SUSUNAN HIERARKI TINGKAT KESADARAN TAQWA

Setelah dikemukakan beberapa tingkatan manusia berdasar ilmu Tasawuf, ilmu Psikologi, ayat-ayat Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW, dapat diperoleh pengertian bahwa realitanya manusia berada pada tingkatan yang berbeda-beda, lalu mengapa urutan yang terdapat di dalam halaman Tingkatan Manusia Dalam Al Quran Dan Sunnah di atas, dapat disebut sebagai tingkatan taqwa, karena kata, sabar, islam, iman, ihsan berdampingan dengan kata taqwa, yang dihubungkan dengan huruf waw ma’iyah, yang mengandung pengertian bersama, sehingga ketika kata sabar diikuti dengan kata taqwa dapat dipahami sebagai satu perbuatan, yaitu sabar yang dilakukan dengan taqwa, sehingga kata-kata yang berdampingan dengan kata tersebut dapat dipahami sebagai tingkatan taqwa, yaitu taqwa tingkat sabar, dapat dikatakan demikian karena kata taqwa juga berdampingan dengan kata-kata liannya; islam, iman, ihsan, dengan demikian kata yang berdampingan dengan kata taqwa tersebut menunjukkan sebagai tingkatan taqwa, kata-kata tersebut disebutkan di dalam Al Quran yaitu;

1. Al Quran surat Ar-Rum/30:31; Taqwa Tingkat Taubat

مُنِيْبِيْنَ اِلَيْهِ وَاتَّقُوْهُ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَلَا تَكُوْنُوْا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ

Artinya: dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (QS. Ar-Rum/30:31)

Di dalam Al Quran surat Ar-Rum/30:31 kata munibiina ilaihi diikuti kata wattaquhu disantara keduanya dihubungkan dengan huruf athaf wawu, sehingga dapat difahami bahwa kedua perbuatan memiliki kedudukan yang sama, artinya taubat dan taqwa merupakan perbuatan yang dilakukan bersamaan, atau juga dapat dikatakan bahwa keduanya sebenarnya merupakan satu perbuatan, yaitu taubat yang dilakukan karena taqwa.

2. Al Quran Surat Yusuf/12: 90; Taqwa Tingkat Sabar

قَالُوْٓا ءَاِنَّكَ لَاَنْتَ يُوْسُفُۗ قَالَ اَنَا۠ يُوْسُفُ وَهٰذَآ اَخِيْ قَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيْنَاۗ اِنَّهُ مَنْ يَّتَّقِ وَيَصْبِرْ فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya: Mereka berkata, “Apakah engkau benar-benar Yusuf?” Dia (Yusuf) menjawab, “Aku Yusuf dan ini saudaraku. Sungguh, Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar, maka Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf/12:90)

Di dalam ayat ini terdapat kata yattaqi diikuti kata wa yasbir diantara kata-kata tersebut dihubungkan dengan huruf athaf wawu, dengan demikian dapat difahami bahwa beberapa perbuatan tersebut memiliki kedudukan yang sama, sehingga dapat diartikan taqwa dan sabar merupakan perbuatan yang dilakukan bersamaan, atau juga dapat dikatakan bahwa rangkaian kata-kata tersebut sebenarnya untuk menggambarkan satu perbuatan, yaitu sabar yang dilakukan karena taqwa.

3. Al Quran surat Al-Baqarah (2): 103; Al-A'raf (7): 96; Taqwa Tingkat Iman

وَلَوْ أَنَّهُمْ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Artinya: Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertaqwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah (2): 103)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A'raf (7): 96)

Di dalam Al-Baqarah (2): 103; Al-A'raf (7): 96 terdapat kata amanu diikuti kata wattaqau diantara kata tersebut dihubungkan dengan huruf athaf wawu, dengan demikian dapat difahami bahwa perbuatan tersebut memiliki kedudukan yang sama, sehingga dapat diartikan beriman dan bertaqwa merupakan perbuatan yang dilakukan bersamaan, atau juga dapat dikatakan bahwa rangkaian kata tersebut sebenarnya untuk menggambarkan satu perbuatan, yaitu beriman yang dilakukan karena taqwa.

