orang-orang yang apabila menghilang maka mereka tidak dicari-cari, dan jika mereka hadir maka mereka tidak di kenal, hati mereka ibarat lentera-lentera petunjuk yang muncul dari setiap bumi yang gelap."(HR. Ibnu Majah: 3979)
20. Menjadi Imam Yang Adil
Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 11099, dinyatakan bahwa Sesungguhnya manusia yang paling Allah cintai dan paling dekat tempat duduknya dengan-Nya pada hari kiamat adalah seorang pemimpin yang adil;
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا الْفُضَيْلُ بْنُ مَرْزُوقٍ عَنْ عَطِيَّةَ الْعَوْفِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَقْرَبَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَإِنَّ أَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَشَدَّهُمْ عَذَابًا إِمَامٌ جَائِرٌ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq berkata; telah mengabarkan kepada kami Abdullah berkata; telah mengabarkan kepada kami Al Fudhail bin Marzuq dari 'Athiyyah Al 'Aufi dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya manusia yang paling Allah cintai dan paling dekat tempat duduknya dengan-Nya pada hari kiamat adalah seorang pemimpin yang adil, dan manusia yang paling Allah benci dan paling keras siksanya pada hari kiamat adalah pemimpin yang lalim."(HR. Ahmad: 11099)
21. Apabila Marah Maka Dia Dapat Menahannya
Di dalam kitab Mustadrak Hakim hadits nomor 433 dinyatakan bahwa Ada tiga orang yang akan dilindungi oleh Allah dalam naungan-Nya dan akan ditutupi dengan rahmat-Nya serta dimasukkan dalam cinta-Nya, yaitu; Orang yang apabila diberi maka dia bersyukur, apabila mampu memberi hukuman maka dia mengampuni, dan apabila marah maka dia dapat menahannya.;
حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ دَرَسْتَوَيْهِ الْفَارِسِيُّ، ثنا يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ، ثنا عُمَرُ بْنُ رَاشِدٍ، مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبَانَ بْنِ عُثْمَانَ التَّيْمِيِّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي ذِئْبٍ الْقُرَشِيُّ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ثَلَاثَةٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ آوَاهُ اللَّهُ فِي كَنَفِهِ، وَسَتَرَ عَلَيْهِ بِرَحْمَتِهِ، وَأَدْخَلَهُ فِي مَحَبَّتِهِ» قِيلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «مَنْ إِذَا أُعْطِي شُكَرَ، وَإِذَا قَدَرَ غَفَرَ، وَإِذَا غَضِبَ فَتَرَ» . «هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، فَإِنَّ عُمَرَ بْنَ رَاشِدٍ شَيْخٌ مِنْ أَهْلِ الْحِجَازِ مِنْ نَاحِيَةِ الْمَدِينَةِ، قَدْ رَوَى عَنْهُ أَكَابِرُ الْمُحَدِّثِينَ
Artinya: Abu Muhammad Abdullah bin Ja'far bin Darastawaih Al Farisi menceritakan kepada kami, Ya'qub bin Sufyan menceritakan kepada kami, Umar bin Rasyid ([maula Abdurrahman bin Aban bin Utsman At-Taimi) menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Dzi'ib Al Qurasyi menceritakan kepada kami dari Hisyam bin Urwah, dari Muhammad bin Ali, dari Ibnu Abbas, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga orang yang akan dilindungi oleh Allah dalam naungan-Nya dan akan ditutupi dengan rahmat-Nya serta dimasukkan dalam cinta-Nya” Beliau lalu ditanya, "Siapakah mereka, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang apabila diberi maka dia bersyukur, apabila mampu memberi hukuman maka dia mengampuni, dan apabila marah maka dia dapat menahannya." Hadis ini sanadnya shahih, karena Umar bin Rasyid adalah seorang syaikh dari Hijaz, dari arah Madinah. Para muhaddits besar meriwayatkan darinya.(HR. Hakim: 433)
