• + 5. TAQWA TINGKAT IHSAN

Ihsan berasal dari akar kata Hasana-yuhsinu-hasanatan; yang baik, bagus, manis, tampan, cantik, molek, indah dan ditambah satu huruf hamzah menjadi Ahsana-yuhsinu-ihsanan artinya: berbuat baik, melakukan dengan baik, melampaui, mengetahui dengan baik, dalam pencarian kata ihsan di dalam Al Quran menggunakan aplikasi Al Quran Zekr 1.1, berdasar pencarian kata dasar hasana ditemukan kata 194 kata di 177 ayat.

Ayat-ayat tersebut ditambah dengan hadits-hadits Rasulullah yang berkaitan dengan ihsan akan diklasifikasikan dan dianalisa untuk dapat memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang keihsanan, sehingga ihsan dapat diamalkan menjadi sebuah bentuk ketaqwaan di tingkat ihsan.

Di dalam Al Quran Surat An-Nahl Ayat 90 ditegaskan bahwa Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan berbuat ihsan

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Di dalam kitab Shahih Muslim hadis nomor 9, disebutkan bahwa ketika Rasulullah ditanya oleh malaikat Jibril tentang Ihsan, beliau menjawab bahwa Ihsan adalah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika tidak, maka sesungguhnya Dia melihatmu;

قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Artinya: Dia bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu? ' Beliau menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu."(HR. Muslim: 9)

Ihsan adalah melihat Sifat, Asma’ Atau Af’al Allah bukan melihat Dzat-Nya sebab di dalam kitab Shahih Muslim hadits nomor 261 digambarkan bahwa ketika Rasulullah ditanya 'Apakah kamu melihat Rabbmu? ' Beliau menjawab, 'Hanya cahaya, bagaimana mungkin aku bisa melihatNya;

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ رَأَيْتَ رَبَّكَ قَالَ نُورٌ أَنَّى أَرَاهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dari Yazid bin Ibrahim dari Qatadah dari Abdullah bin Syaqiq dari Abu Dzar dia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ, 'Apakah kamu melihat Rabbmu? ' Beliau menjawab, 'Hanya cahaya, bagaimana mungkin aku bisa melihatNya. (HR. Muslim: 261)

Al Quran Surat Fathir/ 35: 28, menggambarkan bahwa orang-orang yang khasyah; kesadaran spiritual karena Allah adalah hamba-hambanya yang memiliki pengetahuan; mengenal-Nya;

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالأنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Artinya:“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir/ 35: 28)

Di dalam Al Quran Surat Al-Qasas/ 28: 77, ditegaskan perintah untuk berbuat ihsan sebagaimana Allah telah berbuat ihsan kepadamu;

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. Al-Qasas/ 28: 77)

Berdasar tiga ayat Al Quran dan satu Hadits di atas dapat diperoleh pengertian bahwa ihsan adalah: kesadaran spiritual untuk berbuat kebaikan yang sesuai ajaran Islam, karena dorongan kesadaran melihat atau dilihat Allah dengan penuh keyakinan bahwa Allah adalah sumber segala kebaikan.

Untuk dapat memperoleh gambaran menyeluruh tentang ihsan maka berikut ini akan dikemukakan pembahasan tentang; hikmah ihsan, keuntungan orang yang berbuat ihsan, karakter ihsan dan taqwa di tingkat ihsan;

Tidak semua perbuatan baik langsung bernilai ihsan, perbuatan baik hanya akan bernilai ihsan jika dilakukan atas dasar ketaqwaan, ketika kata taqwa berdampingan dengan ihsan (atau sebaliknya) yang keduanya dihubungkan dengan huruf athaf, maka dapat difahami bahwa kedua perbuatan memiliki kedudukan yang sama, artinya taqwa dan ihsan merupakan perbuatan yang dilakukan bersamaan, atau juga dapat dikatakan bahwa keduanya sebenarnya merupakan satu perbuatan, yaitu perbuatan baik yang dilakukan karena taqwa.

Dengan demikian ayat Al Quran surat An Nahl/ 16: 128 berikut dapat difahami bahwa sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang bertaqwa yang berbuat baik;

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

Artinya: Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Al Anfal/ 16: 128)

Berikut akan dikemukakan beberapa ayat Al Quran maupun Hadits Nabi Muhammad SAW, untuk dapat memberikan gambaran tentang ketaqwaan di tingkat ihsan;

1. Tetap Mentaati Allah Dan Rasulnya

Di dalam Al Quran surat Ali-'Imran/ 3: 172 digambarkan bahwa orang-orang yang mentaati Allah dan Rasulnya meski dalam keadaan berat, disebut sebagai orang-orang yang berbuat ihsan dan bertaqwa, dan mereka akan diberi pahala yang besar;

الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.(QS. Ali-'Imran/ 3: 172)

2. Menyembah Allah Seakan Melihat-Nya, Menjadi Orang Asing Atau Penyebrang Jalan

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 5881 digambarkan perintah untuk menyembah Allah seakan melihatnya;

حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ أَخْبَرَنِي عَبْدَةُ بْنُ أَبِي لُبَابَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبَعْضِ جَسَدِي فَقَالَ اعْبُدْ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ وَكُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abul Mughirah telah menceritakan kepada kami Al Auza'i telah mengabarkan kepadaku Abdah bin Abi Lubabah dari Abdullah bin Umar dia berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam memegang sebagian badanku lalu beliau bersabda: "Beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jadilah kamu di dunia ini seolah-seolah seperti orang asing, atau seorang musafir yang kehabisan bekal." (HR. Ahmad: 5881)

3. Menyadari Bahwa Al Quran Sebagai Petunjuk Dan Rahmat Allah Untuknya

Di dalam Al Quran surat Luqman/ 31: 1-3 tergambar bahwa ayat-ayat Al Quran yang penuh hikmah dapat menjadi petunjuk dan kasih sayang bagi orang-orang yang berbuat kebaikan;

الم , تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ, هُدًى وَرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِينَ .

Artinya: alif lam mim. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hikmah menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,(QS. Luqman/ 31: 1-3)

4. Mengakui Bahwa Al Quran Adalah Kebaikan

Al Quran surat An-Nahl/ 16: 30 mengandung pengertian bahwa orang bertaqwa mengakui bahwa Al Quran sebagai kebaikan, dinilai Allah sebagai orang yang taqwa di tingkat ihsan, sehingga akan mendapatkan balasan kebaikan;

وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ

Artinya: Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertaqwa,(QS. An-Nahl/ 16: 30)

5. Bertaqwa Dan Berbuat Baik Di Dunia

Al Quran surat Az-Zumar/ 39: 10 mengandung pengertian bahwa perintah kepada orang beriman untuk bertaqwa kepada Allah, dengan ketaqwaan yang diterapkan dengan berbuat kebaikan di dunia; ihsan, sehingga Allah akan memberikan balasan dengan kebaikan di akhirat;

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertaqwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.(QS. Az-Zumar/ 39: 10)

6. Bertaqwa Dan Beriman Kemudian Bertaqwa Dan Berihsan

Di dalam Al Quran surat Al-Maidah/ 5: 93 disebutkan beriringan bertaqwa dan beriman kemudian dan beramal shalih kemudian beriman dan bertaqwa kemudian bertaqwa dan berihsan;

لَيْسَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جُنَاحٌ فِيمَا طَعِمُوا إِذَا مَا اتَّقَوْا وَآمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ثُمَّ اتَّقَوْا وَآمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا وَأَحْسَنُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(HR. Al-Maidah/ 5: 93)

7. Membaca Al Quran Dengan Bersedih

Di dalam kitab Mujam Thabarani Kabir hadits nomor 13147 dinyatakan bahwa orang yang terbaik bacaan Al Qurannya adalah orang yang bila membaca Al Quran merasa sedih;

حدثنا عثمان بن صالح ثنا أبي ثنا ابن لهيعة عن عمرو بن دينار عن طاوس عن ابن عباس : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : إن أحسن الناس قراءة من إذا قرأ يتحزن

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Utsman ibnu Shalih telah menceritakan kepada kami Ayahku, telah menceritakan kepada kami ibnu Luhai’ah dari Amru ibnu Dinar dari Thawus dari ibnu Abas: Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya orang yang paling bagus bacaan Al Qurannya adalah orang yang bila membaca Al Quran merasa sedih”

8. Membaca Al Quran Dengan Merasa Takut Dengan Allah Azza Wa Jalla

Di dalam kitab Syuabul Iman Baihaqi hadits nomor 2248 dinyatakan bahwa orang yang paling bagus bacaanya Al Qurannya adalah Orang yang bila membaca Al Quran tampak bahwa dia merasa takut dengan Allah Azza wa Jalla;

فَقَدْ أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، حدثنا أَبُو جَعْفَرٍ أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْحَافِظُ، حدثنا -[466]- مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ التَّنُوخِيُّ، حدثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَمْرٍو الْبَجَلِيُّ، حدثنا مِسْعَرٌ، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ، عَنْ طَاوُوسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْسَنُ النَّاسِ قِرَاءَةً؟ قَالَ: " مَنْ إِذَا قَرَأَ رَأَيْتَ أَنَّهُ يَخْشَى اللهَ عَزَّ وَجَلَّ "

Artinya: Telah megabarkan kepada kami Abu Abdillah Al hafidz, telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far Ahmad ibnu Ubaidin Al Hafidz, telah menceritakan kepada kamiMuhammad ibnu Ishaq At Tanuhi, telah menceritakan kepada kamiIsmail ibnu Amrin Al Bajali, telah menceritakan kepada kami Mis’ar, dari Abdil Karim, dari Thawus, dari ibnu Abas, berkata: Nabi Muhammad SAW ditanya “ Siapa orang yang paling bagus bacaanya Al Qurannya ?”, berliau Bersabda: “ Orang yang bila membaca Al Quran tampak bahwa dia merasa takut dengan Allah Azza wa Jalla”. (HR. Baihaqi: 2248)

9. Membaca Al Quran Dengan Bagus

Di dalam kitab Musnad Bazzar hadits nomor 7216 dinyatakan bahwa Segala sesuatu memiliki hiasan dan hiasan Al Quran adalah suara yang bagus;

حَدَّثنا سَلَمَةُ بْنُ شَبِيب، حَدَّثنا عَبد الرَّزَّاق، حَدَّثنا عَبد اللَّهِ بْنُ الْمُحَرَّرِ، عَن قَتادة، عَن أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُول اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّم: لِكُلِّ شَيْءٍ حِلْيَةٌ وَحِلْيَةُ الْقُرْآنِ الصوت الحسن.