4. Al Quran surat Al-Maidah (5): 93 dan surat Ali-'Imran/ 3: 172; Taqwa Tingkat Ihsan

لَيْسَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جُنَاحٌ فِيمَا طَعِمُوا إِذَا مَا اتَّقَوْا وَآمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ثُمَّ اتَّقَوْا وَآمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا وَأَحْسَنُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. Al-Maidah (5): 93)

الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.(QS. Ali-'Imran/ 3: 172)

Di dalam Al Quran surat Al-Maidah (5): 93 dan surat Ali-'Imran/ 3: 172; terdapat kata ittaqau diikuti kata wa ahsanu dan sebaliknya kata ahsaanu diikuti kata wattaqau diantara kata tersebut dihubungkan dengan huruf athaf wawu, dengan demikian dapat difahami bahwa perbuatan tersebut memiliki kedudukan yang sama, sehingga dapat diartikan berihsan dan bertaqwa merupakan perbuatan yang dilakukan bersamaan, atau juga dapat dikatakan bahwa rangkaian kata tersebut sebenarnya untuk menggambarkan satu perbuatan, yaitu berihsan yang dilakukan karena taqwa.

Mengapa ayat-ayat di atas dapat difahami demikian, karena tidak semua perbuatan taubat, sabar, islam, iman bahkan ihsan dapat langsung bernilai kebaikan, karena bisa jadi perbuatan taubat dan sabar dilakukan karena terpaksa, atau melakukan perbuatan islam, iman dan ihsan karena ada motifasi riya’, ‘ujub atau takabur. dengan demikian perbuatan taubat, sabar, islam, iman dan ihsan hanya akan bernilai sebagai amal shalih, jika dilakukan atas dasar ketaqwaan kepada Allah SWT. Data lebih lengkap tentang kata taqwa yang beriringan dengan kata yang menunjukkan tingkatan taqwa dikemukakan di halaman ayat-ayat taqwa.

Dari beberapa susunan tingkatan manusia berdasar ilmu Tasawuf, ilmu Psikologi, ayat-ayat Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW tersebut, akan dikombinasikan, dimodifikasi dan disusun kembali menjadi susunan hierarti tingkat kesadaran taqwa, yang selanjutnya disebut sebagai “Cermin Qalbu”, dinamakan Cermin Qalbu dengan tujuan agar susunan tingkat kesadaran manusia tersebut dapat digunakan sebagai cermin, untuk dapat melihat keadaan qalbunya sendiri, sehingga dapat mengetahui qalbunya sedang berada dikelompok fujur atau taqwa dan sedang berada di level nilai kesadaran spiritual tingkat berapa ?

Di sini akan dikemukakan “Cermin Qalbu” yang terdiri dari dua puluh satu level tingkatan, sebelas tingkatan di dalam kelompok taqwa dan sepuluh tingkatan berada di tingkat fujur. Cermin qalbu ini juga dilengkapi dengan beberapa perspektif; tasawuf, taqarub, amal, psikologi dan Islam, dikemukakannya perspektif ini memiliki dua tujuan, tujuan pertama untuk menguji akurasi susunan tingkatan taqwa dan fujur, tujuan kedua untuk mengetahui bahwa beberapa tingkatan level taqwa atau fujur tersebut berdasar perspektif berada di kelompok mana ?

Gambar 5. Cermin Qalbu Dan Perspektif

Di halaman ini hanya dikemukakan keterangan singkat dari komponen yang ada di dalam gambar Cermin Qalbu, adapun keterangan rinci akan dikemukakan pada pada halaman cermin qalbu, sedangkan keterangan singkat dari cermin qalbu adalah sebagai berikut;

1. Kolom Level : pada kolom ini tertera angka +10 sampai dengan –10, angka minus satu sampai angka minus sepuluh menggambarkan kondisi qalbu yang negatif, dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, sedangkan nol merupakan batu pijakan menuju angka plus satu sampai plus sepuluh, yang menggambarkan kondisi qalbu yang positif, dapat memperbaiki diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, Angka yang besar menghimpun angka yang lebih kecil, misal; seseorang sudah berada di kondisi qalbu di angka plus lima, maka dia sudah memiliki kondisi kesadaran nol, plus satu, plus dua, plus tiga dan plus empat. Demikian juga seseorang saat berada dalam kondisi qalbu minus lima, maka dia juga menghimpun kondisi kesadaran minus satu, minus dua, minus tiga dan minus empat.