22. Memerintahkan Dengan Yang Dicintai Allah, Melarang Dengan Yang Dibenci Allah
Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 545 dinyatakan bahwa mencintai Allah dengan cara memerintahkan dengan yang dicintai Allah, melarang dengan yang dibenci Allah;
أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدَانَ، حدثنا أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ الصَّفَّارُ، حدثنا عُبَيْدُ بْنُ شَرِيكٍ، حدثنا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حدثنا اللَّيْثُ، عَنِ ابْنِ عَجْلَانَ، عَنْ وَاقِدِ بْنِ سَلَامَةَ، عَنْ يَزِيدَ الرَّقَاشِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: " أَلَا أُخْبِرُكُمْ، عَنْ أَقْوَامٍ لَيْسُوا بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ بِمَنَازِلِهِمْ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى مَنْابِرَ مِنْ نُورٍ يَكُونُونَ عَلَيْهَا ". قَالُوا: مَنْ هُمْ؟ قَالَ: " الَّذِينَ يُحَبِّبُونَ عِبَادَ اللهِ إِلَى اللهِ، وَيُحَبِّبُونَ اللهَ إِلَى عِبَادِهِ، وَهُمْ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ نُصَحَاءَ ". قَالَ: قُلْنَا: يُحَبِّبُونَ اللهَ إِلَى عِبَادِ اللهِ، فَكَيْفَ يُحَبِّبُونَ عِبَادَ اللهِ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: " يَأْمُرُونَهُمْ بِحُبِّ اللهِ وَيَنْهُونَهُمْ - يَعْنِي - عَمَّا كَرِهَ اللهُ فَإِذَا أَطَاعُوهُمْ أَحَبَّهُمُ اللهُ " -[13]- قَالَ الْبَيْهَقِيُّ رَحِمَهُ اللهُ: " وَجَاءَ عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " عَلَامَةُ حُبِّ اللهِ حُبُّ ذِكْرِ اللهِ، وَعَلَامَةُ بُغْضِ اللهِ بُغْضُ ذِكْرِهِ "، وَهَذَا إِنَّمَا بَلَغَنَا بِإِسْنَادٍ فِيهِ ضَعْفٌ "
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Ali ibnu Ahmad ibnu abdan, telah menceritakan kepada kami ahmad ibnu Ubaid As Shafar, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Syarik, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Allaits, dari ibnu ‘Ajlan, dari Waqidi ibnu Salam, dari Yazid Ar Raqasyi, dari Anas ibnu Malik, dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: “Tidakkah kalian mau Aku beri khabar, tentang umat yang ukan Nabi dan bukan Syuhada’ , yang pada hari qiyamat para Nabi, Syuhada cemburu dengan kedudukannya di sisi Allah Azza wa Jalla berada di atas mimbar-mimbar dari Cahaya”, mereka berkata: “ siapakah mereka”, Rasulullah SAW bersabda:”mereka adalah hamba-hamba Allah yang saling mencintai karena Allah, dan Allah mencintai kepada hambanya, dan mereka berjalan di dunia menjadi orang-orang yang jujur”, berkata: bertanya kepada kami: Allah cinta pada hamba-hambanya Allah, bagaimana hamba-hamba Allah mereka saling mencintai karena Allah ?”, Rasulullah bersabda: “Mereka menyuruh dengan yang dicintai Allah dan melarang mereka, yakni; dari apa yang dibenci Allah, maka jika mereka mentaatinya Allah mencinta mereka”, Baihaqi rahimahullah berkata: “dan datang dari Nabi SAW bersabda: Tanda-tanda cinta Allah cinta mengingat Allah, dan dan tanda-tanda benci Allah benci mengingatnya, dan ini sebenarnya sampai kepada kami dengan sanad yang didalamnya ada kelemahan. (HR. Baihaqi: 545)
23. Mencintai Dan Membenci Karena Allah
Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 14998 dinyatakan bahwa Seorang hamba tidak mencapai hakikat kebenaran iman yang sebenarnya, hingga dia cinta karena Allah Ta'ala dan benci karena-Nya;