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Salamh ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami Abdu Ar Razaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muharrar, dari Qatadah, dari anas, berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Segala sesuatu memiliki hiasan dan hiasan Al Quran adalah suara yang bagus”. (HR. Bazzar: 7216)

10. Berqurban Yang Didasari Ketaqwaan Diterima Sebagai Amal Yang Ihsan

Di dalam Al Quran surat Al Hajj/ 22: 37 tergambar bahwa orang-orang yang berqurban didasari ketaqwaan, diterima amalnya sebagai orang yang berbuat baik; ihsan;

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Hajj/ 22: 37)

11. Mengambil Pelajaran Dari Nama-Nama Allah

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah hadits nomor 3905 disebutkan perintah untuk mengambil pelajaran dengan nama-nama Allah;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ يَزِيدَ الرَّقَاشِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْتَبِرُوهَا بِأَسْمَائِهَا وَكَنُّوهَا بِكُنَاهَا وَالرُّؤْيَا لِأَوَّلِ عَابِرٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Yazid Ar Raqasy dari Anas bin Malik dia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda: "Ambillah pelajaran dengan nama-namanya dan pakailah kunyah dengan menggunakan kunyahnya, dan mimpi adalah ta'bir yang pertama." (HR. Ibnu Majah: 3905)

12. Bermohon Kepada Allah Dengan Menyebut Asmaul Husna

Di dalam Surat Al-A’raf/ 7: 180, dijelaskan bahwa Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu;

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.(QS. Al-A’raf/ 7: 180)

Menyebut asmaaul husna berarti mengakui kebaikan Allah yang tergambar dengan nama-nama asmaul husnanya Allah.

13. Menjaga Asmaul Husna

Di dalam kitab Shahih Bukhari hadis nomor 6843, disebutkan Bahwa Allah memiliki 99 nama 100-1, barang siapa menjaganya masuk surga;

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ { أَحْصَيْنَاهُ } حَفِظْنَاهُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Abul Yaman] Telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] telah menceritakan kepada kami [Abuz Zinad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, siapa yang meng ahsha nya, maka ia masuk surga." Dan makna meng-ihsha' adalah menjaga sebagaimana firman Allah: Ahshainaa (Kami menjaganya) (Qs. Yasin: 12).

Seseorang yang qalbunya telah memiliki kesadaran spiritual ihsan, akan memiliki komitmen untuk menegakkan semua nilai-nilai kebaikan yang ada di dalam asmaul husna di dalam kehidupannya, sehingga terdorong untuk berbuat; amar ma’ruf nahi munkar, disiplin, tanggung jawab, shidiq, tabligh, amanah dan fathanah. hal ini selaras dengan hadits di atas “Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, siapa yang mengahshanya (menjaganya), maka ia masuk surga. Menjaga bukan hanya menghafalnya tetapi juga memahami dan mengamalkan; mengaplikasikan nilainya tersebut dalam pekerjaannya.

14. Berlaku Jujur, Karena Kejujuran Itu Akan Membimbing Kepada Kebaikan.

Aplikasi nilai ihsan yang utama adalah kejujuran karena kejujuran akan membimbing kepada kebaikan-kebaikan, dan kebaikan akan mebimbing ke surga, sebagaimana dijelaskan dalam Kitab hadits Shahih Muslim hadis nomor 4721;

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin 'Abdullah bin Numair]; Telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah] dan [Waki'] keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Al A'masy]; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib]; Telah menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah]; Telah menceritakan kepada kami [Al A'masy] dari [Syaqiq] dari ['Abdullah] dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.(HR. Muslim: 4721)

Di dalam kitab Sunan Tirmidzi hadits nomor 2442 disebutkan bahwa tanda dari kejujuran adalah ketenangan dan tanda dusta keraguan keraguan, maka tinggalkan keraguan menuju kepada ketidak raguan;

حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ أَبِي الْحَوْرَاءِ السَّعْدِيِّ قَالَ قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ مَا حَفِظْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Musa Al Anshari telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Buraid bin Abu Maryam dari Abu Al Haura` As Sa'di berkata: Aku bertanya kepada Al Hasan bin Ali: Apa yang kau hafal dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam? Ia menjawab: Aku menghafal dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam: "Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan." (HR. Sunan Tirmidzi 2442)

15. Bertindak Secara Lurus, Mendekat (Pada Kebenaran) Dan Bergembira

Di dalam kitab Shahih Ibnu Hibban hadits nomor 113 disenutkan peringatan untuk bertindak secara lurus, mendekatlah (pada kebenaran) dan bergembiralah;

سَمِعْتُ أَبَا خَلِيفَةَ، يَقُولُ‏:‏ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ بَكْرِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ مُسْلِمٍ، يَقُولُ‏:‏ سَمِعْتُ الرَّبِيعَ بْنَ مُسْلِمٍ، يَقُولُ‏:‏ سَمِعْتُ مُحَمَّدًا، يَقُولُ‏:‏ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ‏:‏ مَرَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رَهْطٍ مِنْ أَصْحَابِهِ وَهُمْ يَضْحَكُونَ، فَقَالَ‏:‏ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً، وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ، فَقَالَ‏:‏ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ لَكَ‏:‏ لِمَ تُقَنِّطُ عِبَادِي‏؟‏ قَالَ‏:‏ فَرَجَعَ إِلَيْهِمْ فَقَالَ‏:‏ سَدِّدُوا، وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا‏.‏ قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ‏:‏ سَدِّدُوا يُرِيدُ بِهِ‏:‏ كُونُوا مُسَدَّدِينَ، وَالتَّسْدِيدُ‏:‏ لُزُومُ طَرِيقَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاتِّبَاعُ سُنَّتِهِ‏.‏ وَقَوْلُهُ‏:‏ وَقَارِبُوا يُرِيدُ بِهِ‏:‏ لاَ تَحْمِلُوا عَلَى الأَنْفُسِ مِنَ التَّشْدِيدِ مَا لاَ تُطِيقُونَ، وَأَبْشِرُوا، فَإِنَّ لَكُمُ الْجَنَّةَ إِذَا لَزِمْتُمْ طَرِيقَتِي فِي التَّسْدِيدِ، وَقَارَبْتُمْ فِي الأَعْمَالِ‏.‏