2. Kolom Energi: pada kolom ini tertera bilangan 0 sampai dengan ∞ (tak terbatas), bahwa bilangan yang tertera merupakan bilangan logaritma bukan desimal, bilangan tersebut menggambarkan gelombang energi yang tercipta dari kondisi qalbu, baik kepada diri sendiri maupun lingkungan, energi gelombang membangun “kebaikan” dimulai pada angka 190 ke atas, sedangkan energi gelombang merusak “keburukan” berada di bawah 190, angka yang tertera merupakan ambang batas minimal yang dapat menggambarkan energi kondisi qalbu hingga mencapai ambang angka maksimal, misal kondisi qalbu 250 maka akan mencakup angka 250 sampai dengan 309. Sedangkan untuk bilangan minimal 700 akan dapat meningkat hingga tak terbatas, karena hidayah sudah masuk di wilayah ilahiyah.

Pembahasan pemanfaatan gelombang untuk membantu menumbuhkan kesadaran taqwa, akan dikemukan di buku seri ketiga tentang metode Tazkiyatun Nafs, yang dikaitkan dengan pembahasan Solfegio frekwensi dan energi gelombang otak; delta, theta, alpha, betha, gama dll.

3. Kolom Spiritual: pada kolom ini tertera keterangan bahwa level spiritual positif dimulai dari taubat sampai dengan Jannah, sedangkan di level spiritual negatif dimulai dari anananiyah; ego sampai dengan Jahannam, kolom ini menggambarkan level spiritual qalbu sedang berada dimana, di sini berlaku angka yang besar menghimpun angka yang lebih kecil, misalnya; seorang yang berada di di level spiritual iman, juga berada di level spiritual taubat, ikhlas dan Islam, demikian juga sebaliknya ketika berada di di level spiritual negatif, ketika seseorang berada di di level spiritual khauf maka dia juga berada di di level spiritual ananiyah, ghadab dan nafsu. keterangan terperinci masing-masing di level spiritual akan di jelaskan di bab berikutnya.

4. Kolom Kesadaran: pada kolom ini tertera nilai kesadaran positif dimulai dari nol (Kesadaran) sampai dengan plus sepuluh (husnul khatimah), sedangan nilai kesadaran negatif dimulai dari minus satu (keakuan;ego) sampai dengan minus sepuluh (su’ul khatimah). Kesadaran tersebut dapat menggambarkan kondisi qalbu pada waktu tertentu, karena kondisi qalbu dapat berubah-ubah sesuai permasalahan yang dihadapi, waktu dan keadaanya. Penjelasan tentang level kesadaran ini akan dijelaskan bersamaan dengan level spiritual pada buku berikutnya.

5. Kolom Tasawuf; menggambarkan tingkat keyakinannya kepada Allah, pada kolom ini terdiri dari kelompok ma’rifat yang meliputi level spiritual; jannah, hidayah dan ridla, kelompok haqiqat meliputi; rahmah dan mahabah, kelompok thariqah meliputi; ikhsan dan iman, kelompok syariat meliputi level spiritual islam, ikhlas, sabar dan taubat. Sedangkan pada kelompok negatif kelompok ma’siyat meliputi level spiritual; ananiyah, ghadab dan syahwat, kelompok ghawa (terpedaya) meliputi; khauf, huzn dan taiasu, sedangkan kelompok tagha (melampaui batas); fasik, dhalim, kafir dan jahannam.

6. Kolom Taqarub; menggambarkan kedekatan jalan menuju Allah, pada kolom ini terdiri dari kelompok sabil yang meliputi level spiritual; jannah, hidayah dan ridla, kelompok shirath meliputi; rahmah dan mahabah, kelompok thariq meliputi; ikhsan dan iman, kelompok syari’ meliputi level spiritual islam, ikhlas, sabar dan taubat. Sedangkan pada kelompok negatif kelompok ghafil (lalai) meliputi level spiritual; ananiyah, ghadab dan syahwat, kelompok yukadzibu (mendustakan) meliputi; khauf, huzn dan taiasu, sedangkan kelompok dhalal (tersesat) meliputi; fasik, dhalim, kafir dan jahannam.