حَدَّثَنَا الْهَيْثَمُ بْنُ خَارِجَةَ قَالَ أَبُو عَبْد الرَّحْمَنِ وَسَمِعْتُهُ أَنَا مِنْ الْهَيْثَمِ حَدَّثَنَا رِشْدِينُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْوَلِيدِ عَنْ أَبِي مَنْصُورٍ مَوْلَى الْأَنْصَارِ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْجَمُوحِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَحِقُّ الْعَبْدُ حَقَّ صَرِيحِ الْإِيمَانِ حَتَّى يُحِبَّ لِلَّهِ تَعَالَى وَيُبْغِضَ لِلَّهِ فَإِذَا أَحَبَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَأَبْغَضَ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَقَدْ اسْتَحَقَّ الْوَلَاءَ مِنْ اللَّهِ وَإِنَّ أَوْلِيَائِي مِنْ عِبَادِي وَأَحِبَّائِي مِنْ خَلْقِي الَّذِينَ يُذْكَرُونَ بِذِكْرِي وَأُذْكَرُ بِذِكْرِهِمْ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Hutsaim bin Khorijah Abu Abdurrahman berkata; dan saya telah mendengarnya dan Al Hutsaim, telah menceritakan kepada kami Risydin bin Sa'd dari Abdullah bin Al Walid dari Abu Manshur, budak Al Anshor dari 'Amr bin Al Jamuh dia mendengar Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Seorang hamba tidak mencapai hakikat kebenaran iman yang sebenarnya, hingga dia cinta karena Allah Ta'ala dan benci karena-Nya. Jika dia telah cinta karena Allah Ta'ala dan benci karena-Nya maka ia berhak mendapatkan pembelaan dari Allah." (Allah AzzaWaJalla berfirman) 'Para wali-Ku dari hambaku dan para kekasih-Ku dari mahluk-Ku adalah mereka yang disebut-sebut jika aku disebut, dan Aku disebut jika mereka disebut. (HR. Ahmad: 14998)
24. Mengajak Manusia Untuk Mencintai Allah
Di dalam kitab Mustadrak Hakim Atsar nomor 164 dinyatakan bahwa hamba Allah yang paling dicintai-Nya adalah orang-orang yang mengajak manusia untuk mencintai Allah;
أَخْبَرَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ السَّيَّارِيُّ، بِمَرْوَ، وَأَخْبَرَنَا أَبُو الْمُوَجَّهِ، أَنْبَأَ عَبْدَانُ، أَنْبَأَ عَبْدُ اللَّهِ، عَنْ مِسْعَرٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ السَّكْسَكِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَصْحَابُنَا، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ «أَحَبَّ عِبَادِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ الَّذِينَ يُحَبِّبُونَ اللَّهَ إِلَى النَّاسِ وَالَّذِينَ يُرَاعُونَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ» . «هَذَا لَا يُفْسِدُ الْأَوَّلَ وَلَا يُعَلِّلُهُ فَإِنَّ ابْنَ عُيَيْنَةَ حَافِظٌ ثِقَةٌ، وَكَذَلِكَ ابْنُ الْمُبَارَكِ إِلَّا أَنَّهُ أَتَى بِأَسَانِيدَ أُخَرَ كَمَعْنَى الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ»:
Artinya: Abu Al Abbas As-Sayyari mengabarkan kepada kami di Marwa, Abu Al Muwajjih mengabarkan kepada kami, Abdan memberitakan (kepada kami), Abdullah memberitakan (kepada kami) dari Mis'ar, dari Ibrahim As-Saksaki, dia berkata: Teman-teman kami menceritakan kepadaku dari Abu Ad-Darda', dia berkata, ''Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang paling dicintai-Nya adalah orang-orang yang mengajak manusia untuk mencintai Allah, dan orang-orang yang memperhatikan matahari serta bulan.” Ini tidak merusak hadis yang pertama dan tidak membuatnya ber-illat, karena Ibnu Uyainah seorang hafizh yang tsiqah. Begitu pula Ibnu Al Mubarak. Hanya saja, dia meriwayatkan dengan sanad-sanad lain seperti makna hadis pertama. (Al Mustadrak Atsar nomor 164)
25. Beriman dan Beramal Shalih
Di dalam Al kitab Mujam Thabarani Awsath/ 1793 digambarkan berdasar Al Quran surat Maryam/ 19: 96 Allah akan menumbuhkan dalam hati orang beriman yang beramal shalaih rasa cinta;