Artinya: Aku mendengar Abu Khalifah berkata: Aku mendengar Abdurrahman bin Bakar bin Ai-Rabi’ bin Muslim berkata: Aku mendengar Ar-Rabi’ bin Muslim berkata Aku mendengar Muhammad berkata: Aku mendengar Abu Hurairah berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melewati sekelompok sahabatnya tengah tertawa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bersabda; "Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui tentu kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." Jibril kemudian mendatanginya seraya berkata, "Sesungguhnya Allah berfirman kepadamu; 'Kenapa engkau membuat hamba- hamba-Ku berputus asa’. Abu Hurairah bertutur, “Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali menghampiri mereka dan bersabda,' Bertindaklah secara lurus, mendekatlah (pada kebenaran) dan bergembiralah’.” [3:66] Abu Hatim berkata: “Berlakulah lurus,” yang dimaksud adalah jadilah orang-orang yang berlaku lurus dengan tetap meneladani cara dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Dan mendekatilah,” maksudnya adalah jangan membebani sesuatu pun yang tidak mampu dikerjakan oleh diri, dan bergembiralah sebab kalian akan mendapatkan surga jika kalian tetap meneladani caraku dalam bertindak lurus dan jika kalian tidak terlalu membebani diri dalam beramal. (HR. Ibnu Hibban: 113)

16. Tetangganya Menilai Sebagai Orang Baik

Di dalam kitab Shahih Ibnu Hibban hadits nomor 525 dinyatakan bahwa kamu adalah orang baik jika tetanggamu mengatakan kamu orang baik;

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي عَوْنٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَبُو قُدَيْدٍ عُبَيْدُ اللهِ بْنُ فَضَالَةَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَجُلٌ‏:‏ يَا رَسُولَ اللهِ مَتَى أَكُونُ مُحْسِنًا‏؟‏ قَالَ‏:‏ إِذَا قَالَ جِيرَانُكَ‏:‏ أَنْتَ مُحْسِنٌ، فَأَنْتَ مُحْسِنٌ، وَإِذَا قَالُوا‏:‏ إِنَّكَ مُسِئٌ، فَأَنْتَ مُسِئٌ‏.‏

Artinya: Muhammad bin Ahmad bin Abu Aun mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Qudaid Ubaidillah bin Fadhalah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, dari Ma’mar, dari Manshur, dari Abu Wa'il, dari Abdullah, ia berkata: Seseorang bertanya: Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kapankan aku dapat dikatakan orang yang baik? Beliau menjawab, “Apabila tetanggamu berkata: “Kamu orang baik”, maka kamu adalah orang baik. Dan apabila mereka berkata: “Sesungguhnya kamu orang yang jahat ” maka kamu adalah orang jahat”302 [3: 66] ((HR. Ibnu Hibban: 525)

17. Senantiasa Berbuat Kebaikan

Di dalam kitab Shahih Ibnu Hibban hadits nomor 536 digambarkan bahwa Allah berterima kasih kepada orang yang berbuat baik dengan memberikannya ampunan

أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ سِنَانٍ، قَالَ‏:‏ أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ سُمَيٍّ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ‏:‏ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَذَهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ، فَغَفَرَ لَهُ‏.‏قَالَ أَبُو حَاتِمٍ‏:‏ اللَّهُ جَلَّ وَعَلاَ أَجَلُّ مِنْ أَنْ يَشْكُرَ عَبِيدَهُ، إِذْ هُوَ الْبَادِئُ بِالْإحْسَانِ إِلَيْهِمْ، وَالْمُتَفَضِّلُ بِإتْمَامِهَا عَلَيْهِمْ، وَلَكِنَّ رِضَا اللهِ جَلَّ وَعَلاَ بِعَمَلِ الْعَبْدِ عَنْهُ يَكُونُ شُكْرًا مِنَ اللهِ، جَلَّ وَعَلاَ عَلَى ذَلِكَ الْفِعْلِ‏.‏

Umar bin Sa’id bin Sinan mengabarkan kepada kami, ia berkata, Ahmad bin Abu Bakar mengabarkan kepada kami, dari Malik, dari Sumayy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ketika seorang sedang berjalan di sebuah jalan, tiba-tiba ia menemukan ranting berduri dan ia (pun) menyingkirkannya. Maka Allah berterima kasih kepadanya kemudian memberikan ampunan untuknya. ” 314 Abu Hatim berkata: Allah Jalla wa ‘Alaa‘ lebih cepat di dalam mensyukuri hamba-Nya. Karena la adalah Al Mubdi’u (Yang Maha Memulai) dengan perbuatan baik terhadap mereka. Dan yang memberikan keutamaan kepada mereka. Dan Ridha Allah SWT terhadap perbuatan baik seorang hamba merupakan bentuk Syukur Allah SWT. [1:2] (HR. Ibnu Hibban: 536)

18. Berbuat Baik Denga Menggunakan Surat Al Fatihah Untuk Ruqyah

Di dalam kitab Sunan Abu Daud hadits nomor 3401 digambarkan sahabat Nabi dianggap berbuat kebaikan dengan meruqyah menggunakan Surat Al Fatihah;