7. Kolom Amal; menggambarkan tingkat pengamalan ajaran Islam, mulai kolom ini masuk pada keterangan perspektif dari level cermin qalbu, pada kelompok positif kolom amal tertera kelompok akhlaq mencakup level spiritual; jannah, hidayah, ridla, rahmah dan mahabah, kelompok Aqidah mencakup level spiritual; ihsan dan iman, kelompok ibadah mencakup level spiritual islam, ikhlas, sabar dan taubat. Sedangkan pada kelompok negatif kelompok sahun (lalai) meliputi; ananiyah, ghadab dan syahwat, pada kelompok khadiun (tertipu) meliputi; khauf, huzn dan taiasu, adapun kelompok khasirun (rugi) meliputi; fasik, dhalim, kafir dan jahannam.

8. Kolom Faqih; menggambarkan tingkat pemahaman terhadap ajaran Islam, pada kolom ini terdiri dari kelompok ‘irfani yang terdiri dari; husnul khatimah, hidayah, ridha, rahmah dan mahabbah, kelompok burhani meliputi; ikhsan dan iman, sedangkan kelompok bayani meliputi; islam, ikhlas, sabar dan taubat. Sedangkan pada level spiritual negatif terdiri dari kelompok la ya’lamun (tidak mengetahui) meliputi; ananiyah, ghadab dan syahwat, kelompok la ya’qilun (tidak berfikir) yang meliputi; khauf, huzn dan taiasu, dan pada kelompok la yafqahun (tidak memahami) meliputi; fasiq, dhalim, kafir dan jahnnam.

9. Kolom Psikologi: tertera Kebenaran dan Kepalsuan, menggambarkan kondisi qalbu berada di dalam keadaan apa, jika dalam kondisi kebenaran maka qalbu dimulai berada di level spiritual taubat hingga jannah, sedangkan jika qalbu dalam kondisi kepalsuan, maka qalbu berada di level spiritual ananiyah turun hingga sampai pada jahannam.

10. Kolom Islam: menggambarkan qalbu mengikuti ilham yang mana, jika qalbu dalam kondisi taqwa maka qalbu berada di level spiritual taubat hingga jannah, sedangkan dalam kondisi fujur, qalbu berada di level spiritual ananiyah turun hingga sampai pada jahannam.

Untuk membuktikan kebenaran dari tingkatan taqwa dan fujur yang tertuang di dalam cermin qalbu tersebut di atas, akan dikemukukan bukti ayat-ayat Al Quran yang berkaitan dengan masing-masing tingkatan kesadaran spiritual, adapun kata yang akan dijadikan sebagai kata kunci untuk membuktikan kebenaran adanya tingkatan fujur dan taqwa adalah kata yang terbentuk dari kata dasar taqwa, ayat-ayat Al Quran yang di dalamnya terdapat kata taqwa dikumpulkan, kemudian ayat-ayat tersebut diklasifikasikan ke dalam sebelas tingkatan taqwa dan sepuluh tingkatan fujur, berdasar kata yang berdampingan dengan kata taqwa dalam satu ayat, misalnya kata taqwa berdampingan dengan kata sabar, maka ayat tersebut dikategorikan ke dalam taqwa di tingkatan sabar.

Selain kata kunci taqwa yang ada di dalam ayat-ayat Al Quran, untuk memperkuat pembuktian juga akan dilakukan dengan cara yang sama terhadap kata-kata yang mengarah pada pengertian yang sama dengan taqwa, yaitu kata; Nafs, Qalb, Sadr dan satu kata kunci khusus yaitu kat Taubat, pembahasannya akan dikemukakan di halaman ayat-ayat taqwa.

Sebagai Bukti Cinta Kami Kepada Allah, Rasul-Nya Dan Sesama Umat Islam.

Hasil penelitian ini kami hadiahkan untuk seluruh umat muslim di manapun berada, agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam memahami dan mengamalkan Taqwa secara menyeluruh.

Hadiah dapat diunduh di tombol berikut, In Syaa Allah bermanfaat ...