حدثنا محمد بن عثمان بن ابي شيبة قال حدثنا عون بن سلام قال حدثنا بشر بن عمارة الخثعمي عن ابي روق عن الضحاك بن مزاحم عن بن عباس قال نزلت في على { إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات سيجعل لهم الرحمن ودا } قال محبة في قلوب المؤمنين لم يرو هذا الحديث عن ابي روق الا بشر بن عمارة تفرد به عون بن سلام
Artinya: Diriwayatkan oleh Muhammad bin Utsman bin Abu Syaibah, ia berkata: "Telah menceritakan kepada kami 'Aun bin Salam, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin 'Amarah Al-Khuts'ami dari Abu Rauq dari Adh-Dhahhak bin Muzahim dari Ibnu 'Abbas, ia berkata: 'Turun ayat ini tentang Ali (yaitu): {Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang} (Maryam: 96).' Ibnu 'Abbas berkata: 'Maksudnya adalah cinta dalam hati orang-orang yang beriman.' Tidak ada yang meriwayatkan hadis ini dari Abu Rauq kecuali Bisyr bin 'Amarah dan yang meriwayatkannya secara sendiri adalah 'Aun bin Salam." (HR. Thabarani, Mu’jam Thabarani awsath: 1793)
26. Berdoa “Aku Meminta Cintamu, Cinta Orang Yang Mencintaimu, Cinta Amalan Yang Mendekatkanku Pada Cintamu”
Di dalam Kitab Musnad Ahmad hadis nomor 21093 disebutkan permintaan (doa) Rasulullah SAW kepada Allah SWT; 'Ya Allah! Aku memintaMu perbuatan-perbuatan baik, meninggalkan kemungkaran, mencintai orang-orang miskin, mengampuniKu, merahmatiKu, bila Kau hendak menyiksa suatu kaum, maka wafatkanlah aku tanpa terkena siksaan, aku meminta cintaMu, cinta orang yang mencintaiMu, cinta amalan yang mendekatkanku pada cintaMu;
حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ حَدَّثَنَا جَهْضَمٌ يَعْنِي الْيَمَامِيَّ حَدَّثَنَا يَحْيَى يَعْنِي ابْنَ أَبِي كَثِيرٍ حَدَّثَنَا زَيْدٌ يَعْنِي ابْنَ أَبِي سَلَّامٍ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ وَهُوَ زَيْدُ بْنُ سَلَّامِ بْنِ أَبِي سَلَّامٍ نَسَبُهُ إِلَى جَدِّهِ أَنَّهُ حَدَّثَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَائِشٍ الْحَضْرَمِيُّ عَنْ مَالِكِ بْنِ يَخَامِرَ أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قَالَ احْتَبَسَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ غَدَاةٍ عَنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ حَتَّى كِدْنَا نَتَرَاءَى قَرْنَ الشَّمْسِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَرِيعًا فَثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ وَصَلَّى وَتَجَوَّزَ فِي صَلَاتِهِ فَلَمَّا سَلَّمَ قَالَ كَمَا أَنْتُمْ عَلَى مَصَافِّكُمْ ثُمَّ أَقْبَلَ إِلَيْنَا فَقَالَ إِنِّي سَأُحَدِّثُكُمْ مَا حَبَسَنِي عَنْكُمْ الْغَدَاةَ إِنِّي قُمْتُ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّيْتُ مَا قُدِّرَ لِي فَنَعَسْتُ فِي صَلَاتِي حَتَّى اسْتَيْقَظْتُ فَإِذَا أَنَا بِرَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فِي أَحْسَنِ صُورَةٍ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَتَدْرِي فِيمَ يَخْتَصِمُ الْمَلَأُ الْأَعْلَى قُلْتُ لَا أَدْرِي يَا رَبِّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ فِيمَ يَخْتَصِمُ الْمَلَأُ الْأَعْلَى قُلْتُ لَا أَدْرِي رَبِّ فَرَأَيْتُهُ وَضَعَ كَفَّهُ بَيْنَ كَتِفَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَ أَنَامِلِهِ بَيْنَ صَدْرِي فَتَجَلَّى لِي كُلُّ شَيْءٍ وَعَرَفْتُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ فِيمَ يَخْتَصِمُ الْمَلَأُ الْأَعْلَى قُلْتُ فِي الْكَفَّارَاتِ قَالَ وَمَا الْكَفَّارَاتُ قُلْتُ نَقْلُ الْأَقْدَامِ إِلَى الْجُمُعَاتِ وَجُلُوسٌ فِي الْمَسَاجِدِ بَعْدَ الصَّلَاةِ وَإِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عِنْدَ الْكَرِيهَاتِ قَالَ وَمَا الدَّرَجَاتُ قُلْتُ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَلِينُ الْكَلَامِ وَالصَّلَاةُ وَالنَّاسُ نِيَامٌ قَالَ سَلْ قُلْتُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةً فِي قَوْمٍ فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ وَأَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُنِي إِلَى حُبِّكَ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهَا حَقٌّ فَادْرُسُوهَا وَتَعَلَّمُوهَا