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَهْطًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْطَلَقُوا فِي سَفْرَةٍ سَافَرُوهَا فَنَزَلُوا بِحَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ فَهَلْ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ شَيْءٌ يَنْفَعُ صَاحِبَنَا فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ نَعَمْ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرْقِي وَلَكِنْ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَأَبَيْتُمْ أَنْ تُضَيِّفُونَا مَا أَنَا بِرَاقٍ حَتَّى تَجْعَلُوا لِي جُعْلًا فَجَعَلُوا لَهُ قَطِيعًا مِنْ الشَّاءِ فَأَتَاهُ فَقَرَأَ عَلَيْهِ أُمَّ الْكِتَابِ وَيَتْفُلُ حَتَّى بَرَأَ كَأَنَّمَا أُنْشِطَ مِنْ عِقَالٍ قَالَ فَأَوْفَاهُمْ جُعْلَهُمْ الَّذِي صَالَحُوهُمْ عَلَيْهِ فَقَالُوا اقْتَسِمُوا فَقَالَ الَّذِي رَقَى لَا تَفْعَلُوا حَتَّى نَأْتِيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَسْتَأْمِرَهُ فَغَدَوْا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرُوا لَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَيْنَ عَلِمْتُمْ أَنَّهَا رُقْيَةٌ أَحْسَنْتُمْ اقْتَسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Abu Bisyr dari Abu Al Mutawakkil dari Abu Sa'id Al Khudri bahwa beberapa sahabat Nabi ﷺ pergi dalam suatu perjalanan yang mereka lakukan. Kemudian mereka singgah di sebuah kampung Arab, sebagian penduduk kampung tersebut lalu berkata, "Sesungguhnya pemimpin kami tersengat, apakah salah seorang di antara kalian memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi sahabat kami tersebut?" Kemudian salah seorang dari para sahabat tersebut menjawab, "Ya. Demi Allah, sesungguhnya aku akan menjampi, akan tetapi kami telah meminta kalian agar menjamu kami namun kalian menolak untuk menjadikan kami sebagai tamu. Aku tidak akan menjampi hingga kalian memberikan hadiah kepadaku." Penduduk kampung tersebut kemudian memberikan hadiah sekumpulan kambing kepadanya, lalu sahabat tersebut datang kepada orang yang tersengat dan membacakan Surat Al Fatihah kepadanya, lalu meniupkan hingga orang tersebut sembuh seolah-olah telah terbebas dari ikatan." Abu Sa'id Al Khudri berkata, "Kemudian mereka memenuhi janjinya untuk memberikan hadiah kepada para sahabat sebagaimana yang mereka janjikan. Kemudian para sahabat berkata, "Bagilah kambing-kambing tersebut!" Lalu sahabat yang telah membacakan jampi mengatakan, "Kalian jangan melakukannya hingga kita datang kepada Rasulullah ﷺ dan minta pertimbangannya." Lalu mereka pergi menemui Rasulullah ﷺ dan menyebutkan hal tersebut kepada beliau. Rasulullah ﷺ lalu bersabda: "Dari mana kalian mengetahui bahwa Al Fatihah adalah jampi? Kalian telah berbuat baik, bagilah dan berilah aku bagian bersama kalian." (HR. Abu Daud: 3401)

19. Berpegang Teguh Pada Ikatan Yang Kuat

Di dalam Al Quran surat Luqman/ 31: 22 dinyatakan bahwa barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh;

وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ ﴿لقمان: ٢٢﴾

Artinya: Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Luqman/ 31: 22)

20. Memuji Para Sahabatku Dengan Kebaikan

Di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 172 disebutkan perintah untuk memuji para sahabatku dengan kebaikan;

حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ خَطَبَ عُمَرُ النَّاسَ بِالْجَابِيَةِ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِي مِثْلِ مَقَامِي هَذَا فَقَالَ أَحْسِنُوا إِلَى أَصْحَابِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ يَحْلِفُ أَحَدُهُمْ عَلَى الْيَمِينِ قَبْلَ أَنْ يُسْتَحْلَفَ عَلَيْهَا وَيَشْهَدُ عَلَى الشَّهَادَةِ قَبْلَ أَنْ يُسْتَشْهَدَ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَنَالَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمْ الْجَمَاعَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنْ الِاثْنَيْنِ أَبْعَدُ وَلَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ وَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ تَسُرُّهُ حَسَنَتُهُ وَتَسُوءُهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Abdul Malik Bin 'Umair dari Jabir Bin Samurah dia berkata; Umar berkhutbah di hadapan manusia di Jabiyah (suatu perkampungan di Damaskus) dan berkata; "Sesungguhnya Rasulullah ﷺ berdiri di tempat seperti tempatku ini kemudian beliau bersabda: "Pujilah oleh kalian para sahabatku dengan kebaikan, kemudian kepada orang-orang setelah mereka, kemudian kepada orang-orang setelah mereka, kemudian akan datang suatu kaum, salah seorang diantara mereka bersumpah sebelum diminta bersumpah dan bersaksi di atas persaksian sebelum diminta untuk bersaksi, barangsiapa diantara kalian yang ingin mendapatkan baunya syurga hendaklah dia berpegang teguh kepada Jama'ah, karena setan bersama orang yang sendirian sedangkan kepada dua orang akan menjauh, dan janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan wanita (yang bukan muhram) karena sesungguhnya orang yang ketiga darinya adalah setan, barangsiapa kebaikannya membuatnya senang dan kesalahannya membuat dia bersedih maka dia adalah seorang mukmin."(HR. Ahmad: 172)

21. Tidak Mencapai Tingkatan Taqwa Bila Tidak Meninggalkan Yang Mubah

Di dalam kitab Sunan Tirmidzi hadits nomor 2375 dinyatakan bahwa Seorang hamba tidak akan mencapai derajat orang-orang yang bertakwa hingga ia meninggalkan apa yang tidak mengapa (hal yang mubah)