Artinya: Telah bercerita kepada kami 'Abdullah telah bercerita kepadaku ayahku. telah bercerita kepada kami [Abu Sa'id, budak Bani Hasyim] telah bercerita kepada kami [Jahdham Al Yamami] telah bercerita kepada kami [Yahya bin Abu Katsir] telah bercerita kepada kami [Zaid bin Abu Sallam] dari [Abu Sallam] -Zaid bin Sallam bin Abu Sallam, nasabnya bersambung pada kakeknya-, bahwasanya ['Abdur Rahman bin 'A`isy Al Hadhromi] telah menceritakan kepadanya dari [Malik bin Yakhamir] bahwa [Mu'adz bin Jabal] berkata; Pada suatu pagi Rasulullah SAW tidak keluar untuk shalat shubuh hingga hampir saja kami melihat tanduk matahari, kemudian Rasulullah SAW keluar dengan cepat dan langsung shalat. Beliau shalat dan shalat dengan cepat. Saat salam, beliau bersabda; "Tetaplah berada dibarisan kalian." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pun pergi lalu datang dan bersabda; Sesungguhnya aku akan memberitahukan kenapa aku tidak datang pagi ini. Sesungguhnya aku bangun malam kemudian shalat semampuku, aku mengantuk saat shalat hingga terbangun, tiba-tiba aku berada dihadapan Rabbku AzzaWaJalla dalam wujud yang paling indah. Ia berfirman; 'Hai Muhammad! Tahukah kau apa yang diperdebatkan oleh para malaikat tertinggi? ' aku menjawab; Aku tidak tahu Rabb. Ia berfirman, 'Hai Muhammad! Tahukah kau apa yang diperdebatkan oleh para malaikat tertinggi? ' aku menjawab; Aku tidak tahu Rabb. Lalu aku melihatNya meletakkan telapak tanganNya diatas pundakku hingga aku rasakan dinginnya jari-jemariNya di dadaku hingga segala sesuatu terlihat olehku dan aku mengetahui. Ia berfirman, 'Hai Muhammad! Tahukah kau apa yang diperdebatkan oleh para malaikat tertinggi? ' aku menjawab; Tentang penghapus-penghapus dosa. Ia berfirman, 'Penghapus-penghapus dosa apa? ' Aku berkata; Langkah kaki menuju shalat jum'at, duduk di masjid setelah shalat, menyempurnakan wudhu saat-saat tidak disukai.' Ia berfirman, 'Apa itu derajat? ' aku menjawab; Memberikan makanan, tutur kata yang lembut, shalat saat orang-orang tidur. Ia berfirman, 'Memintalah.' Aku berkata, 'Ya Allah! Aku memintaMu perbuatan-perbuatan baik, meninggalkan kemungkaran, mencintai orang-orang miskin, mengampuniKu, merahmatiKu, bila Kau hendak menyiksa suatu kaum, maka wafatkanlah aku tanpa terkena siksaan, aku meminta cintaMu, cinta orang yang mencintaiMu, cinta amalan yang mendekatkanku pada cintaMu." Kemudian Rasulullah SAW bersabda; "Sesungguhnya itu adalah haq, maka pelajarilah." (HR. Ahmad: 21093)
27. Berdoa Agar Dijadikan Sebagai Orang Yang Mencintai Allah, Malaikat, Rasul Dan Orang Shalih
Di dalam kitab Hilyatul Aulia Atsar nomor 1134 dan Sunan Baihaqi Kabir 11602 disebutkan doa agar dijadikan sebagai orang yang mencintai Allah;
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ الْمُنْذِرِ، ثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ الْحَوْضِيُّ، ثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ نَافِعٍ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، كَانَ يَدْعُو عَلَى الصَّفَا: " اللهُمَّ اعْصِمْنِي بِدِينِكَ وَطَوَاعِيَتِكَ وَطَوَاعِيَةِ رَسُولِكَ، اللهُمَّ جَنِّبْنِي حُدُودَكَ، اللهُمَّ اجْعَلْنِي مِمَّنْ يُحِبُّكَ، وَيُحِبُّ مَلَائِكَتَكَ، وَيُحِبُّ رُسُلَكَ، وَيُحِبُّ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ، اللهُمَّ حَبِّبْنِي إِلَيْكَ، وَإِلَى مَلَائِكَتِكَ، وَإِلَى رُسُلِكَ، وَإِلَى عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ، اللهُمَّ يَسِّرْنِي لِلْيُسْرَى، وَجَنِّبْنِي الْعُسْرَى، وَاغْفِرْ لِي فِي الْآخِرَةِ وَالْأُولَى، وَاجْعَلْنِي مِنْ أَئِمَّةِ الْمُتَّقِينَ، اللهُمَّ إِنَّكَ قُلْتَ: {ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]، وَإِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ، اللهُمَّ إِذْ هَدَيْتَنِي لِلْإِسْلَامِ فَلَا تَنْزِعْنِي مِنْهُ، وَلَا تَنْزِعْهُ مِنِّي حَتَّى تَقْبِضَنِي وَأَنَا عَلَيْهِ «. كَانَ يَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ مَعَ دُعَاءٍ لَهُ طَوِيلٌ عَلَى الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَبِعَرَفَاتٍ، وَيَجْمَعُ بَيْنَ الْجَمْرَتَيْنِ، وَفِي الطَّوَافِ» رَوَاهُ أَيُّوبُ، عَنْ نَافِعٍ، مِثْلَهُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya ibnu Al Mundiri, telah menceritakan kepada kami Hafsh ibnu Umar Al Haudzy, telah menceritakan kepada kami Hamam ibnu Yahya, dari Nafi’, bahwa ibnu Umar berdoa di Shafa: “Ya Allah jadikanlah kami berpegang teguh dengan Agamamu dan aku menjadi taat kepadamu dan taat kepada rasul-Mu, Ya Allah selamatkanlah kami dari hukum-hukum-Mu, Ya Allah jadikanlah kami dari orang-orang yang mencintai-Mu, mencintai Malaikat-Malaikat-Mu, mencintai Rasul-rasul-Mu, mencintai hamba-hamba-Mu yang Shalih, Ya Allah cintakanlah kami kepada-Mu, kepada Malaika-Malaikat-Mu, kepada Rasul-rasul-Mu dan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih, Ya Allah mudahkanlah kami pada kemudahan, selamatkanlah kami dari kesulitan, ampunilah kami di akhir dan permulaan dan jadikanlah kami bagian dari pemimpin orang-orang bertaqwa, Ya Allah sesungguhnya Engkau telah bersabda: “Mohonlah kepada-Ku makan akan Aku perkenankan” (Ghafir: 60) dan sesungguhnya Engkau tidak menyelisihi janji, Ya Allah jika engkau telah memberi petunjuk kepada kami untuk berislam, maka janganlah engkau memisahkan kami darinya, dan jangan engkau pisahkan Islam dari kami hingga Engkau menjaga kami dan kami ada di dalamnya, beliau berdoa dengan doa ini dengan yang Panjang di atas Shafa, Marwa dan Arafah, dan Bersama-sama di antara dua Jumrah, dan di saat Thawaf, diriwayatkan oleh Ayub dari Nafi, yang semisal dengannya. (Abu Nu’aim, Hilyatul Aulia Atsar nomor 1134)
وَأَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ : مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ دَاوُدَ الْعَلَوِىُّ رَحِمَهُ اللَّهُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ شُعَيْبٍ الْبَزْمَهْرَانِىُّ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَفْصِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنِى إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ أَبِى تَمِيمَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ عَلَى الصَّفَا : اللَّهُمَّ اعْصِمْنَا بِدِينِكَ وَطَوَاعِيَتِكَ وَطَوَاعِيَةِ رَسُولِكِ وَجَنِّبْنَا حُدُودَكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا نُحِبُّكَ وَنُحِبُّ مَلاَئِكَتَكَ وَأَنْبِيَاءَكَ وَرُسُلَكَ وَنُحِبُّ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ اللَّهُمَّ حَبِّبْنَا إِلَيْكَ وَإِلَى مَلاَئِكَتِكَ وَإِلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَإِلَى عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ اللَّهُمَّ يَسِّرْنَا لِلْيُسْرَى وَجَنِّبْنَا الْعُسْرَى وَاغْفِرْ لَنَا فِى الآخِرَةِ وَالأُولَى وَاجْعَلْنَا مِنْ أَئِمَّةِ الْمُتَّقِينَ.