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي النَّضْرِ حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيلٍ الثَّقَفِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَقِيلٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنِي رَبِيعَةُ بْنُ يَزِيدَ وَعَطِيَّةُ بْنُ قَيْسٍ عَنْ عَطِيَّةَ السَّعْدِيِّ وَكَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنْ الْمُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لَا بَأْسَ بِهِ حَذَرًا لِمَا بِهِ الْبَأْسُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Nadr, telah menceritakan kepada kami Abu Nadr, telah menceritakan kepada kami Abu Aqil ats-Tsaqafi Abdullah bin Aqil, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid, telah menceritakan kepada saya Rabi'ah bin Yazid dan 'Athiyyah bin Qais dari 'Athiyyah as-Sa'di, dan ia adalah salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seorang hamba tidak akan mencapai derajat orang-orang yang bertakwa hingga ia meninggalkan apa yang tidak mengapa (hal yang mubah) karena khawatir ada dosa di dalamnya." Abu 'Isa berkata: "Hadis ini hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini." (HR. Tirmidzi: 2375)

Di dalam kitab Mustadrak Imam Hakim hadits nomor 673 dinyatakan bahwa sebaik-baik agama kalian adalah wara

حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ عَفَّانَ الْعَامِرِيُّ، ثنا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ الْقَطَوَانِيُّ، ثنا حَمْزَةُ بْنُ حَبِيبٍ الزَّيَّاتُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنِ الْحَكَمِ، عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «فَضْلُ الْعِلْمِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ فَضْلِ الْعِبَادَةِ، وَخَيْرُ دِينِكُمُ الْوَرَعُ»

Artinya: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Al Hasan bin Ali bin Affan Al Amiri menceritakan kepada kami, Khalid bin Makhlad Al Qathawani menceritakan kepada kami, Hamzah bin Habib Az-Zayyat menceritakan kepada kami dari AJ A'masy, dari Al Hakam, dari Mush'ab bin Sa'ad bin Abi Waqqash, dari ayahnya, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, ”Keutamaan ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah wara.”(HR. Hakim, Mustadrak Imam Hakim: 673)

22. Belajar Dan Berusaha Memahami

Di dalam kitab Mujam Thabarani Kabir hadits nomor 20127 dinyatakan bahwa sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar, dan pemahaman (fiqh) itu diperoleh dengan memperdalam pemahaman;

حدثنا أحمد بن المعلى الدمشقي ثنا هشام بن عمار ثنا صدقة بن خالد ثنا عتبة بن أبي حكيم عمن حدثه عن معاوية قال سمعت : رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : ( يا أيها الناس إنما العلم بالتعليم والفقه بالتفقه ومن يرد الله به خيرا يفقهه في الدين وإنما يخشى الله من عباده العلماء )

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al-Mu'alla Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar, telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Khalid, telah menceritakan kepada kami Utbah bin Abi Hakim, dari seseorang yang menceritakan kepadanya, dari Mu'awiyah, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai manusia, sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan belajar, dan pemahaman (fiqh) itu diperoleh dengan memperdalam pemahaman. Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Dia akan memberinya pemahaman dalam agama. Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama." (HR. Thabarani, Mujam Thabarani Kabir: 20127)

23. Berdoa Mohon Segala Kebaikan Dan Mohon Perlindungan dari Segala Keburukan

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah 3836 disebutkan doa mohon segala kebaikan dan mohon perlindungan dari segala keburukan;

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ أَخْبَرَنِي جَبْرُ بْنُ حَبِيبٍ عَنْ أُمِّ كُلْثُومٍ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَّمَهَا هَذَا الدُّعَاءَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah, telah menceritakan kepadaku Jabr bin Habib dari Ummu Kultsum binti Abi Bakar dari Aisyah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkannya doa ini: "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dari segala kebaikan, baik yang segera maupun yang akan datang, yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan, baik yang segera maupun yang akan datang, yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dari kebaikan yang hamba-Mu dan nabi-Mu telah memohon kepada-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang hamba-Mu dan nabi-Mu telah memohon perlindungan kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu surga dan apa pun yang mendekatkan kepadanya baik perkataan atau perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa pun yang mendekatkan kepadanya baik perkataan atau perbuatan. Dan aku meminta kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap takdir yang Engkau tetapkan untukku sebagai kebaikan." (HR. Ibnu Majah: 3836)

24. Berdoa Mohon Kebaikan Dunia Dan Akhirat

Di dalam Al Quran surat Al Baqarah/ 2: 201 disebutkan doa orang yang memohon kebaikan di dunia maupun di akhirat dan di selamatkan dari apai neraka;

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Al Baqarah/ 2: 201)

25. Berdoa Agar Menjadi Orang Yang Bahagia Dengan Berihsan

Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah nomor 3810, juga di dalam kitab Musnad Ahmad hadits nomor 23832, 23967, 24374 dan 24828 disebutkan doa permohonan untuk dijadikan sebagai orang di antara orang-orang yang apabila berbuat baik mereka bergembira;

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ الَّذِينَ إِذَا أَحْسَنُوا اسْتَبْشَرُوا وَإِذَا أَسَاءُوا اسْتَغْفَرُوا

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dari Hammad bin Salamah dari Ali bin Zaid dari Abu Utsman dari 'Aisyah bahwa Nabi ﷺ mengucapkan do'a: "Ya Allah, jadikanlah aku di antara orang-orang yang apabila berbuat baik mereka meminta kabar gembira dan apabila berbuat jelek mereka meminta ampun."(HR. Ibnu Majah: 3810, HR. Ahmad: 23832, 23967, 24374 dan 24828)