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abu al-Hasan: Muhammad bin al-Husain bin Dawud al-Alawi rahimahullah, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin Syu'aib al-Bazmahraani, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hafsh bin Abdullah, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Thahman dari Ayyub bin Abi Tamimah, dari Nafi', dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu bahwa dia (Ibnu Umar) biasa berdoa di atas Shafa” Ya Allah, peliharalah kami dengan agamamu, dengan ketaatan kepada-Mu, dan ketaatan kepada Rasul-Mu. Jauhkanlah kami dari batasan-batasan-Mu. Ya Allah, jadikan kami mencintai-Mu, mencintai malaikat-Mu, nabi-nabi-Mu, rasul-rasul-Mu, dan hamba-hamba-Mu yang saleh. Ya Allah, jadikanlah kami dicintai oleh-Mu, oleh malaikat-Mu, oleh nabi-nabi-Mu, oleh rasul-rasul-Mu, dan oleh hamba-hamba-Mu yang saleh. Ya Allah, mudahkanlah kami menuju kebaikan dan jauhkanlah kami dari kesulitan. Ampunilah kami di akhirat dan di dunia, dan jadikan kami termasuk pemimpin orang-orang yang bertakwa”(HR. Baihaqi, Sunan Baihaqi Kabir 11602)
Berdasar pembahasan yang telah dikemukakan di atas dapat diperoleh pengertian bahwa taqwa di level mahabbah adalah kesadaran qalbu untuk memprioritaskan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga segala ketaatan untuk mengerjakan amal kebaikan, dilakukan atas dasar kesadaran cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Beribadah kepada Allah atas dasar mencintainya lebih mulia di sisi Allah dari beribadah kepada Allah karena mengharap pahalanya atau takut dosanya, hal tersebut didasari pernyataan yang terdapat di dalam kitab Hilyatul Aulia nomor 15043;
قَالَ: وَسَمِعْتُ السَّاجِيَّ يَقُولُ: " لَوْ لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ ثَوَابٌ يُرْجَى وَلَا عِقَابٌ يُخْشَى لَكَانَ أَهْلًا أَنْ يُطَاعَ فَلَا يُعْصَى، وَيُذْكَرَ فَلَا يُنْسَى بِلَا رَغْبَةٍ فِي ثَوَابٍ وَلَا رَهْبَةٍ مِنْ عِقَابٍ، وَلَكِنْ لِحُبِّهِ وَهِيَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ، أَمَا تَسْمَعُ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ يَقُولُ: {وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى} [طه: 84] فَانْتَظَمَ الثَّوَابُ وَالْعِقَابُ لِأَنَّ مَنْ عَبَدَ اللَّهَ عَلَى حُبِّهِ أَشْرَفُ عِنْدَ اللَّهِ مِمَّنْ عَمِلَ عَلَى خَوْفِهِ، وَمَثَلُ ذَلِكَ فِي الدُّنْيَا أَيْنَ مَنْ أَطَاعَكَ عَلَى خَوْفٍ مِنْكَ؟ "
Artinya: Berkata, dan aku mendengan As Sajiyu berkata: Seandainya tidak ada pahala dari Allah yang diharapkan, dan tidak ada hukuman yang ditakuti, maka tidak ada yang ditaati dan didurhakai, dan mengingat dan tidak melupakan tanpa mengharap pahala, dan tidak menjaga diri dari hukuman, akan tetapi karena mencintai-nya adalah lebih tinggi derajatnya, adapun Musa AS berkata: Dan aku bersegera kepada-Mu agar engkau ridha (Thaha: 84) maka terkontrolah pahala dan hukuman sebab orang yang menyembah Allah karena mencintainya lebih mulia kedudukannya di sisi Allah dibandingkan orang yang mengerjakannya karena takut, dan perumpamaan untuk itu di dunia adalah siapapun yang taat kepadamu karena takut kepadamu. (Abu Nuaim, Hilyatul Aulia: 15043)
Ketaqwaan di level mahabbah akan mendorong orang untuk memiliki rasa cinta kepada semua makhluq Allah, mencintai syariat; aturan; hukum Allah, mencintai taqdir; ketentuan; ketetapan; kekuasaan Allah, mencintai perbuatan baik, hingga tumbuh kesadaran dalam melakukan amal dan kebaikan dilakukan atas dasar kesadaran cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dengan demikian kesadaran taqwa di level mahabbah ini, tidak menjadikan cintanya kepada Allah dan Rasulnya, sebagai penghalang untuk banyak berbuat baik kepada manusia, tetapi kesadaran taqwa di level mahabbah justru akan dapat mendorong manusia untuk melakukan sebanyak-banyaknya kebaikan, yang dilakukannya karena terdorong kecintaannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah sallallahu ‘alahi wa salam sekaligus untuk meraih cinta Allah dan Rasul-Nya.
Doa Mohon Dijadikan Cinta Kepada Allah
اللهُمَّ اجْعَلْنِي مِمَّنْ يُحِبُّكَ، وَيُحِبُّ مَلَائِكَتَكَ، وَيُحِبُّ رُسُلَكَ، وَيُحِبُّ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ، اللهُمَّ حَبِّبْنِي إِلَيْكَ، وَإِلَى مَلَائِكَتِكَ، وَإِلَى رُسُلِكَ، وَإِلَى عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
Ya Allah jadikanlah kami dari orang-orang yang mencintai-Mu, mencintai Malaikat-Malaikat-Mu, mencintai Rasul-rasul-Mu, mencintai hamba-hamba-Mu yang Shalih, Ya Allah cintakanlah kami kepada-Mu, kepada Malaika-Malaikat-Mu, kepada Rasul-rasul-Mu dan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih
(Abu Nu’aim, Hilyatul Aulia Atsar nomor 1134)
Dalam pencarian kata di dalam Al Quran dengan kata dasar Haababa, menggunakan Aplikasi Zekr 1.1.0 ditemukan 95 kata di 85 ayat, di antara 95 kata yang diketemukan tersebut, kami dapat menglasifikasikan ke dalam; Hikmah Mahaahabbah, Keuntungan orang yang Mahabbah, Karakter orang yang Mahabbah dan Taqwa di tingkat Mahabbah, pengklasifikasian ditambah dengan Hadits-Hadits terkait.
Hasil penelitian ini kami hadiahkan untuk seluruh umat Islam di manapun berada , agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam memahami dan mengamalkan Taqwa secara menyeluruh.
Hadiah dapat didownload di tombol hadiah, In Syaa Allah bermanfaat ...
TAZKIYA INSTITUTE
Membangun Negeri Yang Diberkahi Dengan Pendidikan Taqwa
Pastikan Anda mengambil bagian untuk menjadikan penduduk Negeri RI beriman dan bertaqwa. Pelajari, pahami dan amalkan dengan hati, sebarkan kepada sesama umat Islam dengan penuh rasa cinta, sebagai bukti cinta Anda kepada Allah, Rasul dan ajarannya, Niscaya Allah dan Rasulnya mencintai Anda dan Negeri RI diberkahi Allah SWT.
© 2025. Tazkiya Media Departement