Sedangkan di dalam kitab Doa Thabarani hadits nomor 1951 dinyatakan bahwa sebaik-baik umatku adalah orang yang jika berbuat buruk beristigfar, dan jika berbuat baik bergembira;

حدثنا أبو علاثة محمد بن أبي غسان الفرائضي المصري ، ثنا عبد الله بن يحيى بن معبد المرادي ، ثنا ابن لهيعة ، عن أبي الزبير ، عن جابر ، رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « خير أمتي الذين إذا أساءوا استغفروا ، وإذا أحسنوا استبشروا ، وإذا سافروا قصروا وأفطروا »

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Alatsah Muhammad ibnu Abi Ghasan Al Faraidhi Al Misri, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yahya ibnu Ma’bad Al Muradi, telah menceritakan kepada kami ibnu Luhai’ah, Dari Abi Zubair, dari Jabir RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “sebaik-baik umatku adalah orang yang jika berbuat buruk beristigfar, dan jika berbuat baik bergembira, dan jika bepergian menqashar dan tidak berpuasa”. (HR. Thabarani: 1951)

26. Berdoa Agar Dapat Berihsan

Di dalam kitab Doa Thabarani hadits nomor 1538 digambarkan bahwa Nabi Muhammad SAW banyak berdoa dengan ya Allah jadikan kami khasyah kepadamu seakan-akan kami melihatmu selamanya hingga berjumpa dengan-Mu;

حدثنا محمد بن علي بن الأحمر الناقد البصري ، وعبدان بن أحمد ، قالا : ثنا عمار بن طالوت بن عباد ، ثنا سهل بن حسان ، ثنا إبراهيم بن خثيم بن عراك بن مالك ، حدثني أبي ، عن جدي ، عن أبي هريرة ، رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان يُكثِرُ أنْ يدعوَ بهذا الدُّعاءِ اللَّهمَّ اجعَلْني أخشاكَ حتّى كأنِّي أراكَ أبدًا حتّى ألقاكَ وأسعِدْني بتقواكَ ولا تُشقِني بمعصيتِكَ وخِرْ لي في قضائِكَ وبارِكْ لي في قدَرِكَ حتّى لا أُحِبَّ تعجيلَ ما أخَّرْتَ ولا تأخيرَ ما عجَّلْتَ واجعَلْ غَنائي في نَفْسي وأمتِعْني بسَمْعي وبصَري واجعَلْهما الوارثَ منِّي وانصُرْني على مَن ظلَمني وأَرِني فيه ثَأْري وأقِرَّ بذلكَ عَيْني. قرة العين : هدوء العين وسعادتها ويعبر بها عن المسرة ورؤية ما يحبه الإنسان

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali ibnul Ahmar An Naqid Al Bashri, dan Abdan ibnu Ahmad, berkata: telah menceritakan kepada kami ‘Amar ibnu Thalut ibnu ‘Abad, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Khatsim ibnu ‘arak ibnu Malik, telah menceritakan kepada kami Ayahku, dari Kakekku, dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW bahwa beliau banyak berdoa dengan do’a ini, hampir-hampir tidak pernah meninggalkannya, beliau berdo’a: “Ya Allah jadikanlah aku takut kepada-Mu seakan-akan aku melihatmu selamanya hingga aku menjumpai-Mu, bahagiakan aku dengan taqwa kepada-Mu, dan jangan engkau sengsarakan aku dengan ma’siyat kepada-Mu, dan sungkurkanlah aku dengan qadha; ketetapan-Mu, dan berkahilah aku dalam qadar; ketentuan-Mu hingga engkau jadikan aku tidak suka untuk enkau segerakan apa yang engkau akhirkan, dan engkau jadikan tidak suka engkau akhirkan apa yang engkau segerakan, dan jadikanlah aku kaya dalam jiwaku, dan senangkanlah aku dengan pendengaranku dan penglihatanku, dan jadikanlah keduanya menjadi warisan untukku, dan tolonglah aku dari orang yang mendhalimi aku, dan tampakkanlah kepadaku pembalasan dendam atas kedhalimannya kepadaku yang mebuatku merasa puas” Qurrata al ‘ain: ketenangan; keredaan mata dan kebahagiannya dan dapat mengambil pelajaran dari kegembiraan dan penglihatan pada yang di sukai manusia. (HR. Thabarani: 1538)

Kesadaran berihsan muncul ketika kesadaran qalbu merasa melihat Allah sebagai sumber segala kebaikan, sehingga mendorong seseorang melakukan kebaikan karena baiknya Allah. Tindakan orang yang hatinya telah ihsan mencakup; taubat, sabar, Ikhlas, Islam, dan beriman, sehingga perbuatan, perkataan, sikap dan amal yang dilakukan berdasar ihsan akan bernilai kebaikan di dunia dan akhirat.

Ihsan merupakan realisasi dari segala sifat kebaikan dan keindahan dalam Asma’ul Husna, antara lain; pengasih, penyayang, kuasa atas dirinya sendiri, mandiri, kreatif, sabar, adil, aman, bijaksana, pandai, kuat, terpuji, kaya, penemu, pemaaf, bermanfaat, penata, lembut, mulia, sejuk, bijaksana.

Atas kebesaran Allah nama-nama Allah dalam Asma’ul husna dapat direalisasikan manusia menjadi profesi pekerjaan, seperti, Maha kuasa menjadi profesi pemerintahan, maha pandai menjadi profesi ilmuwan, guru, dosen, Maha adil menjadi: kehakiman, kejaksaan, pengacara, Maha mengamankan, menjadi; tantara, polisi, satpam, maha pencipta, menjadi profesi; peneliti, pencipta, desainer, creator, maha megetahui menjadi profesi; Humas, Informatika, jurnalistik dll.

Profesi tersebut akan bernilai ihsan, ketika melakukannya kebaikan dalam profesinya didasari karena Allah, hatinya dapat melihat dan merasakan Allah dalam profesi yang dijalani, dirinya merasakan sebagai representasi kebaikan Allah, sebagai khalifah fil ardi, dengan demikian pekerjaanya dapat bernilai amal shalih. Namun apabila yang menjadi dasar melakukan pekerjaan profesi adalah untuk memperoleh keuntungan materi, atau motivasi duniawi lainnya, maka pekerjaannya tidak bernilai amal shalih.

Di dalam kitab Sunan Musnad Ahmad nomor 11768 dinyatakan bahwa amal seseorang ditentukan akhirnya, apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya maka akan digunakannya; dengan memberinya taufiq untuk beramal shalih sebelum kematian;

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا حُمَيْدٌ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا عَلَيْكُمْ أَنْ لَا تَعْجَبُوا بِأَحَدٍ حَتَّى تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ فَإِنَّ الْعَامِلَ يَعْمَلُ زَمَانًا مِنْ عُمْرِهِ أَوْ بُرْهَةً مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ صَالِحٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا سَيِّئًا وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ الْبُرْهَةَ مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ سَيِّئٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ دَخَلَ النَّارَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun berkata, telah mengabarkan kepada kami Humaid dari Anas berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: "Janganlah kalian merasa kagum dengan seseorang hingga kalian dapat melihat akhir dari amalnya, sesungguhnya ada seseorang selama beberapa waktu dari umurnya beramal dengan amal kebaikan, yang sekiranya ia meninggal pada saat itu, ia akan masuk ke dalam surga, namun ia berubah dan beramal dengan amal keburukan. Dan sungguh, ada seorang hamba selama beberapa waktu dari umurnya beramal dengan amal keburukan, yang sekiranya ia meninggal pada saat itu, ia akan masuk neraka, namun ia berubah dan beramal dengan amal kebaikan. Jika Allah menginginkan kebaikan atas seorang hamba maka Ia akan membuatnya beramal sebelum kematiannya, " para sahabat bertanya; "Wahai Rasulullah, bagaimana Allah membuatnya beramal?" beliau bersabda: "Memberinya taufik untuk beramal shalih, setelah itu Ia mewafatkannya." (HR. Ahmad: 11768)

Hadits di atas mengandung pengertian bahwa amal perbuatan yang bernilai baik adalah amal perbuatan yang bernilai amal shalih, sehingga ketika Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka hambanya dibimbing untuk dapat melakukan amal shalih, sedangkan amal perbuatan yang bernilai amal shalih adalah amal perbuatan yang dilakukan berdasar ketaqwaan di tingkat ihsan.

Maka di sini perlu dirumuskan pengertian taqwa di tingkat ihsan yaitu kesadaran qalbu mengenal Allah sehingga menimbulkan dorongan untuk taat kepada Allah, melakukan amal ibadah dengan penuh kesadaran untuk berbuat baik sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadanya.

“Doa Agar Bertaqwa Di Tingkat Ihsan”

اللَّهمَّ اجعَلْني أخشاكَ حتّى كأنِّي أراكَ أبدًا حتّى ألقاكَ وأسعِدْني بتقواكَ ولا تُشقِني بمعصيتِكَ وخِرْ لي في قضائِكَ وبارِكْ لي في قدَرِكَ حتّى لا أُحِبَّ تعجيلَ ما أخَّرْتَ ولا تأخيرَ ما عجَّلْتَ واجعَلْ غَنائي في نَفْسي وأمتِعْني بسَمْعي وبصَري واجعَلْهما الوارثَ منِّي وانصُرْني على مَن ظلَمني وأَرِني فيه ثَأْري وأقِرَّ بذلكَ عَيْني

“Ya Allah jadikanlah aku takut kepada-Mu seakan-akan aku melihatmu selamanya hingga aku menjumpai-Mu, bahagiakan aku dengan taqwa kepada-Mu, dan jangan engkau sengsarakan aku dengan ma’siyat kepada-Mu, dan sungkurkanlah aku dengan qadha; ketetapan-Mu, dan berkahilah aku dalam qadar; ketentuan-Mu hingga engkau jadikan aku tidak suka untuk enkau segerakan apa yang engkau akhirkan, dan engkau jadikan tidak suka engkau akhirkan apa yang engkau segerakan, dan jadikanlah aku kaya dalam jiwaku, dan senangkanlah aku dengan pendengaranku dan penglihatanku, dan jadikanlah keduanya menjadi warisan untukku, dan tolonglah aku dari orang yang mendhalimi aku, dan tampakkanlah kepadaku pembalasan dendam atas kedhalimannya kepadaku yang mebuatku merasa puas”

(HR. Thabarani: 1538)

Dalam pencarian kata di dalam Al Quran dengan kata dasar hasana, menggunakan Aplikasi Zekr 1.1.0 ditemukan 194 kata di 177 ayat, di antara 194 kata yang diketemukan tersebut, kami dapat menglasifikasikan ke dalam; Hikmah Ihsan, Keuntungan orang yang Ihsan, Karakter orang yang Ihsan dan Taqwa di tingkat Ihsan, pengklasifikasian ditambah dengan Hadits-Hadits terkait.

Hasil penelitian ini kami hadiahkan untuk seluruh umat Islam di manapun berada , agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam memahami dan mengamalkan Taqwa secara menyeluruh.

Hadiah dapat didownload di tombol hadiah, In Syaa Allah bermanfaat ...